Namun, disiplin semiotika modern dimulai pada abad ke-19, ketika seorang linguistik Swiss bernama Ferdinand de Saussure memperkenalkan konsep tanda dalam bahasa. Saussure menganggap bahwa bahasa adalah sistem tanda yang terdiri dari simbol (kata-kata) dan konsep yang direpresentasikan oleh simbol tersebut. Dengan demikian, menurut Saussure, bahasa merupakan produk sosial yang diperoleh oleh manusia melalui proses sosialisasi dan pengalaman dalam masyarakat.
Selain Saussure, ada juga seorang filsuf dan logikawan Amerika bernama Charles Sanders Peirce yang dianggap sebagai pendiri disiplin semiotika. Peirce mengembangkan konsep tanda yang terdiri dari tiga unsur: representamen (tanda itu sendiri), objek (hal yang direpresentasikan), dan interpretan (makna atau pemahaman yang dihasilkan oleh tanda tersebut). Peirce juga mengembangkan konsep semiotika pragmatik, yang mempertimbangkan konteks dan tujuan penggunaan tanda dalam menentukan maknanya.
Beberapa tokoh penting lain dalam pengembangan semiotika adalah Roland Barthes, Umberto Eco, dan Jacques Derrida. Barthes adalah seorang kritikus sastra dan budaya Prancis yang memainkan peran penting dalam mengembangkan studi semiotika. Barthes menganggap bahwa bahasa dan simbol tidak memiliki makna yang tetap, tetapi bervariasi tergantung pada konteks dan penggunaannya dalam masyarakat.
- Sejarah Singkat Semiotika
Semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu baru pertama kali dikemukakan oleh seorang filolog dan linguis Swiss bernama Ferdinand de Saussure pada awal abad ke-20. Ia mengembangkan teori bahasa sebagai sistem tanda yang terdiri dari simbol (kata-kata) dan konsep yang direpresentasikan oleh simbol tersebut. Selain itu, ia juga mengemukakan konsep "arbitraritas" dalam bahasa, yang menyatakan bahwa hubungan antara simbol dan konsep yang direpresentasikan oleh simbol tersebut bersifat acak dan konvensional.
Pendekatan semiotika kemudian berkembang dan dipengaruhi oleh tokoh-tokoh penting lainnya seperti Charles Sanders Peirce, Roland Barthes, Umberto Eco, dan Jacques Derrida. Peirce mengembangkan konsep tanda yang terdiri dari tiga unsur: representamen (tanda itu sendiri), objek (hal yang direpresentasikan), dan interpretan (makna atau pemahaman yang dihasilkan oleh tanda tersebut). Sementara itu, Barthes menganggap bahwa bahasa dan simbol tidak memiliki makna yang tetap, tetapi bervariasi tergantung pada konteks dan penggunaannya dalam masyarakat. Eco mengembangkan konsep "kode" dalam semiotika, yang merujuk pada aturan-aturan atau konvensi-konvensi yang digunakan dalam pembentukan tanda dan makna. Derrida, di sisi lain, mengkritik konsep bahwa bahasa dan simbol memiliki makna yang tetap dan menganggap bahwa tanda dan makna bersifat ambigu dan terus berubah.
    2. Konsep tanda adalah salah satu elemen penting dalam disiplin semiotika. Dalam konteks semiotika, tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk merepresentasikan atau menyampaikan makna. Tanda-tanda ini dapat berupa kata-kata, gambar, gestur, suara, aroma, atau bentuk lain dari representasi yang menghasilkan makna atau pemahaman.
Dalam semiotika, tanda dibagi menjadi dua jenis, yaitu tanda ikonik dan tanda simbolik. Tanda ikonik adalah tanda yang merepresentasikan objek atau konsep dengan cara meniru atau menyerupai bentuk atau karakteristik fisiknya. Sebagai contoh, gambar pohon yang digambar secara realistis adalah sebuah tanda ikonik yang merepresentasikan sebuah pohon. Sementara itu, tanda simbolik adalah tanda yang merepresentasikan objek atau konsep dengan cara melalui konvensi atau kesepakatan sosial. Sebagai contoh, huruf "A" merepresentasikan suara tertentu dalam bahasa Inggris.
Dalam semiotika, tanda juga dibagi menjadi tiga elemen, yaitu representamen, objek, dan interpretan. Representamen adalah bentuk fisik dari tanda itu sendiri, seperti kata-kata atau gambar. Objek adalah hal yang direpresentasikan oleh tanda, seperti benda atau konsep. Sedangkan interpretan adalah cara individu memahami atau memberi arti pada tanda atau simbol.
Salah satu konsep yang penting dalam semiotika adalah konsep tanda. Tanda adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merepresentasikan atau menyampaikan makna. Tanda dapat berupa kata-kata, gambar, gestur, suara, aroma, atau bentuk lain dari representasi yang menghasilkan makna atau pemahaman. Tanda dibagi menjadi dua jenis, yaitu tanda ikonik dan tanda simbolik. Tanda ikonik adalah tanda yang merepresentasikan objek atau konsep dengan cara meniru atau menyerupai bentuk atau karakteristik fisiknya. Contohnya, gambar pohon yang digambar secara realistis adalah sebuah tanda ikonik yang merepresentasikan sebuah pohon. Sementara itu, tanda simbolik adalah tanda yang merepresentasikan objek atau konsep dengan cara melalui konvensi atau kesepakatan sosial. Sebagai contoh, huruf "A" merepresentasikan suara tertentu dalam bahasa Inggris.
Konsep tanda dalam semiotika juga melibatkan beberapa aspek, seperti denotasi dan konotasi. Denotasi adalah makna literal atau deskriptif dari suatu tanda atau simbol, sementara konotasi adalah makna atau asosiasi yang lebih abstrak atau subjektif yang terkait dengan suatu tanda atau simbol. Sebagai contoh, gambar seorang wanita yang tertawa dapat memiliki denotasi yang sama bagi semua orang, yaitu seorang wanita yang sedang tertawa. Namun, konotasi dari gambar tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada konteks atau pengalaman individu.
Selain itu, konsep tanda dalam semiotika juga melibatkan konteks dan kode. Konteks adalah lingkungan sosial, budaya, atau situasi di mana tanda tersebut digunakan, sementara kode adalah kumpulan aturan atau konvensi yang terkait dengan penggunaan tanda tersebut dalam konteks tertentu. Contohnya, kata-kata atau simbol dalam bahasa Inggris memiliki aturan atau kode yang berbeda dari bahasa Jepang, sehingga makna dari suatu tanda atau simbol dapat berbeda tergantung pada konteks dan kode yang digunakan.