-----------------------------------------------------------------------
Sedih dan pilu rasa hati ini menyaksikan kekerasan yang terjadi di Koja, Priok antara Satpol PP dan beberapa elemen masyarakat yang tergabung dalam organisasi-organisasi tertentu (Saya tidak berani menyebut Masyarakat Koja karena tidak semua orang Koja terlibat dan banyak pula orang non Koja yang terlihat lebih agresif). Pameran kebrutalan dan barbarisme yang terjadi dalam bentrokan itu begitu gamblang dipertontonkan kedua belah pihak yang berseteru. Orang yang sudah tidak berdaya menjadi bulan-bulanan sadistis makhluk haus darah (sorry, really they are more like creatures than human being). Kebencian dan dengki kental mengalir di wajah, kaki dan tangan mereka untuk menghancurkan apapun yang dipandang sebagai milik lawan. Tak ada sinar Tuhan menyelimuti hati mereka meski atas nama Tuhan mereka teriakkan demi membenarkan tindakan masing-masing pihak. Dalam kedaan seperti ini kedua belah pihak tentu merasa yang benar dan lawan merekalah yang salah. Tak ada yang mau mendengarkan pendapat lawannya. Sebaliknya, perkataan yang dikeluarkan semata berupa serangan kepada lawan, bukanlah usulan yang win-win. Permainan mereka adalah zero sum game, hasilnya lose-lose. Kenapa bisa begitu? Jawabnya sederhana, itu terjadi akibat KOJA: Kalau Orang Jadi Arogan..! GIAKORE... Gitu Aja Kok Repot! Anda punya GIAKORE untuk ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H