Melalui kegiatan Wawasan Kebinekaan Global di Universitas Negeri Malang (UM) (30/12), menyiapkan calon guru dalam menumbuhkan saling menghargai, bertoleransi, saling peduli, dan memiliki empati tanpa pandang bulu. Mengenal aspek pendidikan sebagai landasan yang sangat penting bagi kehidupan peradaban bangsa. Program Wawasan Kebinekaan Global memiliki dampak dalam meningkatkan pemahaman toleransi dan menumbuhkan sikap toleran pada guru dan tenaga kependidikan, serta menjadikan guru dan tenaga kependidikan sebagai agen promosi toleransi kebinekaan. Selain itu, memperkuat pemahaman calon guru baik secara konseptual maupun praktis akan terciptanya budaya toleransi yang didasarkan atas penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai budaya atau local wisdom, dan praktik baik yang sudah dilakukan oleh penggerak pendidikan di Indonesia. Memberikan pengalaman kebinekaan yang diharapkan bisa diterapkan dan diperkuat juga dalam lingkup lingkungan pendidikan, sehingga budaya saling menghargai akan keragaman sebagai basis adanya sekolah yang aman dan nyaman.
Di ruang 412 gedung Pascasarjana UM, mahasiswa-mahasiswi pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) 02 berkontribusi dalam kegiatan ini. Dilaksanakan dengan pendekatan lebih menyenangkan, ringkas, positif, dan mendekatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk memperkuat persatuan dalam keragaman dengan didampingi oleh Prof. Dr. I Nyoman Ruja, S.U dan Nurul Ratnawati, S.Pd., M.Pd. Ada 5 topik yang dipelajari. Topik 1 memahami kebinekaan global, dilanjutkan dengan topik 2 kebinekaan nasional, topik 3 kebinekaan personal, topik 4 kebinekaan sekolah, dan topik 5 sekolah damai. Pendidikan sejatinya sarana untuk menumbuhkan kepibadian positif dan nilai moral yang dapat mendukung kehidupan bermasyarakat untuk berdampingan dalam perbedaan dengan menjaga kerukunan dan saling berkualitas. Kegiatan wawasan kebinekaan global di bagi 2 sesi. Jam 08.00 - 11.20 dilaksanakan topik 1 - topik 3 bersama Ibu Nurul, sedangkan di sesi kedua jam 13.00 - 16.00 dilaksanakan dengan Bapak Nyoman.
Kegiatan ini dilakukan dengan alur MARKA (Mulai dari diri, Aktivitas, Refleksi, Konsep, dan Aplikasi). Bu Nurul memberikan kegiatan awal di topik 1 dengan memberikan karakteristik yang di miliki calon guru melalui huruf awal di nama mereka. Contoh : Eka menuliskan karakternya yaitu Elegan, Dhaniar menuliskan karakternya menjadi Damai, dan Naila menuliskan karakternya menjadi Nasionalisme. Selain itu, kami diajak bermain mengenai intoleransi. Intoleransi muncul karena ada hal yang berbeda dan unik. Dengan memahami hal unik di diri sendiri diharapkan bisa percaya diri tanpa menyembunyikan keunikan tersebut. Terlihat dari sini calon guru sudah mengerti karakter yang dimilikinya. Setiap calon guru pada topik 2 diajak untuk memahami keragaman nasional, keragaman ini perlu toleransi tinggi supaya bisa mendukung perdamaian di manapun berada. Bu Nurul memberikan permainan dengan 4 suku yang masing-masing memiliki peraturan dalam perdagangan. Setiap suku harus memiliki beras, papan, dan uang. Sehingga, diharapkan antar suku bisa saling melengkapi dengan kebutuhan tanpa adanya batasan-batasan dalam berinteraksi. Dengan demikian, calon guru bisa memahami dengan baik mengenai kebebasan dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada topik 3, Bu Nurul mengajak lebih memahami identitas diri dan berdamai dengan diri sendiri dengan cara bertermakasih kepada diri sendiri.
Kegiatan topik 4 yang membahas mengenai kebinekaan sekolah. Menurut Prof. Dr. I Nyoman Ruja, S.U “Guru sebagai perpanjangantangan dari pemerintah, ketika menjadi guru bertentangan dengan pemerintah, maka berhentilah jadi guru”. Sekolah yang damai bebas melakukan kegiatan lintas agama dan budaya. Sekolah yang bisa memberikan pelayanan yang baik dalam bertoleransi, sehingga menjadikan sekolah bercikal bakal yang damai yang berhubungan dengan topik 5 dalam memberikan kebijakan di sekolah untuk bisa mewujudkan sekolah damai.
Refleksi kegiatan ini menceritakan secara jujur kesan yang didapatkan dari permainan (mini game) yang baru diikuti dan mekonstruksikannya dalam pengalaman hidup masing-masing calon guru. Konsep yang memberikan ide/ gagasan terkait keragaman menyuguhkan data dan fakta serta teori, kejadian atau peristiwa terkait kebinekaan dalam konteks global, serta dampak dari adanya keragaaman pada diri sendiri. Terakhir mengenai implementasi, mengajak kepada calon guru mengimplementasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mampu menganalisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang terjadi di dalam sekolah. Menurut Hilda “Kegiatan wawasan kebinekaan global yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang sangat bermanfaat karena lebih mematangkan pengetahuan calon guru mengenai toleransi dan menekankan perdamaian dalam lingkup belajar mengajar di sekolah”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H