Anggota KKN-P UMSIDA Kelompok 16 mendatangi Mas Andre selaku pelaku UMKM baklok jamur tiram Desa Sumbersuko untuk menggali informasi mengenai usahanya. Dari informasi yang didapat, penjualan baklok jamur tiram tersebut sudah ada konsumen tetap yang mengambil baklok jamur tiram setiap harinya. Permintaan baklok jamur tiram memiliki permintaan yang sangat tinggi, namun dari proses produksinya belum mampu memenuhi semua permintaan tersebut.
Mas Andre mengatakan bahwa beliau dapat memproduksi sekitar 114 bungkus baklok jamur tiram setiap sekali produksi. Baklok jamur tiram diproduksi dengan memanfaatkan limbah sekitar, dan diolah hingga menjadi harga yang tinggi.
Dari informasi yang kita dapat, baklok jamur tiram ini berbahan dasar jerami padi, gerajen kayu, dan dicampuri nutrisi (dedak dan gamping), pemberian gamping bertujuan untuk menjaga PH dari adonan baklok dimana terdiri dari 85% gerajen kayu dan 15% nutrisi (dedak dan gamping). Semua bahan tersebut kemudian dimasukkan kedalam mesin aduk khusus pembuatan baklok dan diberi air menysuaikan kelembaban bahan gerajen kayu agar tercampur secara merata. Proses pencampuran selama 10-15 menit supaya menyatu dengan sempurna.
Ciri-ciri adonan yang sudah tercampur rata yaitu ketika digenggam, adonan tersebut menggumpal. Setelah adonan sudah jadi, kemudian dimasukkan dengan plastik khusus dan diisi sampai penuh lalu dipress menggunakan alat khusus. Lalu dilakukan proses menggunakan oven khusus selama 7 jam. Penyimpanan baklok untuk menjadi jamur, diletakkan diruang khusus dengan suhu dibawah 28. Jamur mulai tumbuh sekitar 3-4 bulan, dan mulai bisa dipanen sekitar 3 hari setelah benih jamur tumbuh.
Jika baklok gagal tumbuh menjadi jamur, maka warnanya akan kembali ke warna adonan awal (tidak ada tanda-tanda akar tumbuh berwarna putih). 1 baklok yang berhasil dapat berbuah 4-5 kali panen, dengan jarak panen pertama dan kedua 1 minggu, dengan catatan semakin sering berbuah, maka jarak panen akan semakin lama. Tanda baklok tidak dapat berbuah lagi yaitu ukuran baklok menciut/kempes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H