Dalam masa krisis, baik itu ekonomi, pandemi, atau bencana alam, semangat untuk berbagi sering kali menjadi cerminan kekuatan solidaritas masyarakat. Meski secara logika seseorang akan lebih fokus pada kebutuhan pribadi atau keluarga, realitanya banyak yang tetap memilih untuk bersedekah, khususnya dalam bentuk infak. Fenomena ini menunjukkan bahwa nilai-nilai keagamaan, rasa kemanusiaan, dan empati sosial masih kuat tertanam dalam masyarakat kita.
Dari perspektif agama, infak menjadi salah satu bentuk ibadah yang tidak hanya membawa keberkahan, tetapi juga menjadi solusi bagi banyak pihak yang terdampak krisis. Dalam Islam, infak mengajarkan bahwa kekayaan yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita, melainkan ada hak orang lain di dalamnya. Ketika seseorang berinfak di tengah keterbatasan, itu menunjukkan keikhlasan yang luar biasa, bahkan dapat meningkatkan keyakinan bahwa Allah akan melipatgandakan rezeki mereka.
Secara sosial, infak dalam masa sulit menciptakan harmoni dan keberlanjutan hidup bersama. Ketika sebagian orang mampu membantu mereka yang lebih membutuhkan, roda ekonomi tetap berputar dan beban masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih ringan. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Namun, tantangannya adalah bagaimana menjaga konsistensi berinfak di tengah meningkatnya kebutuhan pribadi. Banyak masyarakat yang kini memanfaatkan teknologi, seperti platform donasi online, untuk tetap berbagi meskipun dalam keterbatasan. Selain itu, lembaga-lembaga seperti BAZNAS dan komunitas lokal juga berperan aktif dalam memobilisasi dana infak secara transparan dan efektif.
Saya percaya, di tengah krisis sekalipun, semangat untuk berbagi tetap dapat tumbuh jika masyarakat diberikan kesadaran dan fasilitas yang memadai. Infak bukan sekadar memberi, melainkan juga menjadi penguat iman dan perekat sosial di masa sulit. Semoga semangat ini terus mengakar dan membawa manfaat bagi semua pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H