-----------------------------------------------------------------------
[caption id="attachment_119458" align="alignleft" width="270" caption="Strong Leadership In Crisis"][/caption] Banyak orang melihat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pribadi yang santun, rendah hati dan berbudi baik. Tutur katanya halus, sopan dan lembut. Khas Jawa kratonan, kata beberapa teman. Padahal SBY itu tentara bahkan berpangkat Jenderal, lho! Dimata banyak orang, gambaran seorang tentara itu terpateri sosok yang tegap, trengginas, cekatan dan berbicara tegas. Demikian juga gambaran itu kita jejalkan di benak anak-anak kita atau para murid sekolah. "Tentara kok lelet, ntar kalau perang ditembak musuh duluan!," kata senior saya di SD dulu saat kita main perang-perangan. Makanya tak heran kalau seorang teman menelorkan joke yang cukup menggelikan dengan sebuah kalimat pendek ini: "Meski halus dan lembut begitu, SBY itu tentara lho..!". Maksudnya.... silakan artikan sendiri deh. Dilain pihak sosok SBY dipandang sebagian orang sebagai kurang tegas, lambat mengambil keputusan dan kurang transparan. Banyak yang gregetan menunggu keputusan yang cepat dan "firm" terutama di saat-saat krisis atau krusial (Century, Cicak vs Buaya, sengketa pulau dengan Malaysia, TKW, markus, dll). Dimanapun, dalam keadaan seperti itu rakyat mengharapkan keputusan yang cepat dan tegas! Banyak keputusan SBY dari kasus-kasus diatas yang meski akhirnya keluar dinilai banyak orang hanya bersifat normatif saja, tidak tegas dan tidak spesifik. Padahal kalau kita menyimak kebijakan awal kepresidenannya dan dalam berbagai pidato seremonial, SBY jelas menetapkan perlunya transparansi dan penyelesaian tuntas atas semua kasus, termasuk korupsi, kolusi dan nepotisme negatif. Bahkan Satgas Anti Markus pun dibentuk SBY pada periode kedua kepresidenannya. Ini menunjukkan niat baik SBY membangun bagsa ini!! ...Lalu.. apanya yang salah seingga timbul persepsi kurang enak diatas..?? Saya sendiri menilai SBY memiliki ketulusan hati dan niat baik untuk memperbaiki bangsa ini. Hanya saja terdapat kesenjangan antara gaya kepemimpinan SBY yang ditampilkan hingga saat ini dengan situasi krisis atau luar biasa, seperti kasus korupsi atau mafia markus. Kepemimpinan dalam situasi krisis (Leadership in Crisis) menuntut keputusan yang cepat, tegas dan empatik! Menurut saya ini masalah style saja yang sebenarnya dikuasai pula oleh SBY (ingat beliau PHD, lho), cuma belum diterapkannya. Nunggu apa seh, bos...? Dalam berbagai keputusannya, SBY sudah menunjukkan (lebih menonjolkan) sisi empatik itu, bahkan kadang terasa agak berlebihan sehingga banyak yang khawatir para penjahat atau pelanggar hukum malah mendapat angin. Yang belum tampak menonjol ya itu tadi, cepat dan tegas. Nah, mengingat kita sekarang sudah dalam keadaan krisis (terutama korupsi dan markus), sudah saatnya SBY menunjukkan kebolehannya dalam mengambil keputusan yang Cepat dan Tegas, seperti gambaran tentara diatas (sorry, ini bukan militerisasi lagi lho, cuma leadership style needed for a certain situation) Cepat dan tegas dalam membuka tabir-tabir gelap kasus-kasus yang meresahkan rakyat. Jadi, yang diperlukan oleh SBY yakni BSY (Buka Saja, Ya..!?) alias transparansi...yang tegas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H