Muhammad Hilman Dhanish Abdullah(1), Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd. M.H.(2).
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang harus diteruskan kepada generasi muda. Namun, seiring perkembangan zaman, tantangan dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila semakin sulit, seperti kurangnya ketertarikan generasi muda pada nilai-nilai luhur, keterbatasan interaksi sosial di kalangan generasi muda, minimnya konten pendidikan yang relevan, pengaruh teknologi terhadap konsentrasi dan fokus. Pelajar sebagai generasi penerus bangsa perlu diberikan pendidikan yang tidak hanya bersifat teori, tetapi juga yang bisa menyentuh sisi emosional dan sosial mereka. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah melalui seni pertunjukan, yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan moral dan sosial dengan cara yang menyenangkan dan mudah dicerna.
Pentas seni adalah pertunjukan seni, seperti tarian atau nyanyian, yang dipentaskan di panggung (Aristi, 2020). Seni, menurut bahasa Sansekerta, merupakan karya yang diciptakan manusia untuk mengungkapkan keindahan dan menggugah emosi orang lain (Azzami dkk., 2022). Seni pertunjukan ini berfungsi sebagai ekspresi ide, perasaan, dan pengalaman. Pertunjukan pentas seni bertujuan untuk menunjukkan bakat dan mengembangkan kreativitas individu (Supriyanto, 2023). Selain itu, pertunjukan ini juga meningkatkan kepercayaan diri di depan publik, membangkitkan semangat, dan merangsang rasa penasaran penonton. Pertunjukan juga mengenalkan kebudayaan kepada penonton, membantu mereka mempelajari dan melestarikan keanekaragaman seni (Almuzakir dkk., 2023).
Seni pertunjukan, seperti teater, tari, musik, dan berbagai bentuk ekspresi kreatif lainnya, dapat digunakan sebagai alat untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, keadilan sosial, dan penghargaan terhadap keberagaman. Melalui seni, pelajar dapat memahami dan menghayati Pancasila dalam konteks yang lebih mendalam dan personal. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran seni pertunjukan dalam pendidikan Pancasila, serta bagaimana hal tersebut dapat diterapkan di kalangan pelajar.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seni pertunjukan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan yang efektif. Misalnya, menurut Ni Luh (2014), seni pertunjukan memiliki peran penting dalam membangun kebersamaan dan toleransi dalam masyarakat, telah menunjukkan keragaman fungsinya sepanjang sejarah. Seni pertunjukan dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam pendidikan karakter bangsa, yang membantu membangun jati diri, kebanggaan, dan martabat bangsa Indonesia. Seni pertunjukan mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila Kedua), Persatuan Indonesia (Sila Ketiga), dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Kelima), yang mengajarkan kebersamaan, penghargaan terhadap keberagaman, dan semangat persatuan dalam kehidupan bermasyarakat
Pembahasan
Seni pertunjukan memiliki potensi besar dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada pelajar. Beberapa contoh penerapan seni pertunjukan yang dapat mengajarkan nilai-nilai Pancasila antara lain:
- Teater: Seni teater sebagai alat efektif dalam meningkatkan nilai-nilai Pancasila dimana pelajar memerankan berbagai karakter yang mencerminkan nilai-nilai seperti gotong royong, berkebhinekaan, toleransi, dan keadilan (Himayati, 2024). Melalui dialog dan konflik dalam cerita, pelajar dapat memahami pentingnya musyawarah dan mufakat dalam mencapai kesepakatan bersama, yang merupakan prinsip dasar dari Pancasila.
- Tari: Melalui tari, pelajar tidak hanya meningkatkan keterampilan fisik dan motorik mereka, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai budaya, kerja sama, dan ekspresi diri (Anggraini & Hasnawati, 2016). Oleh karena itu, menari tradisional dapat menjadi metode yang efektif dalam membentuk karakter siswa, merangsang kreativitas, memperkuat rasa kebersamaan, dan meningkatkan penghargaan terhadap keberagaman budaya (Jazuli & Paranti, 2022).
- Musik: Musik bisa menjadi media ekspresi perasaan secara universal (Azhar, 2024). Lagu-lagu yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, perdamaian, dan persatuan dapat digunakan dalam kegiatan seni untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan persatuan di kalangan pelajar.
Salah satu contoh konkret penerapan seni pertunjukan dalam pendidikan Pancasila adalah kegiatan ekstrakurikuler seni yang diadakan di beberapa sekolah. Melalui latihan dan pementasan seni, pelajar tidak hanya belajar mengenai teknik seni, tetapi juga diajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam seni tersebut. Selain itu, kolaborasi antar pelajar dalam kelompok seni juga memperkuat rasa solidaritas dan kerjasama, yang sejalan dengan nilai gotong royong dalam Pancasila.
Namun, implementasi seni pertunjukan sebagai metode pendidikan Pancasila juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kurangnya fasilitas dan pendanaan untuk pengembangan kegiatan seni di sekolah. Selain itu, masih ada anggapan bahwa seni bukanlah bagian dari pendidikan formal yang penting, sehingga sering kali dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, untuk mendorong penggunaan seni sebagai alat pendidikan yang efektif.
Kesimpulan
Pendidikan Pancasila melalui seni pertunjukan merupakan pendekatan yang menarik dan efektif dalam mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada pelajar. Seni pertunjukan tidak hanya memberikan pemahaman secara intelektual, tetapi juga merangsang penghayatan emosional dan sosial terhadap nilai-nilai tersebut. Meskipun ada tantangan dalam implementasinya, penggunaan seni sebagai media pendidikan dapat memperkaya proses pembelajaran dan membantu membentuk karakter generasi muda yang memiliki pemahaman dan penghargaan terhadap Pancasila. Oleh karena itu, penting untuk terus mengembangkan dan mendukung seni pertunjukan sebagai bagian dari pendidikan formal di Indonesia.