Percobaan EkoenzimÂ
     Â
      Kilas balik pada semester ganjil tahun 2021, kami sebagai siswa SMA tahun terakhir mendapatkan tugas penelitian atau percobaan membuat suatu cairan yang disebut ekoenzim. Semua bermula dari guru kami yaitu bu Dian yang memperkenalkan kami pada cairan ekoenzim, proses pembuatan dan manfaatnya, kemudian menjadi tugas percobaan yang harus kami lakukan secara individu. Dilatarbelakangi materi mengenai pasal tentang menjaga lingkungan hidup, yang kemudian pengaplikasiannya dilakukan dengan percobaan tersebut untuk memenuhi nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
      Ekoenzim sendiri adalah salah satu metode mengolah limbah dapur organik yang difermentasikan menjadi sebuah cairan yang dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang seperti pertanian, industri rumahan, dan untuk membersihkan lingkungan/ekosistem. Cairan ini menjadi produk ramah lingkungan dengan konsep memanfaatkan limbah yang biasanya hanya dibiarkan membusuk, untuk pemanfaatan yang lebih luas. Dalam pemakaiannya yang umum digunakan sebagai sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami untuk tanaman dan menurunkan efek rumah kaca, pupuk untuk pertanian sawah dan pembersih ekosistem di dalam air seperti sungai atau danau.
      Pada tingkatan remaja SMA seperti saya dan kawan kawan mungkin terbesit pikiran, akan digunakan untuk apa hasil dari percobaan ini. Tentunya bukan untuk kepentingan komersil, meskipun bisa menjadi inspirasi menjalankan industry rumahan yang ramah lingkungan. Namun tujuan dari percobaan ini sendiri sejak awal adalah sebagai langkah untuk memulai perilaku sadar dan peduli lingkungan melalui langkah kecil yang dilakukan secara bersama sama sedini mungkin. Hal kecil yang terkadang tidak kita sadari, seperti memilah sampah organik dan anorganik serta pengolahan limbahnya secara tepat agar tidak merusak lingkungan menjadi poin penting percobaan ini. Pada akhirnya kami sebagai siswa diharapkan dapat mengimplementasikan nilai nilai yang didapat, dalam kehidupan sehari hari.
      Pembuatan cairan ekoenzim ini memang cukup mudah untuk dilakukan, karena bahan yang diperlukan terhitung sederahana dan mudah didaptkan, selain tentunya bahan utama limbah organik seperti kulit atau ampas buah buahan dan sayur, ada tambahan gula merah dan air. Dengan perbandingan 3:1:10 untuk limbah organik, gula dan air.
      Semua bahan tersebut kemudian di campurkan pada suatu wadah tertutup seperti botol plastik, dan dibiarkan selama 3-4 bulan agar terfermentasi lalu terbentuk cairan ekoenzim yang siap dipanen. Namun perlu diperhatikan agar membuka tutup botol secara berkala dibulan pertama agar gas secara berangsur bisa keluar dan tidak mengendap atau menyebabkan ledakan.
      Cairan ekoenzim yang telah siap panen akan memiliki aroma khas asam segar dan buah atau sayur yang dimasukkan. Untuk penggunaannya, cairan disaring dari sisa ampas yang masih ada atau mengendap, lalu bisa langsung digunakan untuk pupuk dengan cara disiramkan pada tanah, atau pembersih ekosistem bawah air dengan menuangkan cairan ke sungai atau danau.
      Penggunaan metode pemanfaatan limbah dapur organik menjadi caiaran ekoenzim ini terbukti banyak manfaatnya dan pembuatannya mudah untuk dilakukan dalam tingkatan rumah tangga, sebagai solusi mengolah limbah. Banyaknya kalangan yang tidak familiar dengan pengolahan ekoenzim dan manfaatnya serta kurangnya kepedulian terhadap lingkungan menjadikan pengenalan dan sosialisasi kepada khalayak harus lebih banyak dilakukan agar kegiatan positif ini dapat dilakukan bersama dan serentak sehingga hasilnya pun dapat maksimal.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H