Mohon tunggu...
Hilman Taufiq
Hilman Taufiq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

^_^

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Void, Chapter 2: Pengorbanan

21 Juli 2012   03:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai aku di masa depan! apakabarmu hari ini?

Bagaimana kabar anak-anak asuhmu di panti asuhan ? yang masih bocah pasti sedang lucu-lucunya dan menggemaskan kan? ahaha. Pasti menyenangkan sekali menghabiskan masa menuju tua bersama banyak anak-anak dan keluargamu.
Terimakasih sudah bersedia mewujudkan salah satu impianku :).

Ohya, apakah kau sudah menemukan apa itu makna pengorbanan? aku tahu ini pasti ada hubungannya dengan ketulusan, dan kemudian berlanjut kepada si tiga serangkai. Harapan, takut dan cinta. Ah, tapi nanti sajalah aku bercerita tentang itu kepadamu. Ini hari pertama Ramadhan soalnya, aku baru lari pagi & ingin tidur dulu secepatnya, ahahaha

Hmm, kenapa ya seseorang itu mau berkorban? kenapa kehidupan memerlukan tumbal?

Jika dipikir-pikir, tidak ada alasan logis bagi seseorang untuk berkorban. Siapa pula yang misalnya ingin menolong orang lain yang notabene tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya. Dan siapa pula yang ingin kehilangan waktu senggangnya hanya untuk hal-hal yang bukan kebutuhan hidupnya.

Hmm, sebentar! tadi sepertinya aku menyebut semacam satu kata kunci, yang mungkin bisa membawaku kepada kesimpulan sementara. Sebelum kau sempurnakan sekarang tentunya. Kehilangan?? ya itu dia! KEHILANGAN.

Pasti ada semacam hubungan antara “pengorbanan” dan “kehilangan”. Kelihatannya bukan sinonim. Bahkan terdengar seperti berlawanan.

Hmm, biarkan aku berpikir sebentar. Pengorbanan tidak mungkin terjadi bila disertai rasa kehilangan. Itu dia!

Terpecahkan sudah teka-teki itu untuk sementara. Ya, tentu saja!

Adalah tidak mungkin pengorbanan terjadi bila diikuti rasa kehilangan. Mustahil! Bahkan bila rasa kehilangan muncul, pasti ada keinginan untuk mendapat semacam tambalan dari rasa kehilangan tersebut. Semacam keinginan untuk mendapat keuntungan.

Ah, tapi alangkah indahnya jika tidak ada rasa kehilangan sejak awal. Dengan begitu tidak ada rasa sesal yang menghinggapi, meski untuk sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun