Mohon tunggu...
Hilda Putri Kusumawardani
Hilda Putri Kusumawardani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ordinary Citizen

Berawal dari suka dengerin curhatan temen, sering bantu temen nyusun problem solving, bantuin tugas temen yang kuliah-kerja dari tugas sepele sampai yang berat, kebetulan hobi nulis cerita pendek di platform online dan akhirnya memutuskan untuk bergabung menjadi penulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menanamkan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran yang Efektif pada Siswa SD

8 September 2022   09:00 Diperbarui: 8 September 2022   09:04 3276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngomong-ngomong soal profesi guru, tentunya tidak lepas dari tekhnik/cara mengajar. Menurut penulis, agar siswa menjadi generasi yang baik di masa depan, siswa perlu pendidikan nilai. Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranah afektif ini perlu diajarkan kepada peserta didik agar peserta didik mampu menerima nilai dengan sadar, mantap, dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam mengembangkan kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan nilai yang menjadi anutannya. Membelajarkan nilai (value) lebih memerlukan "skill" dibanding dengan membelajarkan kepercayaan (belief) dan sikap. Kita tidak bisa menentukan bagaimana nilai itu beroperasi dalam diri anak, sementara ia berbuat atau bersikap terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa "nilai" itu tercermin dalam sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, dalam pendidikan nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengenai hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai harus ada kesesuaiannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kemudian, perlu diingat pula bahwa dalam pembelajaran pendidikan nilai guru harus kreatif. Oleh karena itu, penyampaiannya tidak selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam rancangan formal. Tapi, pada fakta lapangan tidak semua guru mengajar dengan kreatif. Aku sebagai penulis pernah juga punya guru yang kalau mengajar tidak ada seninya yang hanya masuk kelas, duduk, disuruh buka buku, baca buku, mengerjakan soal, lalu pulang, dan tanpa ada inovasi dalam mengajar. Tidak ada sesi cerita, sesi menonton film-film dokumenter sejarah ataupun wisata sejarah padahal dari pelajaran Sejarah, terdapat pendidikan nilai tentang cara bersikap seorang tokoh-tokoh pahlawan. Tentu saja bosen gais, mana pelajarannya Sejarah lagi, mampus gak tuh baca buku doang, otak panas, hapal kagak. So, berikut ini penulis bagiin contoh cara/tekhnik guru dalam menanamkan nilai melalui pembelajaran yang efektif (FYI, contoh di bawah ini merupakan pengalaman rill dari teman aku yang profesinya sudah menjadi guru, anggap saja beliau namanya Bu Anis. Seluruh cara mengajar dan contoh dari narasumber udah penulis rangkum sedetail mungkin ya gais, jadi keefektifannya bisa kamu uji langsung di lapangan, hehehehe):

1. Sharing pengalaman pribadi dari kehidupan sehari-hari

Pengalaman dari kehidupan sehari-hari mengandung nilai esensial yang sangat penting dan yang sangat berharga bagi peserta didik untuk kehidupan bermasyarakat. Siswa belajar dari orang-orang di sekitar mereka, jadi untuk mengajarkan mereka nilai-nilai yang baik, maka guru harus memberikan contoh. Guru bisa saja secara verbal menjelaskan banyak nilai, tetapi siswa hanya akan mengaplikasikan apa yang guru tunjukkan melalui perilaku sendiri. Kita ambil contoh bagaimana cara mengajarkan nilai jujur kepada siswa. Menceritakan pengalaman pribadi dengan cara bertutur dapat membuat siswa lebih mendapatkan pesan mengenai pentingnya nilai jujur. Guru dapat bercerita pengalaman pribadinya pada saat kecil. Berikut adalah contoh ketika guru mengajarkan anak didik tentang nilai sebuah kejujuran:

Pada saat Bu Anis sedang mengajar di bulan Maret 2022, terdapat kejadian anak didik Bu Anis yang uangnya hilang. Namun tidak ada yang mengakui siapa yang mengambilnya. Lalu Bu Anis mempunyai cara lain untuk menumbuhkan nilai jujur kepada anak didiknya dengan cara bercerita pengalaman pribadi.

Guru            :"Anak-anak dalam kehidupan sehari-hari nilai kejujuran sangatlah diperlukan. Ibu punya cerita sewaktu ibu masih sekolah di SD dan dengan kejujuran yang ibu lakukan pada saat itu, ibu mendapatkan kue secara gratis."

Murid A      : "Lah kok bisa, Bu?"

Murid B      : "Ceritakan, Bu. Kok bisa sampai dapat kue gratis. Aku juga pengen, Bu. Heheheheh. Lumayan hemat uang saku."

(Siswa yang lain juga antusias untuk meminta Bu Anis menceritakan kisah yang pernah Bu Anis alami ketika SD)

Guru            : "Baiklah. Pada saat itu, ibu masih kelas 3 SD. Dan pada saat itu, ibu sangat lapar setelah pelajaran olahraga ditambah lagi pada saat itu adalah hari senin dimana pagi harinya ibu melakukan upacara bendera dan setelah upacara ibu ada pelajaran olahraga. Kebetulan pada saat itu, uang saku ibu ketinggalan di rumah karena bangun kesiangan akibatnya tergesa-gesa berangkat sekolah. Pada saat selesai olahraga, ibu menemukan uang Rp.10.000. Menurut ibu, pada zaman ibu sekolah dulu, uang tersebut nominalnya sudah banyak sekali. Dalam hati ibu, ibu ingin menggunakannya untuk makan bakso di kantin. Namun pada saat berada di kantin, ibu menemui kakak kelas ibu yang sedang bingung dan bertanya ke pengunjung kantin apakah pengunjung menemukan uangnya yang hilang sebesar Rp.10.000 dengan ciri-ciri uang tersebut terdapat bercak cokelat bekas kecap di ujung lembar uangnya. Pada saat itu ibu langsung bisa menebak bahwa uang yang ibu temukan adalah miliknya karena ciri-cirinya sama. Ibu bingung, jika dikembalikan ibu akan kelaparan dan tidak fokus belajar di kelas. Tapi jika tidak dikembalikan, kasihan sekali kakak kelas ibu yang bingung mencari. Dengan pertimbangan yang ketat, ibu memutuskan untuk mengembalikannya. Ibu mendatangi kakak kelas ibu dan menunjukkan uang yang ibu temukan. Lalu kakak kelas ibu sangat mengucapkan terima kasih. Lalu ibu menjawab dengan wajah setengah lesu karena lelah sehabis olahraga "Sama-sama, Kak. Lain kali jangan ceroboh ya, Kak.". Lalu tak lama, kakak kelas itu pergi dan ibu memutuskan kembali ke kelas berencana untuk mengganjal perut dengan bekal air minum yang ada di tas saja. Pada saat kembali ke kelas. Teman sebangkuku bertanya kepadaku, "Hey, mengapa wajahmu lesu sekali?". Ibu menceritakan kejadian yang ibu telah alami. Lalu teman ibu menjawab, "Wow, jujur sekali kamu. Tapi tak apa kawan. Kamu memilih mengembalikan uang itu adalah keputusan yang baik sekali. Lihatlah, aku membawa kue yang dibuatkan ibuku. Hari ini aku ulang tahun, aku akan memberimu kue yang lebih banyak agar kau tak lesu begini". Ibu langsung senang kegirangan dan mengucapkan terima kasih kepada teman ibu. Menurut kalian. Apa yang dapat kalian ambil dari pengalaman yang ibu alami".

Murid C      : "Berbuatlah jujur agar dapat makanan. Begitu kan, Bu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun