[caption id="attachment_118459" align="alignright" width="104" caption=" "][/caption] Mulut mereka dihiasi bibir tipis namun lebar, dengan gigi geligi besar tak beraturan serta lidah panjang yang dapat bergerak sangat lincah dan juga kuat. Lidah itu ketika tidak digunakan untuk bersuara, senantiasa mengeluarkan liur yang menetes-netes, pertanda napsu makan yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulut yang besar itu terbentuk akibat ketamakan para pendahulu mereka memakan apa saja. Sejarah mencatat pola pikir masyarakat generasi pendahulu mereka yang menganggap negeri mereka bak kolam susu, dimana tongkat, kayu dan batu bisa menjadi tanaman dan uang. Jadi semuanya mereka makan: hutan, batu, tanah, dan apa saja. Temanpun tidak terkecuali. Gigi yang besar dan menyeramkan mengungkapkan juga sifat mereka yang lebih suka unjuk gigi daripada unjuk kerja. Kekuatan dan kekuasaan digunakan sebagai senjata untuk menakut-nakuti lawan mereka. [caption id="attachment_107647" align="alignleft" width="272" caption="Mulut Makhmut Darkhatul"][/caption] Lidah Makhmut Darkhatul sering terlihat digunakan untuk menangkis maupun menyerang, semacam senjata andalan mereka. Lidah yang bergerak lincah namun kuat merupakan bentuk evolusi dari kegemaran para pendahulu mereka bersilat lidah. Para nenek kakek mereka sangat gemar berbicara, omong kosong atau membual panjang lebar daripada bertindak secara nyata. Hasil penelitian mengungkapkan bahkan idelogi mereka yang terdiri atas 5 butir itu tak henti-hentinya ditelaah, dirinci panjang lebar, diseminarkan, dibahas, diulas dan dijejalkan sejak sekolah dasar hingga menjadi pejabat tinggi, namun tidak satupun dari kelima butir itu yang dijalankan dengan benar. Yang tampak justru mereka menggunakan ideologi lain dengan butir tunggal yakni ‘Keuangan Yang Maha Kuasa' (baca juga artikel 'Kita Hanya Punya Satu Sila?'). [caption id="attachment_107647" align="alignright" width="372" caption="gb dari http://coretanpinggir.files.wordpress.com"][/caption] Sangat ironis memang, mengingat ideologi negara adalah dasar negara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum dalam bernegara naun justru banyak Peraturan (terutama Perda) serta Kebijakan Publik yang bertentangan dengan butir-butir ideologi mereka. Yang tak kalah lucunya adalah penentuan atau pemilihan pemimpin mereka (fit and proper test) sama sekali tidak menggunakan butir-butir ideologi negara mereka sebagai parameter yang harus diukur (padahal di jaman kakek nenek mereka itu sudah ada 'tools' (perangkat) untuk mengukur itu semisal '360 degrees assessment' dan sejenisnya). Tentu saja setelah terpilih menjadi pemimpin banyak diantara mereka yang sama sekali anti-ideologi dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya. Yang jelas korupsi merajalela dan negeri mereka selalu mendapat peringkat "10 Besar' dalam urusan nyolong uang rakyat mereka sendiri. wew.. Herannya mereka masih mampu bermulut besar mengatakan negeri mereka adalah negeri yang religius, mungkin karena disana-sini terlihat nyata rakyat mereka taat menjalankan ritual keagamaan. Kalau mereka bijak dan sedikit jujur, mungkin mereka akan mengatakan sebagai 'negeri yang TAMPAK religius'. Ataukah istlah itu sengaja didengang-dengungkan oleh para pemimpin mereka agar ulah busuk korup mereka tidak diributkan atau dipermasalahkan oleh rakyat yang seyogyanya sabar karena predikat religius itu? Orang sabar kekasih Tuhan, bukan?
Ke Hasil Penelitian 2: Bermata Melotot
Ke Hasil Penelitian 3: Berhidung Anti Vrus
Jika anda suka tulisan diatas, anda pasti akan menyukai artikel perihal Makhluk Mutan dari Khatulistiwa (Makhmut Darkhatul) berikut ini:
- Profil Makhmut Darkhatul
- Makhmut Darkhatul Berkepala Mini
- Makhmut Darkhatul Bermata Melotot
- Makhmut Darkhatul Berhidung Anti Virus
- Makhmut Darkhatul Bertelinga Fleksibel
- Makhmut Darkhatul Berkulit Badak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H