Berjejer pulau terbentang, beribu flora dan fauna hidup di negeri ini. Negeri yang sangat indah nan menawan. Pohon-pohon berdiri tegak menjulang ke langit. Bunga-bunga bermekaran bak mentari di pagi hari. Negeri dengan beragam bahasa, negeri yang beragam adat-istiadat tak dapat di lekatkan dalam pikiran.
Duhai bapak dan ibu, sudahkah kalian mewakilkan para rakyat yang hanya bisa mengemis kepada kalian? Duhai bapak dan ibu, sudahkah kalian menjalankan tugas yang sebenarnya? Kami tau kalian lelah di sana memikirkan negeri ini, tapi apakah yang kalian pikirkan itu sudah kami nikmati? Bapak dan ibu, bukankah rakyatlah yang seharusnya makmur? Bukankah rakyatlah yang seharusnya hidup tentram tanpa keluh kesah tapa bersandar di kolong jembatan untuk menikmati tiupan angin malam? Namun sesungguhnya itu adalah jeritan. Bukan jeritan kebahagian pak, bu, tapi jeritan pertolongan. Seringkali yang beraksi disana mengatasnamakan perjuangan untuk kami, namun apakah itu kalian dengar duhai bapak dan ibu?
Ada orang yang berkata “tumpangan yang mewah ini sesungguhnya milik rakyat”. Namun pernah terbesitkah di hati bapak dan ibu? Pak, bu, Negara ini bukan untuk ajang perebutan kekuasaan bukan untuk menunjukkan siapa yang paling kuat dan hebat. Jikalaupun satu atau dua orang yang berjuang mengatas namakan kami dengan sungguh-sungguh, pastilah mereka akan jarang mendengar suara rakyat yang berterimakasih. Pak, bu, masih ingatkah kalian ketika janji-janji kalian mengatas namakan kami? Ahh kurasa janji itu sudah sirna dengan tumpukan kertas bernilai itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H