Setiap orang pasti pernah bermimpi dalam tidurnya. Oleh karena itu mimpi disebut juga bunga tidur bagi mereka yang sedang bermimpi indah, namun tidak bagi mereka yang bermimpi buruk. Banyak orang yang bermimpi buruk dan merasakan pengalaman-pengalaman buruk dalam mimpinya itu seperti kehilangan barang, kecelakaan dan bahkan ada yang bermimpi meninggal dunia. Untungnya bukan mimpi buruk yang akan saya ceritakan karena kata orang mimpi yang buruk tidak pantas diceritakan sebab jangan sampai hal itu menjadi doa yang tidak kita sadari.
Ini adalah mimpi yang sempurna seperti judul lagu Peterpan, saya bahkan berpikir mimpi saya kali ini bisa saja menginspirasi sebuah film FTV. Akan saya ceritakan dari sudut pandang orang ketiga dan diperankan oleh Saya dan Dia. Saya adalah seorang Laki-laki pemalu yang sangat menghargai waktu bersama para sahabatnya. Sedangkan Dia adalah seorang wanita yang dikagumi oleh Saya.
Tapi tunggu dulu, ini tidak seperti cerita ftv rahasia ilahi yang sering tayang di televisi. Mimpi berawal ketika Saya tanpa sengaja bertemu dengan seorang teman SMA yang kemudian memberitahukan kepadanya bahwa akan diselenggarakan reuni akbar dalam bentuk outbond.
Dari situlah cerita akhirnya dimulai dan singkat cerita acara reuni pun akhirnya dimulai. Namun anehnya, maklulmah dalam mimpi ceritanya sering bercampur-aduk, bukan hanya teman SMA yang hadir tetapi mulai dari teman SMP sampai kuliah hadir juga…hahaha.. entah kenapa teman-teman SD juga tidak sekalian ikut muncul.
Kegiatan pertama pun dimulai dengan tantangan dari penduduk setempat bagi para peserta untuk mendaki sebuah tebing yang terjal namun tidak terlalu tinggi. Meski berada diurutan terkhir yang sampai di atas Saya merasa sangat senang, maklumlah karena di dunia nyata sepertinya dia tidak bisa melakukan itu.. hehehe.
Flying Fox adalah kegiatan kedua di acara reunian bertajuk outbond ini. Masih bercerita tentang memanjat, namun tidak seperti flying fox pada umumunya tali lintasan tidak diikatkan pada sebatang pohon tinggi melainkan pada sebuah menara tua yang sangat tinggi dan dipanjat dari dalam menggunakan tangga yang melingkar di dalam menara tersebut. Saat menapaki satu demi satu anak tangga ini terdapat banyak keseruan antara para peserta yang kembali membangun keakraban dengan teman-teman lamanya.
Cerita sesungguhnya akan dimulai dari sini, latar dari adegan dalam mimpi sepertinya menunjukkan waktu shalat Ashar. Setelah seharian mengikuti outbond dan semua kegiatannya yang seru dan menegangkan, Saya kemudian bergegas ke mesjid dan kemudian mengambil air wudhu untuk shalat. Wah, mesjid tampak begitu penuh sepertinya semua orang yang ikut outbond taat beribadah, artinya Saya juga termasuk di dalamnya. Saya bertemu beberapa teman lama dan nampak asik membicarakan kenangan-kenangan dan tentunya saling bertanya kehidupan mereka sekarang.
Setelah selesai shalat, di halaman depan mesjid Saya tanpa sengaja melihat senyum yang tidak pernah ia lupakan, dan benar saja ternyata senyum itu milik Dia. Sekedar bocoran Dia dan senyumnya akhir-akhir ini memang selalu muncul di adegan-adegan saat Saya bermimpi. Dia ini adalah seseorang dari masa lalu Saya.
Kebetulan bertemu dalam mimpi, tanpa ragu Saya mendekati Dia dan menjulurkan tangan untuk bersalaman dengannya. Saya rupanya harus menunggu beberapa saat sebelum Dia menggapai tangannya untuk bersalaman. Saya melihat ekspresi Dia seperti orang yang sedang menggali ingatannya dari masa lalu. Saya dan Dia pun kemudian melangkah sambil bercerita, entah apa topik pembicaraan mereka yang jelasnya kekakuan sepertinya mulai lebur dalam tawa. Dari sini ceritanya tampak menguntungkan dan berjalan seperti apa yang diharapkan oleh Saya. Eeaaa…
Perbincangan yang semakin hangat dan jauh antara Saya dan Dia membawa mereka kepada cerita dimasa lalu yang belum selesai bahkan belum dimulai (setidaknya itu dari perspektif Saya). Situasi tersebut tidak dilewatkan oleh Saya untuk menggoda Dia. “Kamu masih belum berubah, senyum itu masih sama seperti jaman dulu”, kata Saya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya sedikit tersenyum seolah menunjukkan senyum terbaiknya dan kemudian melanjutkan berjalan. Sesaat kemudian Dia berkata, “ Kamu juga masih sama, masih tetap menyukai senyumku”. Saya dan Dia, mereka hanya saling menatap kemudian tertawa dan berjalan lagi.
Namanya juga dalam mimpi, ceritanya bisa tiba-tiba berubah dan benar saja tiba-tiba ada sekelompok tentara yang menodongkan senjata kearah Saya dan Dia. Mungkin karena kaget alur cerita tiba-tiba berubah, Saya akhirnya terbangun dari tidurnya.
Meskipun mimpinya terpotong, Saya sebenarnya berharap mimpinya itu benar-benar tejadi dan berlanjut di dunia nyata. Dia bahkan hampir mengirimkan ucapan selamat pagi kepada Dia yang selalu datang dengan senyumnya dalam mimpinya akhir-akhir ini namun tidak jadi karena keburu sadar tadi itu hanya mimpi.