Kini menginjak akhir tahun ke 2 aku meninggalkan DESA ini, demikian pula cinta yang kutinggalkan di DESA ini…. Rindu itu kian lama kian terasa, aku merindukanhangatnya celoteh dan senda gurau warga.
Kali ini aku memiliki kesempatan untuk berkunjung dan menengok DESA ku…Kesempatan ini takkan kusia-siakan.
Pagi itu saat aku tiba di ujung jalan menuju desaku, aku merasakan hangatnya sinar matahari yang menyinari menyambutku. Dan hembusan anginyang semilir, menambah semangatku tuk menemui Sahabat dan kerabatku yang telah lama kutinggalkan demitugas yang harus aku tunaikan.Aku berjalan setapak demi setapak sambil menikmati pemandangan asri yang terhampar didepan mataku. Tak terasa aku sudah mendekati gerbang desaku.
Menjelang gerbang desa aku semakin mempercepat langkahku agar aku dapat lebih lama bercengkerama dengan seluruh sahabat dan kerabat.Melewati gerbang desa aku melihat banyak perubahan yang terjadi selama aku meninggalkan desa ini. Aku melihat warga sangat antusias untuk memajukan desa ini. Ini terlihat dari hiasan di gerbang desa dan keasrian dan kebersihan lingkungan yang kutemui semenjak melewati gerbang desa. Aku berjalan menyusuri setiap pelosok jalan yang ada, sesekali kenanganku terlintas tatkala aku melalui tempat-tempatpernah mengisi bagian hidupku.
Ada beberapa rumah yang sudah berganti penghuninya…. Bahkan ada pula rumah yang bertambah penghuninya… sungguh banyak perubahan terjadi pada desaku. Desaku kian semarak dan semakin dinamis selama aku tinggalkan.
Aku berjalan melalui pos ronda yang biasanya dipenuhi warga terutama menjelang malam tiba.. aku terkenang saat-saat bercengkerama, berpuisi dan berceloteh dengan warga lainnya. Ingin rasanya hal itu terulang lagi…. Mungkinkah itu terjadi? Mudah-mudahan dapat segera terwujud keinginanku itu.
Tatkala aku melalui sebuah rumah besar, aku merasakan adanya kerinduan untuk mengunjungi rumah itu. Aku berjalan menghampirinya untuk masuk dan bercengkerama dengan penghuninya.
Aku ketuk pintu rumah itu sambil kuucapkan salam. Dari dalam keluar seorang wanita cantik sesepuh desa ini.
Apakabar Mom? Ucapku.
Akang…. Kapan datang? Seru Mom sambil menggenggam tanganku lalu memelukku.
Aku diajaknya masuk tuk berbincang-bincang. Tak lama kemudian datang putri sulungnya Jingga. Saking sudah lamanya tidak bertemu, Jingga memelukku sangat erat. Layaknya seorang adik yang menemukan kembali kakaknya yang telah sekian lama pergi. Lalu Jingga duduk disampingku , dan kami meneuskan perbincangan kami.
Kami berbincang cukup lama, hingga tak terasa waktu telah beranjak siang. Aku pun berpamitan untuk berkeliling desa, dan mengunjungi kerabat yang lain.
Selepas dari rumah Mommy aku berjalan menuju Masjid Desa karena sudah mendekati waktunya shalat Dhuhur. Aku segera mengambil wudhu dan bersiap untuk menyerukan panggilan shalat yang dulu biasa aku lakukan ketika aku masih berada di desa ini.Selepas aku menyerukan panggilan shalat, aku melihat banyak warga yang berdatangan untuk melakukan shalat berjamaah. Diantara warga terlihat seseorang yang pernah aku tinggalkan, dan masih bersemayam di hatiku ini. Aku berencana untuk menyapanya selepas shalat nanti.
Sesaat setelah menunaikan ibadah shalat, ternyata rencanaku gagal. Dia yang pernah bersemayam dalam hati ini sudah terlebih dahulu meninggalkan masjid. Akhirnya aku kembali menyusuri jalan tuk melihat-lihat suasana desa ini sambil menentramkan hatiku yang bergejolak. Karena belum dapat bertegur sapa dengannya.
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami
(Klik logo kami)
sumber gambar : mbah google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H