Kalian yang tinggal di desa pasti sudah tau dong jika setelah resepsi dan bongkar-bongkar amplop akan ada 1 buku khusus untuk mencatat nominal amplop seseorang.Â
Entah amplop untuk orang tua atau amplop untuk manten juga sama, akan dicatat dalam 1 buku. Tujuannya sih agar mengerti total uang amplop dan siapa saja yang memberi. Selain itu, juga berguna untuk tamu undangan yang kelak akan menikah akan diberikan uang amplopan dengan nominal yang sama bahkan lebih.Â
Misal : Lala,anggota KKN 01 Rp.150.000. Nah tentu itu teman si pengantin ketika waktu kuliah. Kelak jika si Lala menikah, akan diberi sumbangan amplop sebesar Rp.150.000
Kadang ketika akan pergi ke pernikahan, akan dibuka buku tersebut dan melihat berapa nominal uang yang disumbangkan waktu itu. Takut terlalu kecil atau takut tidak sesuai, makannya harus membuka buku.Â
Tak hanya itu saja, terkadang nama-nama pada buku catatan akan disesuaikan dengan buku tamu, tujuannya apabila ada tamu undangan yang nitip dan namanya belum tertulis kan kasihan.Â
Karena nih konsep pernikahan setelah ku amati, walau orang lain nitip undangan dan memberikan amplop, dia juga harus di tulis di buku tamu. Tujuannya agar mendapatkan kartu souvenir dan bisa ditukarkan dengan souvenir.Â
Kasihan ya kan, udah gak datang ke pernikahan, nggak dapat makan, udah nyumbang uang, kok malah gak dapat souvenir. Anggap aja souvenir sebagai pengganti uang amplopan hehehe.
Bukan hanya amplopan saja loh yang ditulis dibuku. Akan tetapi, hadiah atau kado juga dicatat dengan terperinci. Misalnya: Angga, RT 01/RW05, sprei 1 dan handuk 1
Oh iya di desa, kalau menulis nama pada amplop itu jelas sekali, sampai diberi alamat. Tujuannya agar tidak keliru dengan orang lain yang memiliki nama yang sama.Â
Misal di desa A ada yang namanya Udin, sedangkan di desa B juga ada yang namanya Udin. Jadi pada depan amplop ditulis "Udin, Desa A RT 08/RW09"
Sungguh sangat aneh bukan tradisi seperti itu? Kalau di tempat kalian ada nggak yang seperti itu? Â