Penulis: Hikman Firas Atqan dan Sundahri FAPERTA UNEJ
Email : sundahri.faperta@unej.ac.idÂ
Cendawan pada benih kedelai dapat menyebabkan kerugian yang signifikan dalam produksi kedelai. Salah satu jenis cendawan yang umum menyerang benih kedelai adalah Cendawan tular benih (fungus-borne seed pathogens). Beberapa contoh cendawan penyebab penyakit pada benih kedelai antara lain adalah Fusarium spp., Pythium spp., dan Rhizoctonia spp. Fusarium spp. adalah cendawan yang umum ditemukan pada benih kedelai. Beberapa spesies Fusarium yang sering terlibat dalam penyakit benih kedelai antara lain Fusarium oxysporum, Fusarium proliferatum, dan Fusarium graminearum. Infeksi oleh cendawan ini dapat menyebabkan pembusukan benih, penurunan viabilitas benih, dan bahkan pengurangan pertumbuhan bibit. Infeksi  Fusarium sp. dapat  terjadi  pada  saat  panen,  penyimpanan,  dan  pemasaran  dengan  tingkat  infeksi  berturut-turut  mencapai  22.5--27.5%,  34--50%,  dan  28--29%  (Ramesh  dkk., 2013). Pythium spp. adalah cendawan berbahaya lain yang dapat menyerang benih kedelai. Cendawan ini menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai busuk benih Pythium (Pythium seed rot). Pythium spp. biasanya menyerang jaringan muda atau sukulen dan menyebabkan busuk biji, rebah kecambah, dan busuk akar. Menurut Navi dkk. (2019) serangan cendawan Phytium spp. pada benih kedelai di lapangan pada masa perkecambahan dapat menurunkan daya berkecambah mencapai 51 -- 58%. Rhizoctonia spp. adalah cendawan yang juga dapat menyerang benih kedelai. Penyakit yang disebabkan oleh Rhizoctonia spp. pada benih kedelai dikenal sebagai busuk benih Rhizoctonia (Rhizoctonia seed rot). Infeksi ini biasanya terjadi pada benih yang baru ditumbuhkan. Gejalanya termasuk busuk hitam atau coklat pada benih yang dapat menyebabkan kehilangan viabilitas dan kelangsungan hidup bibit. Cendawan-cendawan ini dapat menginfeksi benih kedelai baik di lapangan maupun saat penyimpanan. Menurut Ramdan dkk. (2022) cendawan ini apat menginfeksi benih kedelai pada saat penyimpanan sebesar 26 - 30 %.
Deteksi Cendawan pada Benih Kedelai
Deteksi serangan cendawan pada benih kedelai dapat dilakukan dengan tiga cara yatu; pertama secara visual dengan melakukan pengamatan visual terhadap benih kedelai. Dilakukan dengan memperhatikan apakah ada perubahan warna, misalnya bercak-bercak coklat atau hitam, atau pertumbuhan hifa atau miselium yang terlihat pada permukaan benih. Gejala seperti pembusukan atau perubahan tekstur benih dapat menjadi indikasi adanya infeksi cendawan. Metode kedua yaitu Tes Perendaman, metode ini melibatkan perendaman benih dalam larutan steril atau nutrien yang memungkinkan pertumbuhan cendawan. Benih yang terinfeksi akan menghasilkan pertumbuhan cendawan yang terlihat setelah beberapa waktu. Metode ini dapat membantu mendeteksi cendawan yang tidak terlihat secara visual. Ketiga yaitu metode Isolasi, dilakukan dengan cara mengambil beberapa benih yang dicurigai terinfeksi cendawan dan lakukan isolasi cendawan dengan cara menumbuhkan benih pada media pertumbuhan yang sesuai. cendawan yang tumbuh pada media tersebut dapat diidentifikasi dengan metode mikroskopis atau molekuler untuk mengidentifikasi spesies cendawan penyebab infeksi.
Pencegahan dan Pengendalian Cendawan pada Benih Kedelai
Pencegahan dan pengendalian serangan cendawan pada benih kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya; pertama yaitu perendaman fungisida pada benih sebelum penanaman di lapangan. Perlakuan benih dengan fungisida yang efektif melawan cendawan penyebab penyakit benih dapat membantu mengurangi infeksi cendawan pada benih. Kedua yaitu Seed coating atau proses pengaplikasian lapisan tipis atau pelapis pada benih. Lapisan pada seed coating biasanya terdiri dari kombinasi bahan-bahan seperti bahan aktif pestisida, bahan pengikat, pupuk mikro, agen pengikat, dan bahan pelindung. Lapisan ini dapat diterapkan pada permukaan benih melalui berbagai metode, termasuk penyemprotan, penggosokan, atau pencelupan. Ketiga yaitu Pengeringan benih, dilakukan dengan cara mengeringkan benih dengan baik sebelum disimpan. Kadar air yang tinggi pada benih dapat memicu pertumbuhan cendawan. Menurunkan kelembaban benih melalui pengeringan dapat menghambat pertumbuhan jamur dan meminimalkan risiko infeksi. Hasil penelitian Ramdan dkk. (2020) menunjukkan bahwa perlakuan benih secara fisik dan kimia mampu menurunkan daya infeksi patogen tular benih sebesar 82%. Â Terakhir Penyimpanan benih yang baik, yaitu benih kedelai harus disimpan dalam kondisi yang tepat untuk mencegah pertumbuhan cendawan. Simpan benih dalam wadah yang bersih, kering, dan tersegel dengan baik. Jaga suhu dan kelembaban yang optimal sesuai rekomendasi penyimpanan benih kedelai. Hasil penelitian Ramdan dkk. (2022) menunjukkan bahwa perlakuan suhu 4C dan kelembaban rendah dengan RH 30% dapat menjaga mutu benih dengan daya kecambah 96 - 100%.
Kesimpulan
Cendawan pada benih kedelai, seperti Fusarium spp., Pythium spp., dan Rhizoctonia spp., dapat menyebabkan kerugian signifikan dalam produksi kedelai. Infeksi oleh cendawan-cendawan ini dapat menyebabkan pembusukan benih, penurunan viabilitas benih, dan pengurangan pertumbuhan bibit. Cendawan tersebut dapat menginfeksi benih kedelai baik di lapangan maupun saat penyimpanan. Deteksi serangan cendawan pada benih kedelai dapat dilakukan melalui tiga metode: pengamatan visual, tes perendaman, dan metode isolasi. Pencegahan dan pengendalian serangan cendawan pada benih kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti perendaman fungisida sebelum penanaman, penggunaan seed coating untuk melindungi benih, pengeringan benih sebelum penyimpanan, dan penyimpanan benih dalam kondisi yang tepat. Langkah-langkah ini membantu mengurangi infeksi cendawan dan menjaga kualitas benih kedelai. Dengan menerapkan tindakan pencegahan ini, risiko serangan cendawan dapat dikendalikan, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas tanaman kedelai.
Sumber:
Navi, S.S., Huynh, T., Mayers, C.G., dan Yang, X.B. 2019. Diversity of Pythium spp. associated with soybean damping-off, and management implications by using foliar fungicides as seed treatments. Phytopathology Research, Vol. 1(8): 1-10.