Mohon tunggu...
Hilel Hodawya
Hilel Hodawya Mohon Tunggu... -

student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Jalanan Kumbang Metropolitan

9 Mei 2014   23:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak jalanan kumbang metropolitan

Selama ramai dalam kesepian

Anak jalanan korban kemunafikan

Selalu kesepian di keramaian

Tiada tempat untuk mengadu

Tiada tempat mencurahkan isi kalbu

Cinta kasih dari ayah dan ibu

Hanyalah peri yang palsu

Pernahkah Anda merasa kesal dengan anak jalanan yang mengemis kepada Anda ketika Anda sedang berkendara di jalan raya? Atau pernahkah Anda menganggap anak jalanan sebagai pengganggu yang lebih baik diabaikan? Tapi, taukah Anda bagaimana kehidupan anak jalanan yang sesungguhnya?

Lirik lagu di atas menggambarkan kehidupan anak jalanan yang kesepian dan kurang mendapat perhatian. Kita tentu tau bahwa faktor utama yang menyebabkan anak-anak menghabiskan waktu di jalanan adalah karena kondisi ekonomi mereka yang sulit. Namun, selain faktor tersebut, kondisi keluarga yang buruk juga menjadi salah satu penyebab timbulnya fenomena anak jalanan.

Banyak orang tua yang tidak menganggap anak mereka sebagai generasi penerus bangsa yang harus dirawat dan dididik dengan benar. Mereka menjadikan anak sebagai mesin penghasil uang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Mereka tidak menunjukkan kasih dan tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Mereka malah membiarkan anak mereka tidak pulang, berkeliaran di jalanan.

Walaupun usia mereka masih sangat muda, anak jalanan telah menghadapi berbagai persoalan yang cukup berat. Mereka tidak mendapat perhatian dari orang tua mereka, bahkan ada yang tidak memiliki orang tua sama sekali. Mereka melakukan berbagai aksi di jalanan untuk menghilangkan rasa kesepian dalam hati mereka. Meski mereka selalu berada di tengah keramaian kota, sesungguhnya mereka selalu sendirian.

Sering kali kita menganggap anak jalanan sebagai anak-anak tak tau aturan yang tidak punya pekerjaan lain selain bermain-main di jalanan. Kita merasa terganggu dengan keberadaan mereka dan menyalahkan mereka atas segala kondisi yang tidak menyenangkan ketika kita sedang berkendara di jalan raya atau menggunakan fasilitas umum. Karenanya, kita cenderung memandang anak jalanan dengan pikiran negative ketimbang melihat sisi positif dalam diri mereka.

Setiap anak memiliki hak untuk mendapat pendidikan, hak untuk merasakan cinta kasih, dan hak untuk diperlakukan secara adil. Hidup seorang diri tanpa merasakan cinta kasih sudah cukup berat bagi anak jalanan. Tak perlulah kita menambahkan beban mereka dengan berperilaku kasar atau menjauhi mereka.

Anak jalanan tidak tau arti hidup yang sesungguhnya. Mereka tidak tau mana yang baik dan mana yang salah. Tidak ada yang mengajarkan hal itu kepada mereka. Mereka mengamen untuk mencari uang, namun uang yang mereka peroleh pada akhirnya akan habis mereka pergunakan untuk merokok dan bermain judi.

Asap kendaraan bermotor, suara teriakan yang memekakkan telinga, serta perkelahian dan pertengkaran sudah menjadi konsumsi sehari-hari anak jalanan. Mereka ingin bersekolah dan mendapatkan pendidikan, namun kemauan itu berangsur-angsur menurun karena kenyamanan yang mereka rasakan di jalanan. Mereka tak lagi menginginkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Mereka lebih suka di jalanan, tempat mereka bisa benar-benar berkarya dan menjadi diri mereka sendiri.

Anak jalanan bukanlah mahkluk asing yang tak perlu dihiraukan. Anak jalanan tetaplah seorang anak yang membutuhkan pendidikan dan kasih sayang. Mereka menjalani hidup yang berat sebagai seorang anak dan tidak seharusnya diperlakukan dengan tidak sesuai. Mereka tetap memiliki hak. Dan pengaruh dari keluarga sangatlah penting bagi pertumbuhan seorang anak.

Apakah benar anak jalanan adalah tanggung jawab pemerintah? Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, dan bangsa ini adalah bangsa kita bersama.

-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun