Mohon tunggu...
Hilal Khamdani
Hilal Khamdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Amatiran

Mulai suka menganalisis sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

Politik dalam Sepak Bola: Propaganda di Balik Euforia

1 Januari 2022   00:08 Diperbarui: 1 Januari 2022   00:10 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi salah satu olahraga terpopuler di dunia membuat Sepakbola melibatkan banyak unsur dalam sendi kehidupan. Tidak hanya persoalan menang dan kalah, lebih jauh sepakbola mampu merepresentasikan segala tujuan yang diinginkan, mulai dari modal kapital, eksistensi, ideologisasi, hingga kekuasaan politik.

Dalam konteks Eropa, hal ini bahkan sudah menjadi hal yang lumrah sejak dahulu. Saat perang saudara melanda spanyol sekitar tahun 1930-an, terbukti Jendral Franco (Diktator Spanyol) saat itu memanfaatkan Real Madrid untuk mendongkrak elektabilitasnya. Hitler di Jerman yang dalam eranya memanfaatkan tim nasional sepakbola Jerman sebagai salah satu propaganda politiknya. Begitu juga Mussolini di Italia yang dikenal sebagai penggemar berat Lazio (klub asal Italia) dan penyebar paham fasisme ini yang menggunakan tim nasional sepakbola Italia sebagai media komunikasi politiknya.

Terekam juga dalam sejarah bagaimana Silvio Berlusconi ketika menggunakan AC Milan (klub sepakbola terkenal asal Italia), sebagai propaganda dalam strategi pemilunya ketika ia mencalonkan Perdana Menteri Italia tahun 1994 silam. Sungguh cerdik ketika ia memanfaatkan sekian juta fans AC Milan untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Salah satu yang paling terkenal adalah pertandingan klasik El Clsico antara Real Madrid versus FC Barcelona selalu tersaji dengan tensi yang panas. Di balik layar, sudah menjadi rahasia umum jika klub asal Catalan (FC Barcelona) tersebut dijadikan alat propaganda oleh rakyat Catalonia untuk merdeka dari Spanyol. Bahkan pertandingan El Clasico tersebut seolah merepresentasikan pertarungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Di Indonesia, dibanding propaganda, politik dalam sepakbola lebih banyak digunakan sebagai media komunikasi politik, terlebih lagi dalam tingkatan daerah. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menunjang segala kebutuhan klub yang berlaga di Liga Indonesia. Secara tidak langsung, untuk mengembangkan popularitas dan elektabilitas, seorang Kepala Daerah menjadikan klub tersebut sebagai medium komunikasi politiknya.

Propaganda dalam dinamika sepakbola Indonesia juga terimplementasikan dalam bentuk solidaritas politik terhadap isu politis. Terjadi dalam pertandingan Indonesia vs Malaysia yang terjadi di Stadion Manahan Solo (2016), ketika koreografi suporter Indonesia yang menampilkan tulisan "GARUDA" sesaat kemudian berubah menjadi bendera Palestina, salah satu bentuk dukungan masyarakat Indonesia terhadap konflik yang melanda masyarakat Palestina.

Sepakbola pada akhirnya bukan hanya pertandingan 2x45 menit di lapangan hijau, pemahaman tentang sepakbola lebih jauh berkembang beriringan sebagai medium individu atau kelompok dalam menjadikannya sebagai medium propaganda politik serta isu-isu politis.

Referensi

Budianto, Heri. (2011). Media dan Komunikasi Politik. Jakarta: Puskombis Universitas Mercu Buana,Aspikom dan Buku Litera. 

Franklin Foer. (2017). Memahami Dunia Lewat Sepakbola. Tangerang: Marjin Kiri.

Nasution, N.R.S. (2017). Sepakbola sebagai Alat Propaganda Politik (FC Barcelona dan Perjuangan Kemerdekaan Catalonia. (Skripsi) Universitas Sumatera Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun