Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan garis pantai sepanjang 95181 km dan luas laut sekitar 5.8 juta km2 atau 70% dari luas seluruh wilayahnya. Berbagai sumberdaya yang terdapat di dalamnya menjadi objek penting untuk dapat dikaji dalam kerangka pembangunan nasional bangsa Indonesia (Suryati, 2018).
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan laut dan daratan. Nah, kondisi itu menyebabkan wilayah pesisir mendapat tekanan dari bermacam -- macam aktivitas serta fenomena baik di darat maupun di laut. Fenomena yang terjadi di daratan antara lain banjir, abrasi, dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat seperti penebangan hutan untuk persawahan, pembangunan permukiman, pembangunan tambak yang pada akhirnya memberi dampak pada ekosistem pantai. Selain itu juga fenomena-fenomena di laut, seperti pasang surut air laut, gelombang badai, gempa dan gelombang tsunami disebabkan karena rusaknya ekosistem pesisir sehingga tidak ada penghalang sebagai peredam gelombang tsunami.
Secara umum, aktivitas masyarakat pesisir meliputi aktivitas ekonomi berupa kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut terbuka. Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan objek di bawah air. Kegiatan transportasi laut yang memanfaatkan lahan darat dan alokasi ruang di laut untuk jalur pelayaran, dan kolam pelabuhan. Aktivitas ekonomi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan ketergantungannya terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya, Namun demikian, setiap aktivitas dan perilaku manusia berpengaruh terhadap lingkungan.
Kegiatan untuk menjaga sumber daya laut dan lingkungan pantai ini dimaksudkan agar masyarakat mampu menjaga lingkungan pantai dengan lebih baik, dengan cara tidak melakukan pengotoran pantai, dengan membuang sampah ataupun mck, juga agar masyarakat tidak melakukan kegiatan penebangan hutan di sekitar pantai, yang akan mempengaruhi kekeruhan pantai, serta berdampak pada berkurang atau hilangnya sumberdaya ikan di laut, tidak menjadikan laut sebagai toilet, tidak melakukan penebangan mangrove dan juga mengingatkan kerabat, keluarga, teman dan warga desa lainnya untuk tetap menjaga laut dengan lebih baik.
Pada prinsipnya, manusia pasti memiliki perilaku yang berbeda tergantung dari bagaimana manusia atau individu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kaitannya dengan lingungan hidup, perilaku manusia dapat menentukan keberlanjutan kondisi lingkungan. Perilaku pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup (saat ini) tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerangka pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah pendekatan keterpaduan dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan. Azhari (1997) menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah suatu upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, yang meliputi penataan, pemulihan, pemanfaatan, pengendalian, dan pengawasan yang terus menerus dilakukan untuk pelestarian keseimbangan ekologi lingkungan.
Keseimbangan ekologi akan menjamin tercapainya keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H