Mohon tunggu...
Hikmawan S. Putra
Hikmawan S. Putra Mohon Tunggu... Editor - Dosen, Editor dan Penulis Buku, Pegiat Litresi

Hikmawan memiliki minat pada bidang sejarah, agama, sosial dan politik. Hikmawan kerap mengkontruksikan sebuah tulisan dari sudut pandang historis dan psikologis. Hikmawan aktif sebagai editor, beberapa buku yang ia sunting adalah “14 Bekal Dokter Puskesmas”, “Perguruan Islam Al-Ulum Medan: Membangun Pendidikan Islami (1965-2021)”, “Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah Reguler”, “Pendidikan Kewarganegaraan: Perspektif Kearifan Lokal Berwawasan Global”, “Arti Sahabat: Antologi Cerpen Siswa-Siswi SMP Negeri 13 Binjai”, dan lain-lain. Selain itu, editor juga beberapa kali menghasilkan karya buku, di antaranya “Inovasi Pemerintahan (2013)”, “Sabda Hikmah (2021)”, “Media Pembelajaran Berbasis ICT (2022)”, dan “Politik Kebangsaan Muhammadiyah (2022)”. Saat ini Hikmawan aktid sebagai penulis, editor, pengelola penerbit, guru dan Dosen Tidak Tetap di Universitas Medan Area. Hikmawan bisa dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081276139718 dan email: hikmawansp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wajah Baru Pendidikan Universitas Brawijaya

12 Februari 2014   00:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13921412822071416637

Momen eleksi pada februari ini akan dijalani oleh Civitas Akademika Universitas Brawijaya (UB). Satu titik tolak kepemimpinan yang menjadi rutinitas 4 tahunan ini menjadi perhatian seluruh masyarakat kampus UB. Sosok rektor terpilih telah banyak mengisi wacana soal perbaikan UB selama 4 tahun mendatang.

Seiring dengan berjalannya proses Pemilihan Rektor (Pilrek) UB, banyak bermunculan reaksi dan respon di kalangan masyarakat kampus. Salah satunya adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Brawijaya (IMM UB) yang bereaksi dan merespon momen eleksi ini dengan dialog publik.

Dialog publik tersebut bertemakan “Wajah Baru Pendidikan Universitas Brawijaya” dengan mendatangkan 3 calon rektor (Carek) tetap dan 3 panelis. 3 carek tersebut adalah Prof Muhammad Bisri (Dekan Fakultas Teknik), Prof Ifar Subagiyo (Direktur International Office, IO), dan Prof Bambang Suharto (Pembantu Rektor Bidang Akademik).

Beserta 3 panelis yaitu Prof Iksan Semaoen (Guru Besar Fakultas Pertanian UB dan Mantan Rektor Universitas Trunojoyo Madura), Prof Candra Fajri Ananda (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Prof Bambang Guritno (Rektor UB 2002-2006). Dan dipandu oleh moderator Hikmawan Syahputra, Ketua Umum IMM UB.

Berangkat dari berbagai problematika yang ada pembicara (carek) memaparkan prioritas masalah yang akan diselesaikan.

“Brawijaya tengah membangun  maka masalah fasilitas dan dana pendidikan menjadi masalah urgen untuk segera dituntaskan” ujar Prof Bambang Suharto mengawali dialog. Jika dilihat lahan parkir, prasarana pendidikan seperti laboratorium dan ruang kelas masih perlu dibenahi.

Berbeda halnya dengan Prof Ifar Subagiyo yang lebih menekankan kelembagaan dan koordinasi kebijakan. “Titik pokok permasalahan di kampus ini adalah koordinasi dan integrasi” tegas Direktur IO itu.

Bahwa sebenarnya dengan koordinasi dan integrasi kebijakan, permasalahan dari akar rumput hingga elite dapat terselesaikan dengan tepat. Efektivitas ini menyangkut penganggaran, hingga eksekusi pembangungan dan solusi.

“Kompleksitas permasalahan di kampus ini perlu dibuat masterplan, sejak pembangunan fisik hingga kurikulum pendidikan” sela Dekan Teknik, Prof Muhammad Bisri.

Masterplan ini bertujuan sebagai kerangka pikir dan tujuan bersama yang jelas. Sehingga kinerja solusi dan pembangunan berjalan lebih efektif dan efisien karena semuanya memahami arah kebijakan.

“Hal ini telah saya bangun di teknik, dari masterplan lahan parkir, pemetaan output mahasiswa, hingga masterplan dana pendidikan” tambahnya. Dan di fakultas teknik hal ini terbukti mampu mengatasi masalah mendasar tentang pemahaman arah visi kebijakan oleh setiap lapisan pejabat fakultas.

Gagasan orisinil, strategis dan taktis bermunculan dari wacana para carek. Panelis pun menanggapi ide gagasan para carek.

Bermula dengan kritik Prof Iksan Semaoen tentang pertambahan kuota mahasiswa karena kebutuhan dana pembangunan pendidikan.

“Ini salah persepsi jika kita menambah kuota mahasiswa hanya untuk memperbesar volume dana pembangunan pendidikan. Idealnya pertambahan kuota itu sebelumnya sudah harus disiapkan prasarana pendidikan.” kritik mantan Rektor Universitas Trunojoyo itu.

Prof Iksan menambahkan bahwa sudah saatnya basis pendidikan UB diarahkan pada pemaknaan pendidikan yang sebenarnya. Indeks prestasi kumulatif mahasiswa yang tinggi harus dibarengan dengan kualitas yang aplikabel.

Lebih mendalam bahwa analisis arah kebijakan pendidikan dapat dilakukan dengan rekayasa kebijakan dalam beberapa level. Prof Candra mengungkapkan bahwa rekayasa kebijakan ini perlu dibangun dengan inovasi tinggi.

“Misalnya rekayasa kebijakan kurikulum bisa kita siasati dengan menambah SKS tiap mata kuliah. Di jerman semua mata kuliah sudah mix dengan virtual. Jadi ada hubungan dengan dunia bisnis sehingga mahasiswa memiliki kompetensi lebih aplikabel”

Hal ini juga akan mendorong percepatan dan pematangan lulusan UB yang aplikabel di dunia bisnis dan tentunya membuka jaringan penerimaan dana pendidikan dari sumber lainya.

Argumentasi panelis ditutup oleh Prof Bambang Guritno. Sebagai Rektor 2002-2006 analisis kebijakan pembangunannya lebih diprioritaskan pada visi “Worl Class Entrepreneural University”. “Visi itu harus dipahami secara holistik, tentunya selain prasarana pendidikan dibenahi juga kualitas sumberdaya manusia (tenaga pengajar) juga harus ditingkatkan” tegasnya diakhir sesi.

Arah kebijakan pembangunan pendidikan UB telah menuai banyak wacana. Ini merupakan suatu keniscayaan sebagai kampus dengan para intelektual yang tidak sedikit.

Yang dibutuhkan UB kini adalah pemimpin baru yang dapat memoles wajah UB dengan tegas, lugas, penuh terobosan, dan berani. Bukan semata-mata mengandalkan suatu kelaziman, tapi kedepan pemimpin UB harus mampu out of the track.

Wacana tantang pembangunan prasarana pendidikan, masterplan, konsep koordinasi, filsafat pendidikan, rekayasa kebijakan, hingga visi world class entrepreurial university. Kesemuanya merupakan wacana bagus yang layak diapresiasi. Hanya saja ini kembali kepada fungsi kepemimpinan Rektor UB mendatang. Memilih diam dan mendiamkan, atau bekerja keras untuk mengabdikan UB demi dunia pendidikan bangsa.

Deni Aditya Susanto – Bidang Internal IMM Korkom Brawijaya

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun