Mohon tunggu...
Hilda W
Hilda W Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga biasa, penikmat bacaan,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setia Itu Menggangguku

28 Oktober 2014   16:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemarin aku pasang peristiwa penting di sosmed “BERPACARAN”, yang kemudian di ’like’ oleh teman-teman. :D kenapa aku pasang status “BERPACARAN”? Kata ayahnya anak-anak, kata-kata itu adalah do’a.

Selama ini setiap kali aku diajak pergi sama “dia” aku selalu berfikir dua kali. Statusku masih belum jelas. Mungkin, kalau aku sudah mengantongi ijin kebebasan, aku tinggal mikirin anak-anak aja. Mau gak mereka sama ibunya tinggal dengan “dia”.

Aku mau ngisi hari-harimu dan anak-anakmu. Katanya di SMS.

Apa menarikku? Aku ini gak cantik. Nanti kamu bosan juga kayak suamiku dulu. Balasku.

Yang akhirnya membuatnya menelponku.

“Hari gini cari orang cantik? Tidak, Hin. Aku cari isteri yang nanti kalau aku sudah tua, dia setia mendampingiku.” Suaranya itu terus terngiang ditelingaku.

Aku juga ingin, kelak saat aku tua ada kekasih yang setia mendampingiku. Saling merawat dan memperhatikan. Tapi, untuk saat ini aku belum memiliki keputusan. Cintaku masih tersangkut disana, bersama anak-anakku. Kalau saja dia benar sudah tak hiraukan aku lagi, aku akan datang sekedar mengambil kembali anak-anakku dan menyelesaikan urusan kami. Mempertegas, seperti apa posisiku. Aku tak juga akan bertahan, padanya jika memang hadirku tak diinginkan lagi.

***

Beberapa minggu kemudian kami ketemu. Dia ngajak jalan-jalan sama anak-anak. Aku masih menampiknya. Anakku sudah besar, kadang dia lebih dewasa dibanding aku sendiri. Aku malu sama Alloh, sama orang-orang. Emang nyandang status janda itu sulit. Terlebih statusku yang tak jelas ini.

“Aku perlu kepastian. Bukan PHP.” Katanya kemudian.

“Aku minta maaf, aku masih bingung. Beri aku waktu,” kataku

“Sampai kapan?” tanyanya lagi

Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa. Namun entah kenapa terucap, “Tunggulah, jika sampai berganti tahun tak ada berita dari suamiku aku akan kabari kamu.”

“Ganti tahun, tak akan lama…” dia ucapkan sambil manggut-manggut.

“Ya, tak akan lama…” aku mengulang ucapannya.

***

Setelah pertemuan itu, malamnya aku susah tidur. Jujur, selama ini lelaki yang dekat denganku hanya suami. AKu tak pernah berinteraksi dengan pria lain selain suami. Jadi, sesungguhnya selama ini hati ini terjaga untuk tetap setia padanya. Namun, setelah aku tak diharapkan lagi kehadiranku. Setelah ditelantarkan sekian lama, begitu kembali intinya ia tetap tak tahan dekat denganku. Lantas apa yang harus aku pertahankan?

Sedikit demi sedikit aku harus mulai belajar melepas masa lalu dan menerima yang ada. Ternyata kesetiaanku selama ini telah menggangguku, menggangguku untuk bertemu dengan pria lain. Tapi aku sudah berjanji, dan Tuhan akan menjadi saksi. Seandainya kami hidup bersama hanya untuk menyakiti, hanya membuat yang lain merasa tak tenang, aku mohon agar rasa dalam dada ini segera dicabut. Aku juga ingin bahagia.

Status “BERPACARAN” yang kutulis, mungkin juga akan menjadi do’a agar Tuhan melepas setiap rasa hingga tak tersisa. Agar setiap luka segera sirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun