Bapak-bapak yang tidak ikut serta membuat gunung-gunungan mereka menjaga dan mengatur jalannya acara agar acara arak-arakan atau karnaval ini berjalan dengan lancar.
Itulah acara menyambut tahun baru Hijriyah pada siang hari. Sedangkan untuk malam hari acara dimulai pukul 18.00 WIB atau ba'da magrib. Masyarakat desa datang ke tempat acara dengan membawa nasi, lauk pauk dan kue yang di masukkan ke dalam tas plastik atau biasa disebut dengan berkat.Â
Acara dimulai dengan pembacaan tawassul yang ditujukan kepada seluruh masyarakat desa dipimpin oleh ustadz yang berada di atas pentas. Pentas tersebut tingginya hanya setengah meter yang hanya di tempati oleh para ustad dan tokoh-tokoh masyarakat.Â
Sedangkan untuk warga disiapkan karpet besar yang ada di depan pentas tersebut. Setalah tawassul acara dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, tasbih, tahmid, tahlil hingga sholawat bersama-sama. Setelah itu dilanjutkan dengan do'a.
Acara terakhir dalam menyambut tahun baru Hijriyah ini yaitu do'a ruwatan yang dipimpin oleh ustadz. Dalam pembcacaan ruwatan ini semua warga diminta untuk hening dengan membaca amiin. Setelah acara selesai warga berebut mengambil buah-buahan, sayur-sayuran, dan juga uang yang telah dibentuk gunung tersebut.Â
Acara ini ditujukan untuk seluruh masyarakat desa Jatisari khususnya dusun Krajan semoga seluruh dosa-dosa diampuni oleh Allah SWT, dan Seluruh amal baik diterima disisi-Nya, dan untuk kedepannya semoga masyarakat desa menjadi lebih baik iman dan Islamnya, dijauhi dari segala penyakit, dilimpahkan rejekinya serta diberikan umur yang barokah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H