Mohon tunggu...
Hils@Rendezvous
Hils@Rendezvous Mohon Tunggu... Buruh - Duty Station @Central Sulawesi

Your dream, your feet, your journey...walk!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Katrine May Hansen, Sang Penyair Kartu Pos dari Negeri Denmark

6 Oktober 2011   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:17 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah seorang gadis Katrine, yang melanglang buana 11 tahun lalu dari negeri para penjelajah Viking, yang penduduknya hanya 6 juta orang, Denmark, ke kota yang penuh kemacetan dan polusi, Jakarta di Indonesia.  Guna melarikan diri dari dukanya yang mendalam karena meninggalnya sang ayahanda tercinta. Mencari ketenangan di pusat kebisingan rupanya bukan suatu awal yang baik sehingga bukan hati tambah adem ayem namun luka semakin pedih di hati. Di ceritakan kemudian, si gundah Katrine kemudian merenung karena masygul akan hatinya yang kian merana dalam kebingungannya mencari arti kata sesungguhnya dari ‘love’. Suatu goncangan dalam batinnya membuatnya kembali merefleksikan diri, karena dari hati nurani terdalam ia merasa resah, masa iya rasa cinta dan sayang yang ia rasakan bisa terhapuskan karena ketidakmampuannya dalam menata rasa-rasa lain seperti duka nestapa, sedih, pedih, perih.. (just name it…), renungannya kemudian meningkat menjadi penjiwaan terhadap rasa-rasa tersebut, apakah semua rasa itu bisa kemudian tetap menyatu dalam tali rasa yang terbesar, yaitu CINTA? Dan kemudian,melalui pengalaman batinnya di Jakarta itulah,  ia tuliskan, sebarkan dan bukukan rasa cinta tersebut dalam wadah-wadahnya yang menurutnya mewakili cinta yang universal…bukan saja tentang sesama manusia, melainkan cinta terhadap keluarga, cinta romantisme dan cinta secara jasmani itu sendiri. Demikian sekelumit cerita yang dituturkan seorang Katerine May Hansen, penyair, pengajar dan penulis buku yang minggu lalu tepatnya Sabtu, 1 Oktober 2011 siang mengenai awal kisah keberadaannya dalam mencintai Indonesia, dan berkembang dengan Lovetrust Project;  ia berkenan datang ke bumi Tadulako-Palu untuk bercengkrama, berdiskusi dan membagikan puisi-puisi cinta nya kepada para peminat sastra dan seni yang berkumpul di  Zaya Café Palu dan kemudian di malam harinya membacakan beberapa puisinya dengan berkolaborasi bersama para penyair Teluk Palu. Penampilan Katrine yang syahdu dan simple, kelembutan tutur bahasa dalam membawakan puisi-puisi indahnya (meskipun dalam bahasa Inggris) yang menekankan makna, mempesona para penyuka syair yang datang memenuhi Gedung Juang, Palu malam itu. Kolaborasi yang cantik dan berani, memberikan tampilan eksotis terhadap karya-karya Katrine bersama pelaku-pelaku seni kota penghasil Bawang Goreng ini, membuat penonton merasakan aura cinta yang bertubi-tubi mendera kalbu (cieilee, bener-bener poetika jurnalistik kalau gini ya?)

Lovetrust Project-The Heartbound Tour 2011, suatu kolaborasi karena cinta dan percaya yang bersifat universal dan diterima dimana saja, termasuk juga oleh mahluk lain selain manusia (binatang maksudnya…). Dalam mejalankan proyek cinta ini, Katrine mengadakan kerjasama bersama sahabat-sahabat dari dunia kampus di beberapa tempat di Indonesia, hebatnya lagi, dari sejak 11 tahun lalu itu, Katrine setiap tahunnya datang ke Indonesia dan sebelumnya pernah datang ke Palu pada saat Poso sedang bergejolak dalam kerusuhan bernuansa SARA. Mengapa kok cinta bisa disebutnya  project? Karena Katrine ingin menggali dan melakukan pencarian makna (bisa dikatakan investigasi atau riset) CINTA di setiap tempat yang ia kunjungi di Indonesia ini. Palu merupakan tujuan kedua terakhirnya dalam perlawatannya. Dari Palu ia akan bertolak ke destinasi terakhir, Lombok . Pada saat diskusi banyak pertanyaan menarik yang diajukan para peminat sastra, antara lain, apakah Katrine dalam proyeknya ini ingin menyatukan keragaman cinta yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dalam kekayaan budaya dan bentuknya itu? Bagaimana mencari persamaan cinta? Padahal cinta itu ada juga dalam angin, dalam alam, dalam diam?  Atau apakakah Katrine sudah mendapatkan definisi tentang cinta selama perjalanannya di Indonesia? Atau apakah yang Katrine temukan dalam kolaborasinya tentang puisi bersama para pemerhati sastra baik dari bidang akademis maupun non-akademis? Dan juga seputar pertanyaan-pertanyaan isi atau hal yang melatarbelakangi beberpa puisi Katrine yang ia bacakan. Katrine menerangkan dirinya tidak bisa merumuskan cinta menjadi definisi yang baku, karena ia bersifat universal namun juga kontekstual. Yang ia dapatkan dari pencarian atau investigasi cinta di Indonesia sendiri antara lain adalah cinta dalam persahabatan antara para wanita yang begitu akrab. Di luar sana, tidak pernah seorang wanita berlaku sangat akrab sampai menyentuh atau bersenda gurau sedekat itu dengan sesama wanita, kemungkinan karena begitu ketatnya persaingan kapasitas diri antar wanita di Eropa sana.  Selain itu, ia melihat masyarakat di Indonesia sangat religious, kehidupan cinta religi sangat mengakar di negeri ini. Sehingga untuk mengetahui mengapa orang Indonesia sangat religious, kita harus banyak-banyak bertanya dan mencari tahu, karena kadang ketidak tahuan tentang sesuatu membawa persepsi dan pandangan yang salah tentang kepercayaan seseorang atau masyarakat itu. Dan itu yang ia lakukan, bertanya, belajar dan mencari jawab atas ketidaktahuannya itu pada orang-orang yang ia temui. Mengenai pandangannya terhadap karya sastra teristimewa puisi di dunia anak muda (kampus) saat ini. Katrine yang sering diundang untuk memberikan pengajaran tentang creative writing untuk membuat puisi, menambahkan bahwa dalam setiap workshopnya dengan para mahasiswa sastra dan membuka kesempatan pada anak-anak ini untuk membuat puisi mereka sendiri, apa yang ia dapatkan dari hasil workshop dengan anak-anak itu kurang lebih adalah 40% dari karya puisi mereka bercerita tentang kecintaan mereka terhadap Tuhan atau agamanya, 40% lagi bercerita tentang cinta pada ibu mereka, dan 20% terakhir yang isinya diluar itu semua. Hmmm…tidak berbeda jauh pastinya dengan kondisi mahasiswa kota Palu sendiri mungkin ya? Lovetrust Project, menghasilkan pula puisi-puisi dalam kartu pos yang Katerine hasilkan dari perjalanan-perjalanannya mulai dari Denmark , Afrika sampai ke Indonesia sendiri. Karya-karya yang ia hasilkan malah lebih di kenal di luar Denmark seperti di Amerika dan sukses besar di Asia. Bahkan pada beberapa universitas, karya puisi kartu pos Katerine menjadi silabus yang di ajarkan di fakultas Sastra. Isi-isi puisi lovetrust Katrine merupakan refleksinya terhadap definisi cinta yang ia dapatkan dalam perjalanan, petualangannya di berbagai tempat, bertemu orang-orang, binatang-binatang maupun tumbuhan, serta alam nan indah. Semuanya memberikan perasaan yang begitu mendalam tentang arti cinta itu sendiri. Dalam menghasilkan suatu puisi dalam kartupos itu pun Katrine berkolaborasi bersama seniman setempat untuk mendapatkan feel yang menyatu dengan budaya setempat dan puisinya itu sendiri. Ah Katrine, moga-moga the Lovetrust Project-mu memberikan benih-benih cinta yang tertanam dalam-dalam di sanubari para penyuka dan penikmat sastra terutama puisi untuk melahirkan karya-karya mereka yang indah, orisinal, kreatif dan menawan. Kedatanganmu yang hanya sesaat pastinya membuka inspirasi yang muda untuk lebih lagi mengeksplorasi hakekat cinta yang ada dalam budaya, tradisi dan orang-orang yang mereka cintai di sekeliling mereka. Menjadikan juga tantangan bagi para Suhu di dunia seni dan sastra Teluk Palu ini untuk melahirkan generasi-generasi baru untuk meneruskan estafet cinta mereka. Terima kasih untuk Nombaca Club Reader sebagai penggagas, serta kawan-kawan budayawan dari Batu Teater, Tadulakota Teater, Dewan Kesenian kota Palu, NGO, para kolumnis kota Palu, majalah online anak muda Stepmagz, Forum Lingkar Pena kota Palu, para sineas muda yang tergabung dalam Jalin (Jaringan Film Independen-Palu), para budayawan-budayawan senior yang terhormat, serta sahabat-sahabat muda yang turut meramaikan dan berpartisipasi aktif untuk kegiatan yang menyentuh ini. Betapa kuat kesan yang kudapatkan melihat teman-teman semua yang bahu membahu menyokong acara ini. Rasa cinta dalam kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan yang indah (sejuta terimakasih juga kuhaturkan untuk yang sudah mau menuntun saya kesana kemari, termasuk naik turun tangga hehehe) menjadi kekuatan kita untuk melakukan hal-hal baik, tidak ada hal yang mustahil dilakukan jika kita bisa bekerja bersama-sama. Untuk kemajuan Sastra dan Seni di tanah Tadulako! Terima kasih Katrine, the Postcard Poet… much love, much hugs, much kisses from all of us in Hammer City alias Palu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun