Mohon tunggu...
Hilda Nuzulia
Hilda Nuzulia Mohon Tunggu... Lainnya - Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Tindak Tutur pada Teks Cerita Rakyat Batu Menangis

2 Juli 2022   20:27 Diperbarui: 2 Juli 2022   20:30 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di negara Indonesia pastinya sangat banyak sekali adanya berbagai macam cerita rakyat yang telah ada, salah satunya adalah cerita rakyat batu menangis, Cerita rakyat batu menangis ini berasal dari Kalimantan Barat. Di dalam adanya sebuah cerita ini, menceritakan sebuah kisal yang berawal dari adanya sebuah seorang janda yang miskin yang hidup bersama anak perempuannya.

Anak perempuan dari seorang janda tersebut tumbuh sangat cantik jelita, Namun dibalik adanya sebuah kecantikannya tersebut tidak sama dengan sifat yang telah ia miliki, karena ia tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri waktu ia bersama ibunya sedang berjalan menuju pasar, ketika ia ditanya oleh seorang pemuda "Siapa perempuan tua yang sedang berjalan dibelakangmu itu, apakah ia ibumu?" Seketika ia langsung menjawab dengan sangat sinis "Tentu saja bukan, ia adalah hanya seorang pembantu!"

Maka dari itu adanya sebuah artikel ini, penulis menyampaikan mengenai hasil analisis adanya berbagai macam sebuah tindak tutur yang telah ada didalam adnaya sebuah cerita rakayat yang berjudul batu menangis, diantaranya yaitu ada 3 macam tindak tutur (Lokusi, Ilokusi, dan perlokusi)

Tindak Tutur Lokusi Pada Teks Cerita Rakyat Batu Menangis 

Tindak tutur lokusi adalah adanya suatu tindak tutur yang telah memiliki maksud untuk bisa menyatakan sesuatu yang telah ada/sedang dirasakan oleh seseorang, maka dari didalam adanya sebuah penelitian ini saya telah menemukan percakapan yang ada didalam dialog tersebut yaitu:

'' Ya Allah ampunilah hambamu yang sangat lemah ini dihadapanmu, maafkanlah hamba ya Allah yang belum bisa mendidik putri hamba sendiri secara dengan baik, Sehingga ia tumbuh menjadi seorang putri yang telah durhaka kepada ibu kandungnya sendiri, Maka dari itu tolonglah hamba Ya Allah hukumlah anak durhaka ini (Do'a sang ibu)"

Didalam adanya sebuah tindak tutur tersebut termasuk kedalam tindak tutur lukosi, karena tuturan tersebut telah menyatakan suatu maksud yang sedang dirasakan oleh sang ibunya karena  adanya sebuah ucapan yang sangat menyakitkan yang telah anak gadis itu ucapkan kepada ibu kandungnya sendiri.

Tindak Tutur Ilokusi Pada Teks Cerita Rakyat Batu Menangis 

Tindak tutur Ilokusi adalah adanya sebuah tindak tutur yang memiliki suatu maksud untuk bisa melakukan sesuatu, maka dari didalam adanya sebuah penelitian ini saya telah menemukan adanya sebuah kutipan kalimat yang ada didalam adanya cerita rakyat batu menangis tersebut yaitu:

"Tiba-tiba ibu berhenti berjalan lalu beliau duduk di pinggir jalan sambil meneteskan air mata, hingga pada akhirnya sang ibu mengadahkan kedua tangganya keatas"

Didalam adanya sebuah tindak tutur tersebut termasuk kedalam tindak tutur Ilokosi, karena tuturan tersebut telah mengandung adanya sebuah maksud yaitu sang ibu sedang berdo'a kepada Yang Maha Kuasa untuk menghukum putrinya sendiri.

Tindak Tutur Perlokusi Pada Teks Cerita Rakyat Batu Menangis 

Tindak tutur perlokusi adalah sebuah tindak tutur yang telah  mempunyai adanya efek/daya pengaruh yang dihasilkan dengan cara mengujarkan sesuatu kalimat yang pastinuya dapat menimbulkan sebuah kenyataan secara dengan sengaja maupun tidak sengaja, maka dari didalam adanya sebuah penelitian ini saya telah menemukan adanya sebuah kutipan kalimat yang telah menyatakan adanya sebuah ucapan yang talah timbul secara dengan sengaja yaitu dengan dibuktikanya do'a ibu yang telah Allah kabulkan untuk anak gadisnya yang sudah durhaka itu, karena sudah sangat membuat relung hati sang ibu kandung menjadi sakit hati, yaitu:

"Ibu, tolong aku sebagai anak kandungmu, , Apa yang telah terjadi pada kakiku bu?, Ibu maafkan anakmu yang telah durhaka kepadamu bu, Aku berjanji akan menjadi anak yang terbaik untuk ibu (Teriak putrinya dengan rasa yang sangat ketakutan).

Hingga pada akhirnya gadis yang sangat cantik jelita itu terus menangis serta memohon agar ibunya bisa mengampuninya, namun semua itu sudah terlambat, hukuman dari Allah sudah terjadi dan tidak bisa dihindari. Seluruh tubuhnya secara dengan perlahan telah berubah menjadi batu, hingga pada akhirnya gadis yang sangat cantik jelita itu sudah pasrah serta hanya bisa menangis dan menyesali semua perbutannya yang telah ia lakukan kepoada ibu kandungnya sendiri. Didalam adanya sebuah tindak tutur tersebut termasuk kedalam tindak tutur Perlokusi, karena tuturan tersebut telah mengandung adanya sebuah maksud ucapan dalam relung hati ibu yang sangat terdalam yang dapat menjadi adanya sebuah kejadian yang menjadi kenyataan, yaitu sang putrinya telah menjadi batu dan masih bisa untuk bisa meneteskan air mata.


Penulis:


Dr. Aida Azizah, S.Pd., M.Pd (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang).


Hilda Nuzulia (Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung Semarang).


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun