Mohon tunggu...
Hilda Santika
Hilda Santika Mohon Tunggu... Administrasi - apapun juga

apapun itu

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jahe: Pedas dan Panas si Penghangat Tubuh

13 Desember 2020   19:40 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:44 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jahe emprit (dokumentasi pribadi)

            Kini, kita tiba juga dipenghujung tahun 2020 ini yah. Belakangan ini hujan selalu menemani aktivitas kita yah. Kalau sudah memasuki musim hujan seperti ini, suhu lingkungan menjadi turun dan menciptakan hawa dingin yang mampu membuat kita enggan untuk beranjak dari posisi nyaman kita (mana nih suaranyaa untuk para magerrs...). Berbagai upaya dilakukan manusia untuk tetap beradaptasi dengan keadaan saat ini. Salah satu cara yakni dengan merubah cara berpakaian. Tentunya untuk saat ini kita lebih memilih jenis pakaian berbahan tebal yang mampu memberi kehangatan dong. Selain itu jenis makanan yang berkuah dan minuman hangat lebih disukai saat memasuki musim seperti ini. Mulai dari air putih hangat, teh hangat, kopi panas, cokelat panas, jeruk panas, dan jahe panas. Taukah teman-teman bahwa jenis minuman dan bahan baku pembuatan produk yang saya sebutkan di atas, sebagian besar merupakan hasil pengolahan dari tanaman perkebunan? Penasaran?? Mari kita bahas lebih lanjut.

            Istilah yang cocok untuk tanaman perkebunan untuk saat ini masih belum diperoleh definisi yang pasti dan jelas. Namun, definisi berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran kepada teman-teman mengenai apa itu tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan merupakan jenis tanaman berumur panjang yang terdiri atas dua jenis; semusim dan tahunan dengan proses pemanenan yang dapat dilakukan lebih dari satu kali. Ciri khusus lainnya yang membedakan tanaman tahunan dengan lainnya yaitu, tidak semua komoditas dapat dikonsumsi langsung sehingga diperlukan proses pengolahan hasil pertanian agar diperoleh produk primer, sekunder maupun tersier. Tanaman perkebunan dapat digolongkan dalam beberapa kelas. Teh, kopi dan kakao merupakan jenis tanaman perkebunan yang masuk ke dalam kelompok penyegar. Kelapa, aren, dan tebu merupakan jenis tanaman perkebunan yang masuk ke dalam kelompok pemanis. Kelapa sawit, kemiri dan jarak merupakan jenis tanaman perkebunan yang masuk ke dalam kelompok penghasil bahan bakar. Cengkeh, lada, pala, dan kayu manis merupakan jenis tanaman perkebunan yang masuk ke dalam kelompok rempah-rempahan. Sedangkan jahe, kunyit, kina dan temulawak merupakan jenis tanaman perkebunan berbasis fitofarmaka. Masih banyak lagi jenis tanaman perkebunan di luar sana yang dapat digolongkan menjadi kelompok-kelompok besar di atas. Atau bahkan dapat digolongkan menjadi kelompok baru berdasarkan fungsi dan pemanfaatannya. Sungguh beragam bukan jenis tanaman perkebunan itu? Dan pastinya komoditas tersebut tersebar luas dan dapat kita jumpai diberbagai wilayah di negara tercinta ini Indonesia.

           Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas lebih mendetail mengenai salah satu proses pengolahan tanaman perkebunan berbasis fitofarmaka yaitu jahe. Yup, betul sekali jahe atau yang sering kita kenal dengan nama tanaman rimpang serta fungsi dan khasiat yang sudah melegenda untuk aneka rempah dan obat. Setyawan (2002) menyatakan bahwa senyawa gingerol yang merupakan senyawa utama pada jahe segar dan berfungsi sebagai pemberi rasa pedas. Adapula senyawa shagaol dan zingeron yang berfungsi sebagai pemberi rasa panas dan pahit. Rasa pedas dan panas inilah yang dimanfaatkan dari jahe sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman serbuk jahe yang mampu memberikan kehangatan bagi tubuh.

          Jahe gajah dan jahe emprit merupakan jenis jahe yang sudah banyak dikenal masyarakat. Jahe gajah dan jahe emprit memiliki perbedaan karakteristik seperti; ukuran, warna kulit rimpang serta rasa pedas. Jahe gajah berukuran besar, kulit berwarna putih ada pula yang kuning serta rasanya tidak terlalu pedas sedangkan jahe emprit berukuran kecil, kulit rimpang berwarna putih atau kuning serta memiliki rasa yang sangat pedas (Setyawan, 2002).

Jahe emprit (dokumentasi pribadi)
Jahe emprit (dokumentasi pribadi)

            Salah satu cara pengolahan hasil pertanian tanaman jahe yaitu diolah menjadi minuman serbuk jahe. Prinsip utama dalam proses ini yaitu ekstraksi dan kristalisasi sedangkan komposisi bahan yang digunakan yaitu 1:1:1 (jahe : air : gula). Proses pengolahan diawali dengan jahe dicuci bersih, dikupas, lalu dipotong-potong. Selanjutnya masuk dalam proses ekstraksi, dimana potongan jahe dan air diblender sehingga diperoleh bubur jahe. Bubur jahe disaring lalu dipisahkan ekstrat jahe dengan ampasnya. Ekstrat jahe didiamkan ± 15 menit hingga terbentuk endapan lalu dipisahkan antara ekstrat jahe dan endapan. Setelah diperoleh esktrat jahe, maka proses pengolahan akan memasuki proses kristalisasi. Ekstrat jahe dituang ke wajan dan ditambahkan gula lalu dimasak dengan api kecil sambil diaduk hingga  mengkristal. Penambahan gula menjadi faktor yang menentukan dalam proses pembuatan serbuk jahe karena terjadi proses peleburan gula dengan ekstrat jahe. Dengan adanya proses pemanasan secara terus menerus mengakibatkan terjadinya proses kristalisasi ekstrat jahe menjadi kristal-kristal jahe karena gula kembali membentuk kristal setelah dicairkan. Serbuk jahe yang telah terbentuk selanjutnya didinginkan lalu dihaluskan dan diayak. Taraa, serbuk jahe telah jadi dan siap dinikmati. Tidak diperlukan proses yang panjang untuk menikmati minuman serbuk ini. Serbuk jahe yang ada tinggal diseduh dengan air panas lalu diaduk dan siap dinikmati untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya keadaan saat ini.

Proses kristalisasi (dokumentasi pribadi)
Proses kristalisasi (dokumentasi pribadi)
      

Serbuk jahe yang telah jadi dan belum dihaluskan (dokumentasi pribadi)
Serbuk jahe yang telah jadi dan belum dihaluskan (dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun