-----------------------------------------------------------------------
[caption id="" align="alignleft" width="157" caption="Gb dari api.ning.com "]
[/caption] Tercenung saya membaca artikel menarik bertajuk "Balapan Sinchan, Yang Penting Menang!" di sebuah situs anyar Indonesia. Artikel itu menyadarkan saya bahwa sering kita mengejar kemenangan tanpa peduli kualitas yang dituntut untuk memenangkan sebuah perlombaan secara baik dan benar. Pada intinya sikap menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, tetapi mengingkari hakikat  esensi tujuan perlombaan itu sendiri yakni lebih cepat, lebih kuat atau lebih tinggi. Pada Balapan ala Sinchan kita tak perlu mempertinggi kompetensi dan kemampuan kita untuk menang, yang penting lawan tidak mendahului kita atau sama sekali tak bisa mencapai finish! Konsentrasi kita bukan fokus pada mengakselerasi usaha kita tetapi tertuju pada bagaimana memperlambat, menghalangi atau menghancurkan lawan agar tidak memiliki peluang untuk bergerak maju. Disebutkan disana: 'Lomba ala Sinchan adalah strategi NEGATIF, yang sesungguhnya membodohi diri sendiri dan melanggar nilai-nilai luhur yang universal. Memang menang, tetapi sama sekali tidak memberikan nilai tambah pada kemajuan dunia.' Saya tercenung dan menyadari diseputar kita ada begitu banyak mentalitas 'Balapan Sinchan'. Kita cenderung tidak berani adu mempertinggi kompetensi dan nilai bagi pelanggan (customer value) tetapi lebih memilih membunuh 'lawan' yang berada di dekat kita. Kita takut mereka akan menjadi besar dan lebih maju dari kita, lebih memberikan nilai bagi pelangan sehingga kita takut akan ditinggalkan oleh pelanggan tradisional kita. Kita sibuk mempersulit ruang gerak mereka, dan menghalangi pertumbuhan mereka, tetapi tidak berbenah diri mempertinggi nilai tambah bagi kemajuan bersama.
Saya lebih suka menyebutnya dengan "Mental Kere", yakni mentalitas takut tidak kebagian karena melihat dunia ini tidak cukup (pinjam istilah dari buku SOBAT-Â Semua Orang Bisa Hebat).
Sementara diluar sana.... dunia sudah memasuki era informasi fase world 2.0 yakni era dimana paradigma universal menganut shareable (dapat saling berbagi) dan collaborative-able (dapat saling berkolaborasi). Salah satu contohnya ya.. kita bisa berkompasiana ria ini. Disini kita bisa saling mengasah, mengasuh dan mengasih agar lebih maju, bersama-sama. [caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="gambar dari riverbills.com "]
[/caption] Mungkin kita perlu belajar dari alam, dari "Balapan Bebek". Para bebek di kolam yang tenang sering tampak tiba-tiba berlari kencang diatas air tanpa ada yang mengejarnya. ternyata mereka sedang berlomba dan berlatih untuk lebih cepat bergerak, mempertinggi kemampuan melaju cepat agar jika ada pemangsa yang mengejar mereka tetap
survive. Tak ada diantara mereka yang berpikir untuk menghalangi gerak 'lawan' agar keluar sebagai pemenang. Kalau itu yang mereka lakukan tentu akan membuat dirinya tidak berkemampuan tinggi dan kala bahaya mengancam mereka sendirilah yang tewas! Balapan Bebek mengajarkan kita untuk saling berlomba mempertinggi kompetensi agar semuanya selamat. Kita tak perlu 'membunuh' lawan kita karena itu akan membuat kita lemah.... Salam
SobatBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya