Mohon tunggu...
Nur Hikmah
Nur Hikmah Mohon Tunggu... Freelancer - A student, random thoughts.

Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Long life learner and dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Quarter Life Crisis: Jangan Buat Semangat Mudamu Redup

11 Desember 2020   11:52 Diperbarui: 11 Desember 2020   12:41 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Quarter Life Crisis (QLC) adalah suatu kondisi krisis diri seorang individu berumur dikisaran usia 25 tahun (krisis seperempat abad). Individu yang mengalami quarter life crisis biasanya mengalami depresi,frustasi atau bahkan terjebak dalam suatu kondisi kecemasan dimana ia merasa terjepit dan tidak bisa keluar. Seseorang yang ada dalam krisis ini kehilangan motivasi hidup, merasa gagal, kehilangan kepercayaan diri dan makna hidup, bahkan menarik diri dari pergaulan. 

Quarter life crisis sering terjadi pada transisi menuju ke tahap kedewasaan, pada saat itu mulailah terbentuknya jati diri yang sesungguhnya yang mengarahkan diri kita kepada terbentuknya, sikap, fungsi, interaksi diantara sistem-sistem kepribadian. Masalah-masalah lampau yang beberapa tidak dapat dilupakan menyebabkan aktivitas hingga fungsi sosial terganggu, tetapi beberapa yang tertanam menciptakan suatu ketidaksadaran diri akan timbulnya akan perasaan takut yang muncul karena ketidaksesuaian antara harapan pribadi (ekspektasi) dengan situasi kenyataan yang terjadi.

Semua terjadi karena sebab akibat, dikarenakan ego yang mengalami krisis, entah perasaan yang terluka hingga melibatkan kesedihan, keraguan akan kemampuan diri, ketidak cukupan, kecemasan, kurangnya motivasi, ketakutan akan rasa gagal, kebingungan, hingga depresi semua itu merupakan perasaan yang terjadi ketika mengalami fase Quarter Life Crisis.

Dalam fase ini banyak hal yang terjadi seperti mengenyampingkan impian demi membangun karier yang sudah lebih jelas arah dan tujuan yang dihasilkan untuk menjamin kehidupan, hal ini didorong pula oleh realitas yang menuntut untuk melihat sisi keadaan yang terjadi, faktor ekonomi, norma dari lingkungan yang berlaku memicu terjadinya Quarter life crisis. Sejatinya manusia hanya ingin dimengerti, diakui, diperhatikan, dan ingin didengarkan.

Quarter life crisis membawa kita lari jauh dari zona aman dan nyaman. Banyak anak-anak usia muda, dikalangan mahasiswa maupun pekerja mengalami Quarter life crisis. Oleh sebab itu, dibutuhkannya solusi untuk menyikapi dari Quarter life crisis yang terjadi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi Quarter life crisis:

1. Berhenti Membandingkan

Membandingkan mungkin adalah apa yang membuat seseorang merasakan Quarter life crisis ini sejak awal. Kita tidak dapat membandingkan pencapaian diri sendiri dengan  pencapaian orang lain. Kita harus tetap fokus pada jalur kita sendiri, langkah kita sendiri, dan tujuan kita sendiri. 

2. Bicara
Dengan menyampaikan apa yang ada di benak kita kepada orang-orang terdekat dapat membantu untuk keluar dari Quarter life crisis ini. Tetapi sebelum berbicara, kita harus berani untuk keluar dari zona Quarter life crisis tersebut dan mulai menceritakan apa yang mengganjal perasaan selama ini.

3. Berani Bermimpi
Mimpi lah yang akan membuat orang bangkit dari kegagalan. Dengan beraninya seseorang untuk bermimpi, maka orang tersebut sudah mulai siap untuk menerima dirinya sendiri!

4. Lakukan Research Terhadap Diri Sendiri
Setelah seseorang sudah berani untuk bermimpi,maka orang tersebut harus mulai menggali lebih dalam tentang dirinya lebih banyak. Apa yang sebenarnya diinginkan, apa yang harus dilakukan, bagaimana langkah langkah untuk mencapainya dan sebagainya.

5. Temukan Orang-orang yang Mensupport
Dengan menemukan orang-orang terdekat yang selalu mendukung, pasti segalanya akan menjadi mudah. Mimpi-mimpi dan rencana pastinya akan lebih mudah tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun