Dalam proses pembelajaran, teknik/cara yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru merupakan komponen penting dalam keberhasilan belajar mengajar. Karena setiap siswa yang berada dalam satu kelas memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga seorang guru dituntut untuk berkreasi se-kreatif mungkin agar suatu pembelajaran dapat diserap oleh masing-masing siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda beda dalam menangkap materi pembelajaran. Proses belajar memiliki ciri yaitu adanya perubahan sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta keterampilan dari peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses belajar tidak dilakukan dengan secara instan namun memerlukan tahap-tahap yang berkesinambungan untuk menjadikan seorang siswa memiliki progress yang signifikan dalam menangkap, memahami, dan mengimplementasikan sebuah materi pembelajaran. Sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita amati gambar di bawah ini:
Dari sinilah untuk dapat menerapkan proses belajar yang sesuai dengan karakteristik the scientific basis of the arts of teaching diperlukan pemahaman terlebih dahulu potensi masing-masing siswa. Problemnya, bagaimana siswa dalam satu kelas yang punya beranekaragam karakter dapat memahami/berhasil dalam proses belajar dan mencapai tujuan belajar. Guru harus memiliki seni dalam mengajar, dan untuk menghadirkan seni dalam mengajar membutuhkan kreativitas. Seni dalam mengajar meliputi seni mengelola kata, seni mengelola lingkungan kelas, seni mengelola perbedaan dan seni mengelola konflik. Â Kita ambil contoh dari ilustrasi di atas, bagaimana jika di dalam kelas ada seorang murid seperti karakter seekor gajah yang ada di dalam gambar tersebut yang dituntut untuk bisa mengambil buah dengan cara memanjat. Tugas seorang guru disini adalah bagaimana seekor gajah tetap dapat mengambil buah tanpa harus memanjat. Guru harus bisa menyampaikan kepada siswa tersebut bahwa untuk mendapatkan buah tidak harus memanjat. Namun gunakan anggota tubuh yang dapat menjangkau buah atau menggunakan alat bantu yang ada di sekitar. Guru dapat mencontohkan bagaimana menggunakan anggota tubuh lainnya dan alat bantu yang ada untuk menjangkau buah tersebut agar bisa diambil oleh siswa tanpa harus memanjat.
Dari penjelasan di atas, tentu saja timbul pertanyaan: Gimana sih contoh implementasi mengajar dengan seni? Disini penulis akan sajikan contoh implementasinya. FYI, contoh di bawah ini merupakan pengalaman rill dari teman penulis yang profesinya sudah menjadi guru MI di wilayah kapupaten. Anggap saja beliau namanya Bu Anis. Seluruh cara mengajar dan contoh dari narasumber sudah penulis rangkum sedetail mungkin ya gais, jadi keefektifannya bisa kamu uji langsung di lapangan, hehehehe. Berikut adalah contoh implementasi teknik mengajar dengan menerapkan the scientific basis of the arts of teaching.
Bu Anis mengajar di sebuah MI yang berada di sebuah desa. Tentu saja karakteristik murid di desa tidak sama dengan karakteristik murid di kota. Karena menurut pengalaman Bu Anis, murid di desa tidak terlalu memiliki persaingan ketat di antara para siswa karena para orang tua berprinsip bahwa sudah bisa bersekolah saja sudah bersyukur. Berbeda dengan di kota, walaupun masih SD, persaingan nilai sangatlah ketat bahkan orang tua pun ikut bersaing dengan wali murid yang lainnya untuk mendapatkan nilai bagus, para orang tua rela merogoh uang di saku untuk memasukkan bimbel. Dari keadaan yang ada, Bu Anis harus melakukan edukasi yang kompleks agar proses belajar mengajar berhasil. Langkah awal yang di lakukan oleh Bu Anis yaitu membangun komunikasi yang efektif dengan wali murid melalui pesan WhatsApp sehingga ketika anak mereka punya kendala belajar di kelas, Bu Anis dan wali murid bisa menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar anak dan agar tidak tertinggal di kelas.Â
Suatu ketika terdapat materi perkalian yang dimana seluruh siswa dituntut untuk hafal perkalian dengan metode hafal. Namun, di kondisi lapangan, ada siswa yang diajari menghafal perkalian langsung bisa dan ada juga yang tidak bisa. Dari sinilah Bu Anis memulai menerapkan seni dalam teknik mengajar Bu Anis.
- Langkah pertama yaitu menerapkan seni mengelola perbedaan. Bu Anis mulai mendata dan membagi siswa dalam 2 kategori yaitu pro (langsung bisa perkalian hanya dengan menghafal), dan noob (murid yang tidak bisa perkalian dengan hafalan).
- Setelah Bu Anis mendata dan mengklasifikasikan, langkah selanjutnya Bu Anis baru menerapkan seni mengelola kelas dan mengelola konflik. Ruang kelas sangatlah berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar mengajar, dalam pengelolaan kelas Bu Anis menerapkan duduk secara rolling pada kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada saat khusus pembelajaran perkalian, Bu Anis mengubah tempat duduk mereka menjadi berkelompok dimana satu kelas nya berisi 24 siswa, lalu Bu Anis bagi menjadi 4 kelompok yang masing-masingnya beranggotakan 6 orang. Di tiap kelompok Bu Anis campur mana murid yang sudah hafal perkalian dan mana murid yang belum hafal perkalian. Bu Anis juga menerapkan seni mengelola konflik, tentu saja di tiap proses pembelajaran ada beberapa konflik seperti pada saat dijelaskan ada yang bercanda dengan temannya, Bu Anis juga memisahkan beberapa siswa yang terindikasi suka bercanda dalam kelompok yang berbeda. Agar pada saat dijelaskan tidak ada kegaduhan.
- Lalu Bu Anis mulai mengajarkan mereka teknik menghitung perkalian dengan konsep jarimatika. Â Disini memerlukan seni mengolah kata, bagaimana metode jarimatika akan tersampaikan dengan baik, hal ini dilakukan agar mereka tau bagaimana cara menghitung perkalian, Bu Anis tidak menjelaskan dengan cepat. Mereka Bu Anis suruh untuk memperhatikan Bu Anis yang mengajar di depan, mereka juga Bu Anis suruh untuk menirukan peragaan jari Bu Anis ketika Bu Anis menjelaskan. Setelah Bu Anis selesai menjelaskan. Bu Anis mempersilahkan mereka bertanya jika ada yang belum paham. Dan Bu Anis akan menjelaskan ulang di bagian yang tidak paham ketika ada yang kebingungan. Setelah itu, Bu Anis memberi kertas berisikan soal, tidak banyak. Hanya 5 soal. 5 soal itu di kerjakan berkelompok. Bu Anis menganjurkan dan menyuruh untuk menghitung bersama. Dalam kegiatan tersebut, dalam kelompok mereka sangat berantusias menghitung dengan jari. Bu Anis berkeliling ketika mereka mengerjakan soal secara berkelompok. Ketika ada salah satu murid dari satu kelompok yang terlihat diam saja dan tidak ikut berhitung dengan teman-teman satu kelompok. Bu Anis menghampirinya, dan mengajarkan ulang secara lebih dekat. Teman-teman yang ada di dekatnya juga ikut melihat Bu Anis ketika mengajari siswa yang diam pada saat mengerjakan. Setelah soal tersebut selesai dikerjakan. Bu Anis mongoreksi dengan menghampiri bangku tiap kelompok. Apabila ada yang salah, tidak langsung Bu Anis salahkan tetapi Bu Anis ajak menghitung ulang bersama-sama dengan metode jarimatika hingga jawaban benar.
- Agar lebih hafal perkalian, Bu Anis memutar lagu hafalan perkalian seperti di serial kartun Upin-Ipin yang Bu Anis download dari channel YouTube Les' Copaque Productions ketika pembelajaran berakhir, sehingga siswa dapat lebih bersemangat dan cepat hafal
- Tak lupa juga, walaupun Bu Anis sudah mengajari mereka teknik jarimatika, Bu Anis juga membuat satu video pembelajaran cara/teknik berhitung perkalian dengan jari lalu Bu Anis share ke WhatsApp grup kelas, sehingga mereka di rumah bisa menonton lagi. Bu Anis juga mengirimkan lagu tentang perkalian pada grup WhatsApp agar bisa diputar secara berulang kali.
- Bu Anis melakukan kegiatan berkelompok dan bernyanyi tersebut berulang kali hingga dirasa setiap siswa sudah bisa perkalian. Lalu untuk memastikan mereka sudah bisa berhitung perkalian dan hafal perkalian, Bu Anis melakukan evaluasi dengan cara mengadakan kuis. Seminggu 3 kali pada saat sebelum pulang, Bu Anis mengadakan kuis. Bu Anis panggil namanya satu persatu Bu Anis suruh maju ke bangku Bu Anis, Bu Anis beri pertanyaan tentang perkalian, mereka Bu Anis persilahkan menghitung dengan jari atau langsung bisa menjawab karena sudah hafal. Bagi yang Bu Anis kasih pertanyaan bisa menjawab, Bu Anis persilahkan meninggalkan kelas. Bagi yang masih tidak bisa pada saat di kasih pertanyaan, Bu Anis beri satu lembar kertas yang berisi 5 soal perkalian dan Bu Anis suruh mengerjakan di rumah untuk dikumpulkan di keesokan harinya.
- Dari rangkaian proses belajar yang Bu Anis lakukan, hanya cukup 2-3 minggu saja murid Bu Anis dalam satu kelas bisa hafal perkalian. Ketika Bu Anis uji di ulangan harian, nilai yang mereka dapatkan sempurna.
Dari pengalaman di atas, saya sebagai penulis sangat terkesan dengan pengalaman beliau. Step by step yang dilakukan sangat detail dan bagi orang awam (seseorang yang bukan berprofesi menjadi guru) seperti saya tentu saja menghadirkan sebuah seni dalam mengajar sangatlah rumit, dibutuhkan jam terbang yang tinggi untuk menguasai kondisi akademik siswa yang beragam.Â
Melihat keberhasilan Bu Anis untuk mendorong siswanya mencapai prestasi belajar, kesimpulan yang dapat diambil yaitu kemampuan seni dalam mengajar merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar guru dapat melahirkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa-siswanya. Metode belajar yang baik hanya akan lahir dari guru yang kreatif sehingga kegiatan belajar tidak hanya akan menjadi kegiatan yang mendidik tapi juga akan menjadi kegiatan pembelajaran yang berkesan bagi siswa. Pembelajaran yang berkesan bagi siswa sejatinya akan mudah membekas di memori otak anak, hal tersebut dapat membantu anak memiliki semangat belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H