(Murid lain yang adalah di kelas tertawa)
Murid D Â Â Â : (menyahuti murid C) "Pikiranmu hanya makan saja. Menurutku, dengan ibu guru jujur, ibu guru mendapatkan hal yang lebih baik lagi pada saat ibu sedang kesusahan."
Guru       : "Yang diungkapkan si C dan D sama-sama benar. Memang benar pada saat itu dengan kejujuran ibu mendapatkan hal yang lebih baik lagi dengan bentuk pertolongan teman ibu yang memberikan ibu makanan. Namun ada satu hal yang lebih penting anak-anak. Kejujuran membawa berkah, walaupun ibu mengembalikan uang itu, teman ibu menolong ibu agar tidak kelaparan pada saat itu. Itulah yang dinamakan berkah. Ibu mendapatkan pengalaman bahwa tidak boleh mengambil barang milik orang lain, ibu tidak boleh berbohong, dan ibu tidak boleh bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Bayangkan jika kalian yang ada di posisi kakak kelas ibu, kalian pasti sedih. Jadi anak-anak, kita harus jujur walaupun kita berada di keadaan tersulit sekalipun. Percayalah dengan kita jujur, kebaikan kita akan dibalas Allah dan kita terhindar dari rasa bersalah dan dosa."
Menurut penulis, dari cuplikan pembelajaran yang telah Bu Anis lakukan di atas berjalan dengan efektif, karena siswa bereaksi ketika selesai mendengarkan pengalaman pribadi Bu Anis. Namun tak hanya berhenti pada tahap pertama ini, selanjutnya tahap kedua yang tak kalah lebih penting sebagai pengaruh besar perubahan nilai buruk yang dimiliki anak menjadi nilai baik.
2. Berikan penghargaan kepada siswa jika siswa menunjukkan sisi nilai baik yang ia punya.
Jika siswa mulai menunjukkan nilai yang positif dalam dirinya, guru bisa memberikan sebuah pujian dan penghargaan kepada siswa sebagai penguatan positif dalam membentuk kepribadian anak. Kembali lagi pada kasus nomor 1 dimana Bu Anis membagikan pengalaman pribadinya tentang nilai kejujuran pada saat setelah kejadian uang hilang yang dialami salah satu muridnya. Ketika pulang sekolah, ada murid Bu Anis, si E, mendatangi Bu Anis ke ruang guru. Si E mengatakan bahwa ia yang telah menemukan uang temannya terjatuh di bawah kursi namun si E memilih untuk tidak mengembalikannya. Si E memohon agar Bu Anis tidak memberitahukan kepada siswa lainnya bahwa ia yang mengambilnya. Sebagai guru tentunya Bu Anis paham sekali, bahwa si E bereaksi seperti ini setelah Bu Anis bercerita pengalaman pribadinya. Namun sebagai guru, Bu Anis tidak langsung men-judge si E. Sebagai guru harus memiliki kompetensi pendagogis, dimana guru memiliki cara membimbing anak didik dan cara menghadapi anak didik sehingga guru dapat melakukan pendekatan secara intensif dengan siswa. Bu Anis mempersilahkan si E untuk bercerita secara detail kejadiannya dengan membesarkan hatinya agar tidak merasa terdesak, "Tidak apa kamu bercerita detailnya kepada ibu. Ibu janji tak akan memberitahu kawan-kawanmu jika kamu jujur. Peganglah janji ibu. Ibu tak akan membiarkan murid ibu di benci teman satu kelasnya. Jika kamu bercerita kepada ibu, ibu akan menolongmu untuk menyelesaikan masalahmu. Kamu tidak sendirian ada ibu. Ceritalah, semua kawanmu sudah pulang tidak ada yang mendengar. Hanya kamu dan ibu yang tahu". Ketika Bu Anis mengatakan seperti itu, si E mulai bercerita. Ketika si E bercerita, Bu Anis tidak menyela dan membiarkan ia selesai bercerita lalu mengatakan "Baiklah, ibu mengerti bagaimana kondisimu. Lalu bagaimana perasaanmu saat ini setelah melakukan perbuatan tadi?". Ia menjawab "Aku merasa canggung, Bu. Padahal ia tidak tahu aku yang mengambilnya. Tapi tadi pas dia ngajak aku ngobrol, aku memilih menghindar seperti izin ke kamar mandi. Walaupun dia tak curiga kepadaku, tapi aku merasa bersalah. Aku tergugah mengembalikan uang ini setelah mendengar cerita ibu, tapi aku malu. Lalu aku memiliki inisiatif kalau uang ini aku serahin aja ke ibu agar ibu bisa menyerahkan uang ini ke dia". Pada saat itu Bu Anis memprediksi bahwa kegiatan pada nomor satu dapat memberikan efek kepada si E. Lalu Bu Anis berkata "Baiklah jika kamu menyesal. Ibu ikut senang mendengarmu berbagi kisah dengan ibu. Tak apa nak. Manusia adalah tempatnya salah. Ibu juga pernah melakukan salah ketika masih seumurmu. Tapi ibu belajar dari kesalahan ibu agar tidak merugikan ibu pada saat mendatang. Ibu harap dengan kejadian ini kamu bisa belajar ya nak, bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting. Terima kasih kamu sudah mau jujur dengan ibu. Sebagai bentuk hadiah karena kamu sudah jujur dengan ibu, ibu akan memaklumi tindakanmu untuk kali ini dan mengembalikan uang ini kepada pemiliknya tanpa ibu menyebutkan bahwa kamu yang mengambilnya. Sebagai bentuk hadiah lain agar kamu tak canggung lagi dengannya, besok ibu adakan pembagian kelompok untuk mengerjakan kliping. Ia akan satu kelompok denganmu. Ibu harap kamu bisa bekerja sama menyelesaikan tugas dan kebersamaan itu akan membuatmu tidak canggung lagi dan rasa bersalahmu mereda. Ibu juga harap kamu akan mengerti makna persahabatan bahwa dalam persahabatan harus saling jujur, kalau kamu tidak jujur kamu juga sendiri yang rugi yaitu dijauhi temanmu. Ibu akan membantumu untuk mengembalikan uang ini padanya tanpa menyebut kamu yang mengambilnya, namun kamu bisa janji tidak untuk tidak melakukan ini lagi? Ibu yakin kamu anak baik, buktinya kamu mau mengakui kepada ibu.". Lalu si E menjawab "Baik bu terima kasih banyak. Aku janji tak akan mengulanginya lagi.".
Dari kejadian di atas, siswa Bu Anis jujur bahwa ia yang mengambil uang temannya. Agar siswa merasa termotivasi untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Bu Anis memberi penghargaan kepada siswa tersebut. Penghargaan tak melulu memberi barang sebagai hadiah. Namun Bu Anis memberikan motivasi dan meringankan rasa canggungnya kepada temannya dengan mempersatukan dalam pengerjaan tugas kelompok agar tercipta rasa kebersamaan dan menghilangkan rasa canggung yang dimiliki si E.
3. Berkomunikasi secara efektif
Guru dapat berbicara dengan anak setiap hari tentang bagaimana nilai bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, Bu Anis mengadakan mengadakan program 15 menit sharing cerita tentang nilai baik dalam kehidupan sebelum bel pulang sebagai refleksi otak sebelum bel pulang sekolah. Bu Anis sering bercerita pengalamannya tentang nilai baik dalam kehidupan seperti menolong temannya dari kecelakaan. Tetapi terdapat pula sesi dimana cerita lalu melemparkan pertanyaan kepada para siswanya agar siswa bisa menanggapi apa nilai yang seharusnya yang baik untuk dipegang teguh, contoh: pada suatu ketika Bu Anis menceritakan sebuah kisah ada anak yang tak belajar lalu teman anak tersebut memberi contekan ketika ulangan lalu Bu Anis melemparkan pertanyaan "menurut kalian perbuatan itu benar atau salah". Ada yang menjawab "Ya kan menolong teman bu, menolong teman kan termasuk nilai peduli sesama". Ada juga yang menjawab "Ya tak boleh bu, namanya juga nyontek. Tidak mencerminkan nilai kejujuran". Ketika semua selesai berargumentasi, Bu Anis mengajak mereka membuat kesimpulan "Pendapat kalian semua sangat unik sekali. Mari ibu luruskan. Dari kejadian yang ibu ceritakan, kita dapat belajar bahwa sudah tentu saja memberi contekan/menyontek adalah perbuatan tidak jujur. Dan perbuatan tak jujur termasuk nilai negatif. Namun jika kita membantu teman kita belajar sebelum ulangan, seperti membantu memahami materi yang tak dimengerti atau membantu mengerjakan soal yang sulit. Hal tersebut termasuk nilai positif yang harus kita punyai".
Dari kejadian di atas dapat penulis tarik bahwa komunikasi efektif dapat mendorong siswa agar lebih memahami mana nilai yang harus dipegang teguh.
4. Memantau penggunaan media televisi dan internet