Aku tumbuh begitu indah,
Bunga-bunga cantik menghiasiku,
Batangku berdiri kokoh, tegak,
Di bawah sinar mentari yang hangat.
Lalu kau datang, tak terduga,
Dengan rayuan yang manis,
Kau ingin menemani, katamu,
Bukankah sudah ku tolak? Aku tak ingin.
Namun kau terus memaksa,
Rayuanmu makin lembut, mendayu,
Dengan harapan yang kau bawa,
Hingga hati ini perlahan luluh.
Akhirnya, kubuka diri,
Memberi kesempatan padamu,
Kukira kau tulus, ingin menjaga,
Tapi, oh, betapa salahku.
Kau hisap putik-putikku,
Mengambil nektar hidupku,
Sampai layu dan mati aku,
Kau tinggalkan, pergi tanpa jejak.
Kini aku terbaring hampa,
Bunga-bunga yang dulu ceria,
Kini tinggal kenangan duka,
Hanya batang kering yang tersisa.
Di tengah sepi aku terdiam,
Mengingat janji manismu dulu,
Ternyata kau datang hanya untuk mengacaukan,
Dan pergi setelah menghisap semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H