Mohon tunggu...
Hilda Putri Kusumawardani
Hilda Putri Kusumawardani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ordinary Citizen

Berawal dari suka dengerin curhatan temen, sering bantu temen nyusun problem solving, bantuin tugas temen yang kuliah-kerja dari tugas sepele sampai yang berat, kebetulan hobi nulis cerita pendek di platform online dan akhirnya memutuskan untuk bergabung menjadi penulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Standar Sosok Utuh Kompetensi Guru

6 September 2022   05:32 Diperbarui: 7 September 2022   11:46 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Standar Sosok Utuk Kompetensi Guru (Sumber Gambar: www.pinterest.com/freepik)

Standar sosok utuh kompetensi guru terdiri atas kompetensi akademis dan kompetensi profesional. Kedua kompetensi ini layaknya seperti dua sisi mata uang yang tak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Naskah Akademis Pendidikan Profesional Guru yang dijadikan acuan dalam pengembangan berbagai panduan mengatakan bahwa kompetensi profesional dapat dibentuk melalui latihan, sedangkan kompetensi akademis dapat ditingkatkan melalui konteks autentik di sekolah. Tentu saja implementasi kompetensi guru tidaklah mudah. Dibutuhkan sosok guru yang harus sangat paham dengan murid-muridnya. Selain itu juga dibutuhkan sosok guru yang mau melakukan self-development. So, mahasiswa keguruan tidak hanya fokus meningkatkan pengetahuan saja selama kuliah tetapi juga harus fokus dalam pengembangan kompetensi guru. Dalam kesempatan kali ini penulis akan memberi contoh implementasi penerapan kompetensi guru dari sudut pandang penulis.

A. Kompetensi Akademis

Kompetensi akademis merupakan landasan scientific dari layanan penyelenggara layanan ahli keguruan yang terdiri atas empat rumpun kompetensi berikut:

1. Kemampuan Mengenal Peserta Didik Secara Mendalam.

Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam artinya pemahaman yang mendalam tentang karakteristik, intelektual, sosial, emosional, dan fisik serta latar belakang peserta didik sebagai landasan bagi guru agar mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Dalam suatu kelas terdapat karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Dalam menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda, guru mempelajari karakter-karakter setiap anak didik sehingga dapat memudahkan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Langkah awal yang dapat guru lakukan untuk mengenali karakter siswa yaitu memahami terlebih dahulu pemahaman tentang diri sendiri (Self Understanding), dan juga pemahaman tentang orang lain (Under Standing the Other). Berikut adalah implementasi kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam menurut opini penulis: 

Bu Yurim adalah seorang guru di Sekolah Dasar. Sebagai seorang guru tentunya harus memahami terlebih dahulu pemahaman tentang diri sendiri (Self Understanding), dan juga pemahaman tentang orang lain (Under Standing the Other). Bu Yurim memahami bahwa dirinya adalah sosok yang punya karakter apabila berbicara selalu dengan nada tinggi, dan sedangkan di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang punya karakteristik yang berbeda-beda. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang berani di dalam kelas tidak akan takut kepada Bu Yurim walaupun Bu Yurim punya karakter nada bicara tinggi ketika menjelaskan materi, tetapi ada murid Bu Yurim yang penakut sehingga ketika Bu Yurim menjelaskan materi, murid Bu Yurim yang penakut berkeringat dingin ketika memperhatikan Bu Yurim. Dalam menghadapi situasi tersebut Bu Yurim beradaptasi, bagaimana karakter nada tinggi Bu Yurim tidak membuat takut pada peserta didik Bu Yurim yang punya karakter penakut. Dari sinilah Bu Yurim harus bertindak sebagai psikolog dan dokter bagi siswa tersebut yang punya karakter penakut. Langkah awal yang Bu Yurim lakukan yaitu menanyakan kebiasaan si anak pada saat di rumah kepada orang tua si anak tersebut. Ketika Bu Yurim sudah mengetahui bahwa kebiasaan di rumah memang si anak tidak pernah kena omongan dengan nada tinggi. Sehingga langkah selanjutnya Bu Yurim harus segera beradaptasi dengan kondisi anak tersebut. Ketika pulang sekolah, Bu Yurim dapat mengajak ngobrol santai dengan siswa tersebut. Bu Yurim berusaha berbicara dengan tutur kata yang pelan dan halus dengan memelankan suara, lalu menanyakan mengapa ketika Bu Yurim menjelaskan materi anak tersebut selalu ketakutan. Ketika anak sudah mulai bercerita, Bu Yurim sebagai guru langsung hareus dapat memahami dan memberi pemahaman bahwa memang Bu Yurim memiliki suara yang tinggi namun bukan berarti Bu Yurim marah jadi Bu Yurim menghimbau kepada murid tersebut untuk tidak takut. Setelah itu Bu Yurim dapat memberi motivasi dan memberi sugesti yang tepat serta memberikan solusi. Bu Yurim membiasakan mengajaknya berbicara ketika pembelajaran berlangsung, dan pada saat pulang sekolah ketika bersaliman dengan Bu Yurim, Bu Yurim dapat melakukan hal kecil untuk membangun psikologis anak yaitu dengan memberi senyuman dan menanyakan beberapa pertanyaan ringan seperti "pulang sekolah dijemput siapa nak?". Dari situlah dapat tumbuh kedekatan antar anak didik yang awalnya punya karakter penakut bisa beradaptasi dengan karakter Bu Yurim yang mempunyai nada tinggi saat menjelaskan materi. Kedekatan antara guru dan siswa dapat membuat siswa lebih leluasa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Kemampuan Menguasai Bidang Studi

Kemampuan menguasai bidang studi artinya kemampuan penguasaan substansi dan metodologi bidang ilmu yang bersangkutan serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kebutuhan peserta didik dan kurikuler. Berikut adalah contoh implementasi kompetensi dalam menguasai bidang studi menurut opini penulis sebagai berikut: 

Bu Yurim adalah guru kelas 2. Sebagai seorang guru harus memiliki metode/cara bagaimana suatu bahan ajar yang kompleks dapat di kemas untuk disampaikan ke anak didik secara simple dan mudah di mengerti oleh peserta didik. Di kelas 2 peserta didik diharuskan untuk bisa perkalian. Bahan ajar yang ada di buku hanya menyertakan teori saja dan latihan soal perkalian. Di dalam buku tidak diajarkan cara cepat hapal perkalian. Sehingga Bu Yurim sebagai guru harus kreatif dalam menyampaikan bahan ajar agar dipahami oleh siswa. Bu Yurim dituntut mampu menguasai perkalian dan metode pembelajarannya. Bu Yurim membuat sesi belajar berkelompok materi perkalian dengan metode jarimatika, ketika sudah selesai menyampaikan menghitung perkalian dengan jarimatika, Bu Yurim menyuguhi soal tentang perkalian dan murid dalam kelompok belajar tersebut menyelesaikan soal tersebut dengan metode jarimatika. Tak lupa juga, Bu Yurim ikut mendampingi ketika menyelesaikan soal yang Bu Yurim berikan. Ketika soal sudah selesai dikerjakan, untuk menguatkan materi perkalian, Bu Yurim mengajak menyanyikan lagu perkalian yang sedang viral di serial upin ipin. Setelah selesai dengan metode pengajaran jarimatika dan metode menyanyi, selanjutnya evaluasi yaitu dengan mengadakan kuis sebelum pulang sekolah, bagi yang belum bisa ketika diberi kuis perkalian, siswa wajib ikut les tambahan khusus belajar perkalian setelah pulang sekolah selama 30 menit, lalu diberi PR 5 soal perkalian untuk dikerjakan di rumah khusus bagi siswa yang belum bisa perkalian dan dikumpulkan dihari berikutnya. Metode memberi motivasi bagi siswa yang tak bisa perkalian pada saat les tambahan juga terus menerus dilakukan agar siswa tersebut semangat dan tidak merasa minder sehingga terdapat kemauan belajar yang tinggi dapat terus tumbuh. Semua metode tersebut dilakukan agar bahan ajar yang ada dapat cepat diserap oleh murid sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan belajar.

3.Kemampuan Menyelenggarakan Pembelajaran Yang Mendidik.

Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik artinya kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan proses dan hasil pembelajaran, serta kemampuan menindaklanjuti hasil asesmen untuk perbaikan. Menurut penulis, guru harus mengimplementasikan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik, dengan cara dan pendekatan pembelajaran yang mendukung pembelajaran yang mendidik yaitu PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Guru harus dapat menjadi sesorang fasilitator dan memberikan peluang yang seluas- luasnya kepada siswa untuk memanfaatkan berbagai sumber yang ada. Berikut adalah contoh implementasi dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik menurut sudut pandang penulis: 

Bu Dita adalah guru kelas 4 SD. Dalam pembelajaran di kelas 4 SD terdapat bahan ajar tentang materi toleransi. Dan suasana pembelajaran harus yang tercipta dimana siswa lebih berperan aktif di kelas dengan bimbingan guru. Sehingga, Bu Dita melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM dimana pada saat itu siswa diberi permasalahan yang rill yang dapat memunculkan pendapat pro dan kontra yang tentunya permasalahan tersebut disesuaikan dengan bahan ajar tentang toleransi tadi, misal di kelas para siswa menyukai warna yang berbeda beda, Bu Dita memilih 4 siswa maju ke depan. 4 siswa yang Bu Dita pilih kebetulan adalah siswa yang sering bercekcok ketika di kelas karena 4 siswa tersebut memiliki geng, sebut saja siswa itu bernama A, B, C, dan D. Si A berteman dengan si B. Dan si C berteman dengan si D. 4 siswa tersebut Bu Dita tanyai apa warna kesukaan mereka, si A dan B menyukai warna merah, C dan D menyukai warna hitam. Dari perbedaan warna yang mereka sukai Bu Dita melontarkan pertanyaan kepada si A dan B "Bagaimana sikap kalian melihat kawan kalian si C dan D memiliki kesukaan warna yang berbeda dari kalian". Jawaban mereka "ya kami merasa mereka bukan teman kami bu, karena geng kami harus suka warna merah". Begitupun juga sebaliknya, si C dan D diberi pertanyaan seperti itu juga jawabannya sama. Tugas Bu Dita sebagai guru adalah mendamaikan, menjadi penengah, meluruskan, dan memasukkan nilai-nilai bahan ajar yang mendidik tentang toleransi bahwa kita semua memiliki derajat yang sama, dan sesama teman apapun warna kesukaannya berbeda harus tetap saling menghargai dan tak boleh bermusuhan. Lalu Bu Dita menyuruh duduk kembali. Dan Bu Dita melakukan asesmen guna menindaklanjuti hal tersebut. Tak lama kemudian Bu Dita mengajak mereka menonton "Laskar Pelangi". Dalam film tersebut Bu Dita menjelaskan bahwa terdapat perbedaan karakter dan suku. Bu Dita berkata "Kalian bisa amati dalam film Laskar Pelangi yang sedang kalian tonton, mereka berbeda-beda karakter, beda suku, beda kesukaan dalam menyukai lagu, berbeda kesukaan dalam memilih pelajaran yang disukai, namun mereka tetap rukun dan mencapai cita-cita bersama". Dari situ, siswa yang berbeda kesukaan tadi mulai tumbuh rasa toleransi. Lalu Bu Dita melakukan evaluasi apakah siswa sudah paham akan makna toleransi dengan cara mengadakan kerja bakti untuk membersihkan kelas dimana dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut diperlukan kegiatan tolong menolong. Mereka saling toleransi, ada siswa yang bertubuh pendek lalu siswa bertubuh tinggi menggantikan siswa yang bertubuh pendek untuk menghapus papan tulis yang penuh coretan. Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa di kelas termasuk keempat siswa yang bermasalah tadi sudah bisa saling menghargai. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang kooperatif dapat membantu membantu siswa agar dapat saling berinteraksi, mencapai tujuan yang spesifik, kelas juga tetap dalam kontrol guru, dan berpusat pada siswa

4.Kemampuan Mengembangkan Profesionalitas Secara Berkelanjutan.

Kemampuan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan artinya kemampuan guru dalam memanfaatkan setiap peluang untuk belajar meningkatkan profesionalitas sehingga pembelajaran yang dikelolanya selalu mengutamakan membantu masalah peserta didik. Berikut adalah contoh implementasi kemampuan mengembangkan profesionalitas yang berkelanjutan menurut opini penulis: 

Dalam mengembangkan profesionalitas guru saat ini sangatlah dipentingkan untuk upgrade skill guru. Di era serba digital saat ini sangat banyak platform yang menyediakan pembelajaran bagi guru guna mengembangkan profesionalitasnya dalam membantu masalah peserta didik. Salah satunya Ruang Guru. Platform ini menyediakan pelatihan khusus online yang bertema "Pentingnya Profesionalitas SDM Pendidik" di dalamnya berisi tips dan cara mengenali karakter siswa, cara menyampaikan materi dengan metode yang tepat dan yang mengasyikkan serta tak mononton dengan memanfaatkan media video, cara menjadi psikolog dan dokter bagi si anak yang bermasalah, hingga bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak dan wali murid guna kelancaran belajar. Selain itu di platform LinkedIn juga menyediakan seminar pengembangan profesionalitas tingkat internasional. Di platform tersebut terdapat mentor asing yang menjelaskan pengalamannya sebagai guru profesional di luar negeri. Pada platform tersebut juga dibuka sesi tanya jawab yang pesertanya adalah lintas negara, sehingga SDM guru yang mengikuti dapat menyimak dan mengambil beberapa hal positif yang dibahas di seminar tersebut guna menambah wawasan profesionalitas guru dan guru dapat upgrade skill menyesuaikan/meniru skill/metode yang dimiliki SDM guru profesional di lingkup Internasional. Selain cara-cara tersebut juga ada beberapa langkah/cara guna mengembangkan profesionalitas guru seperti: aktif dalam keikutsertaan konferensi (conference participation), aktif mengikuti workshop dan seminar (workshops and in service seminars) yang diadakan oleh kementerian pendidikan, membentuk kelompok membaca (readings group), pengamatan kolega (peer observation), penulisan jurnal/catatan harian guru (writing teaching diaries/journals), kerja proyek (project work), penelitian, tindakan kelas (classroom action research), portofolio mengajar (teaching portfolio), dan mentoring.

B. Kompetensi Profesional

Para guru diharapkan dapat menggunakan standar kompetensi sebagai acuan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum program S1 PGSD secara sistematis dan sistemis dengan tujuan agar dapat menghasilkan lulusan yang benar-benar menguasai kompetensi yang distandarkan. Standar kompetensi guru yang termasuk kompetensi profesional terdiri atas.

1. Kompetensi Pedagogis

Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Pedagogis adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara membimbing anak didik, cara menghadapi anak didik, apa saja tugas tenaga pendidik, dan apa tujuan mendidik seorang anak. Contoh: 

Guru harus mampu memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang baik dan menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa di kelas yang memiliki beragam karakter, emosional dan intelektual. Selain itu guru harus bisa menguasai teori bahan ajar guna menyelenggarakan kegiatan belajar yang mendidik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna kepentingan penyelenggara kegiatan pengembangan yang mendidik. Lalu guru harus mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang yang diampu serta memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

2. Kompetensi Kepribadian

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Contoh: 

Guru harus memiliki fondasi yang kuat akan kepribadiannya seperti memiliki kebiasaan beribadah tepat waktu, selalu mengucap salam ketika bertemu, dan selalu tersenyum ketika bertemu seseorang. Hal yang dilakukan tersebut merupakan cerminan kepribadian guru yang apabila sudah menjadi sebuah kepribadian yang melekat dalam diri guru, tentu saja akan menjadi contoh/teladan bagi para siswa.

3. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Contoh: 

Sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan efektif saat menyampaikan pengajaran seperti pembelajaran dilakukan tidak dengan satu arah namun dua arah, dan pembelajaran dilakukan tidak hanya menyampaikan materi namun ada praktiknya. Guru juga harus berkomunikasi dengan santun dan penuh empati pada peserta didik. Sebagai guru juga harus bisa menginformasikan perkembangan anak didik ke wali murid anak didik, apabila ada masalah belajar yang dialami siswa, guru tidak boleh memarahi siswa dan mendiskriminasi siswa di kelas. Guru harus punya kode etik, dimana haus menghargai siswa baik yang pintar maupun kurang pintar karena hak mereka adalah sama yaitu mendapatkan pendidikan. Dalam berinteraksi dengan wali murid guna menyampaikan masalah belajar anak didik juga harus santun dan menjelaskan secara rinci, tidak boleh menyalahkan anak karena semua adalah tanggung jawab bersama, hal tersebut dilakukan guna menemukan solusi yang tepat guna mengembangkan prestasi belajar anak.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Guru dituntut mampu mengarahkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar sehingga guru harus mampu memodifikasi menyajikan bahan ajar agar dapat diserap siswa dengan baik. Guru dituntut mampu menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD) pelajaran, dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu serta mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik. Contoh: 

Guru harus mempelajari bahan ajar yang ada, lalu mencari cara bagaimana bahan ajar yang hanya berupa materi buku dapat tersampaikan kepada siswa yang kemampuan intelektualnya berbeda-beda. Jadi solusinya guru harus upgrade cara menyampaikan materi seperti awalnya hanya mononton membaca buku, tetapi harus lebih bisa kreatif seperti mencari video di youtube sesuai bahan ajar lalu disajikan dengan visualisasi video dengan background musik yang membangun semangat belajar. Guru harus mengamati gaya belajar siswa, sehingga dapat menyesuaikan metode ajar yang tepat. Namun pada era ini gaya mengajar sudah lebih canggih dan lebih disukai anak-anak yaitu visualisas pembelajaran dalam bentuk video dan lagu. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki kemampuan pemahaman materi yang kompleks.

Dari contoh implementasi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa menjadi guru merupakan pekerjaan yang kompleks karena selain upgrade skill dan self-development, guru juga harus punya mempelajari dan membangun psikologis murid serta menumbuhkan semangat belajar murid agar dapat mencapai prestasi belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun