"Iya, Ma. Ayah Heru."
Nami segera keluar menemui pria yang disebut ayah oleh anaknya. Berjalan perlahan menuju ruang tamu. Dari kejauhan memang tampak Heru sedang ngobrol dengan Raka dan Anto. Mereka berdua terlihat serius. Entah ada masalah apa.
Kehadiran Nami di antara anak-anak tangga sudah dapat dirasakan Heru. Pria itupun menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
Setelah dua tahun berselang semenjak mereka berpisah. Inilah kali pertama mereka bertemu. Sedikit banyak memang ada perubahan. Heru tampak lebih kurus dari yang dulu. Meskipun wajahnya masih awet muda.
Nami berdiri tepat di hadapan Heru. Matanya menatap dengan penuh selidik. Salah satu kekurangannya memang itu, melihat sesuatu dari sudut paling terburuk.
"Assalammualaikum, Mi," sapa Heru, mantan suaminya.
"Waalaikum salam, Mas. Sudah lama, ya?" Nami duduk berhadapan dengan Heru.
"Maaf, ya. Aku mengganggu waktu istirahat kalian," lanjut Heru. Sesekali tangan pria itu  menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.
Mungkin karena uangnya sudah terlalu banyak dan hidupnya lebih bahagia. Heru tampak lebih putih dari dua tahun terakhir Nami melihatnya.
"Kamu ke sini sendiri, Mas?"
"Tidak. Aku dengan seorang sopir. Tuh! Menunggu di mobil." Kembali tangan pria itu menyeka keringat yang mengucur deras di dahinya. "Aku ingin lihat anak-anak, Mi."