Mohon tunggu...
hilda amalia
hilda amalia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya ada lah hilda seorang mahasiswa iain jember fakultas tarbiyah Dan I kmu keguruan prodi tadris matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesantren sebagai Sub Culture Islam Nusantara

3 Juni 2020   08:45 Diperbarui: 3 Juni 2020   08:44 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum wr wb.  semua, selam sejahtera untuk kita semua, semoga kita semua selalu berada dalam lindungannya. Terima kasih kepada pembaca yg budiman. Telah bersedia mampir dan membaca ukiran penulis yg tak seberapa. Semoga selalu di limpahkan rizqi kepada kita semua ya teman-teman.^_^
Baiklah yang akan kita bahas kali ini masih seputar Islam Nusantara yakni mengenai Pesantren sebagai Sub Culture Islam Nusantara.

Pesantren
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap serta siswa itu mempunyai sebutan khusus yakni santri .
Ada juga yang mengatakan bahwa istilah pesantren itu berasal dari bahasa Sankrit, yaitu sant dan tra. Sant berarti manusia baik, sementara tra berarti suka menolong, sehingga dari kedua kata tersebut terbentuklah suatu pengertian yaitu tempat pendidikan manusia yang baik-baik.
Perkembangan pesantren
Perkembangan pesantren terdiri dari empat fase, diantaranya:

Periode Awal :
Fase ini di mulai sejak masuknya Islam di Indonesia. Banyak sejarawan berbeda pendapat tentang bagaimana asal mula didirikannya pesantren. Menurut catatan ada yang mengatakan bahwasanya Wali Songolah yang membawa dan mengenalkan  metode pembelajaran ini, ada juga yang berpendapat lain. Terlepas dari siapa yang membawanya lebih dahulu pada nyatanya pesantren telah menunjukan eksistensinya di nusantara.
Penjajahan Belanda: kegiatan westernisasi dan penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh colonial Belanda, menyebabkan penyempitan ruang gerak  bagi perkembangan pesantren di Nusantara. 

Bahkan penjajah Belanda menyebarkan berita-berita negative untuk menekan perkembangan pesantren. Selain itu penjajah Belanda juga membangun kantor khusus yang di fungsikan sebagai  pemantau gerak-gerik pesantren. Hal itu dikarenakan penjajah Belanda menyadari betapa kuatnya semangat juang yang dimiliki para  ulama-ulama dan para pejuang Islam waktu itu.

Penjajahan Jepang: masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 dengan semboyannya Asia Timur Raya untuk Asia. Pada mulanya jepang bersikap seolah-olah penolong dan cahaya harapan bagi Indonesia. Banyak kebijakan Jepang yang terlihat seakan-akan mendukung perkembangan pesantren dan kesejahteraan babgsa Indonesia, diantaranya: membangun Kantor Urusan Agama, memediatori dalam perkembangan pesantren, melestarikan budaya sopan santun dan budaya ramah tamah, tak lupa pula membantu mendirikan organisasi Islam. 

Namun semua topeng itu tidak berlangsung lama hingga tiba waktunya bagi jepang untuk membuka kedoknya, Jepang menunjukan taringnya. Melakukan tindakan sewenang-wenang, dan melakukan kekerasan tanpa rasa kemanusian, sampai adanya romusha.

Pasca kemerdekaan: dalam fase ini pesantren berkembang pesat meningkatkan dan memperlihatkan kualitasnya. Di tahun 1970 pesantren tidak hanya meningkat secara kuantitas, tapi juga meningkatkan secara system pembelajarannya. Dalam artian pesantren berkembang dengan sangat  baik pada fase ini.

Sesuai dengan visi misi pesatren yakni untuk membina warga negara yang berkepribadian muslim yang  berazaskan pada terciptanya kesejahteraan kehidupan berbangsa dan bernegara yg baik. Pesantren telah sukses menjadi tempat percetakan tunas bangsa yang berkualitas dan menjadi tempat penanaman cultur bangsa Indonesia.
Cukup Sekian ulasan kali ini , apabila ada salah kata atau ada kata yg kurang berkenan sudilah kiranya di maafkan, terima kasih dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun