Mohon tunggu...
Hilda Maghfiroh
Hilda Maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Universitas Airlangga S-1 Keperawatan

Hobi dalam membaca cerita fiksi dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengkaderan Mahasiswa: Perkembangan dari Masa ke Masa

3 Juni 2024   23:01 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:16 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa perkuliahan merupakan periode dimana mahasiswa banyak belajar tentang proses pengembangan diri. Tidak selalu mulus, dalam proses tersebut tentunya terdapat intrik dan pembelajaran yang membentuk karakter mahasiswa itu sendiri. 

Dewasa ini, banyak mahasiswa yang sudah melek akan hal apa saja yang membantu mereka untuk upgrade kemampuan intelektual baik dalam bidang akademik maupun organisasi. 

Hal ini juga didukung oleh komunitas, organisasi, dan instansi yang saat ini menyediakan berbagai pilihan kegiatan pengembangan diri bagi mahasiswa. Dan kegiatan ini akan terus berkembang dan menyesuaikan dengan dinamika mahasiswa itu sendiri. Sehingga tentu jelas berbeda apabila kegiatan pengembangan diri saat ini jika dibandingkan dengan kegiatan di masa lampau. 

Walau dari dua masa tersebut memiliki cara yang berbeda, tujuan dari kegiatan ini selalu sama yaitu fokus pada pembentukan karakter mahasiswa (character building) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

Salah satu kegiatan pengembangan diri yang sering dijumpai di lingkungan kampus yaitu kaderisasi. Banyak orang yang masih berpikir dengan stigma lama yang menyebutkan bahwa kaderisasi merupakan kegiatan perpeloncoan, tetapi nyatanya kaderisasi merupakan sarana dan wadah yang dilakukan secara terstruktur dalam proses pembelajaran dan pengembangan karakter mahasiswa agar memiliki kemampuan dan kepribadian sebagaimana yang diharapkan. 

Stigma lama kaderisasi yang belum hilang akhirnya menggiring pola pikir mahasiswa untuk takut pada kaderisasi. Sehingga hal ini menjadi bias bagi mahasiswa, banyak mahasiswa yang masih menganggap kegiatan kaderisasi ini hanya buang-buang waktu, ajang balas dendam senior kepada junior tanpa melihat kaderisasi dari sudut pandang positifnya dalam pencarian jati diri mahasiswa tersebut.

Melihat hal tersebut, artinya ada hal yang harus dibenahi dalam penyamaan persepsi, visi, dan misi dari seluruh elemen mahasiswa terhadap kegiatan kaderisasi ini. 

Apabila mahasiswa masih berdiri dengan egonya masing-masing, manfaat dari kaderisasi tidak akan pernah dirasakan secara nyata bagi mahasiswa. Kaderisasi biasanya memadukan pendekatan cendekiawan dan AKABRI sehingga kegiatan kaderisasi identik dengan kedisiplinan. 

Inilah mengapa dalam kegiatan kaderisasi biasanya diisi dengan kegiatan yang memiliki esensi dalam pelatihan kedisiplinan, tanggung jawab, kekompakan, dan kerja sama. 

Apabila melihat aspek tersebut, justru tidak ada alasan spesifik yang membuat kegiatan kaderisasi ini untuk tidak dilakukan kepada mahasiswa khusunya mahasiswa baru yang baru menginjakkan kakinya di dunia perkuliahan. 

Maka, jika output tersebut dijadikan landasan dalam melakukan kaderisasi, hal tersebut juga yang menjadi urgensi kaderisasi wajib diberikan dan dilaksanakan agar karakter mahasiswa bisa terbentuk sesuai dengan yang diharapakan.  

Namun, yang menjadi pembahasan selanjutnya ialah, apakah kegiatan kaderisasi ini akan tetap sama dan relevan di masa yang sekarang. Fakta lapangan menunjukkan bahwa kegiatan kaderisasi di zaman dulu pasti lebih berat dan keras, hal tersebut juga berkaitan dengan kondisi sosial pada zaman tersebut yang memaksa mahasiswa untuk lebih berani, kuat, bahkan rela mati karena memang tuntutan pada zaman tersebut seperti itu. Hal itu tentunya akan sangat tidak masuk akal jika hal seperti itu masih diterapkan di masa saat ini, dimana tuntutan masa saat ini sudah berbeda dengan yang dulu. 

Dimana dalam menyampaikan suara saja, kita sudah bisa melakukannya via sosial media. Berkaca dari aksi lampau pada tahun 98, banyak kerusuhan dan aksi besar yang terjadi sehingga memaksa setiap elemen masyarakat termasuk mahasiswa untuk memperjuangkan hak suara mereka sebagai rakyat. 

Walaupun saat ini tidak banyak aksi besar seperti tahun 98, bukan berarti idealisme mahasiswa sebagai seorang pemuda-pemudi yang bersemangat dalam memberikan perubahan hilang begitu saja, justru inilah golden time untuk mengatur dan membentuk kepribadian mahasiswa yang lebih berani, cakap, optimis, dan sesuai dengan ideologi bangsa kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun