Definisi "Kaulah luka sekaligus obat". Saat pertama kali membaca penggalan kalimat ini, aku merasa skeptis. Karna bagaimana mungkin penyebab luka bisa merangkap peran menjadi penyembuh luka. Ah, aneh-aneh saja orang yang menulis ini, pikirku! Kemudian waktu berlalu, ada satu momen di luar dugaan, yang tanpa sadar kualami lalu menyadarkanku. Allah tidak akan menghadirkan luka, kecuali juga menghadirkan penawarnya kepada kita. Dulu aku berfikir ibu adalah penyebab luka yang menmbuatku menjadi pribadi yang tumbuh dengan trauma mendalam dan merasa begitu sakit tak tertahankan saat beranjak dewasa dan mulai menyadarinya. Lalu aku enggan berada di dekatnya, karna tiap kali di dekatnya sakit itu datang lagi dan lagi. Tapi kemudian aku sadar, bahwa ibuku jugalah penawarnya. Ia yg memberi luka, ia juga obat dari lukaku. Aku sadar bahwa sekuat apapun aku menghindarinya, tiap malam diam-diam aku masih sering mengigau tentangnya dan tanpa sadar menyebut namanya dalam tidur. Saat sakit, yang terlintas pertama kali di pikiranku juga dia, alam bawah sadarku masih saja mencarinya. Meski secara sadar aku selalu menampik dan berusaha menghindar, dengan terlihat baik-baik saja seolah tak butuh dia dalam hidupku, padahal aku sangat butuh.
Sama sepertiku, mayoritas kita akan menghindar dan memilih tak lagi berhubungan dan takut berinteraksi. Jangankan berinteraksi, mengingatnya saja sudah cukup membuat hati sakit. Trauma membuat kita menghindar dari si pemberi luka, padahal obatnya ada di dia. Bersamanya memang sakit, tapi lebih sakit lagi jika tak bersamanya, karna penawar yang bernama obat itu dia yang punya. Kita sibuk menghindar, menampik dan memilih tak menampakkan bahwa sebenarnya kita butuh dia dalam hidup kita, lalu kita makin sakit dan tersiksa.
Maka pesannya, jangan menghindar dari apa yg membuat hati kita sakit dan terluka, terlukalah sampai sembuh. Karna bisa jadi dia juga penawarnya. Kita hanya bisa sembuh, jika kita bersamanya, mendekat dan coba memahaminya. Mungkin aku juga begitu, bisa jadi aku adalah penyebab luka pada hati orang lain. Sehingga dia tersakiti lalu enggan bersama dan mendekat lagi padaku. Dia jadi trauma dan merasa sakit jika mengingat tentangku. Kalau sudah begitu tak menutup kemungkinan aku jugalah penawar dari luka itu. Dia hanya bisa sembuh jika mencoba mendekati dan memahamiku, bagaimana jika dia berada di posisiku. Kalaupun tak mau bersama & berjalan beriringan lagi, minimal dengan mencoba saling memahami dia akan paham dan sembuh dgn jalur mengikhlaskan. Membuang jauh-jauh rasa kesal dan bencinya padaku akibat salah paham yg membuat hatinya terluka karnaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H