Culture, atau yang biasa kita sebut budaya, merupakan sebuah perlakuan yang dilakukan sesseorang atau kelompok, yang pada akhirnya perlakuan trsebut diteruskan hingga sampai turun menurun dan akhirnya hingga sampai menjadi sebuah kebiasaan. Hal ini menjadi pilihan kita untuk terus melanjut kelestarian suatu budaya ataupun malah harus kita tinggalkan suaut budaya. Memang tidak semua budaya warisan leluhur bis akita praktekkan dan kita lestarikan. Kita juga harus menimbang sisi manakah yang lebh dominan yang didapat dari budaya tersebut. Apakah itu positif, atau malah suatu budaya dapat berdampak buruk bagi kita di kehidupan yang serba modern ini.
Climate, atau dalam Bahasa kita sering disebut iklim, yang dimana merupakan sebuah keadaan yang dapat memengaruhi keadaan cuaca, suhu, kondisi dan sebagainya pada suatu lokasi tertentu, yang dimana hal ini berlaku dalam waktu jangka panjang.
Apakah kalian tau kenapa judul artikel ini culture and climate change, atau dalam Bahasa kita yaitu budaya dan perubahan iklim. Kalian tidak terpikirkan bukan, apa sih hubungannya antara budaya dan perubahan iklim ini. Nah maka dari itu, aku ingin menyampaikan opini atau pendapatku tentang apasih hubungan antara budaya dan iklim itu, nah jadi sebenarnya ada beberapa budaya atau kebiasaan yang memang tercipta dikarenakan adanya perubahan iklim atau jika lebih sempt lagi yatu perubahan cuaca yang lebih signifikan dan baru terjadi, dan juga berbeda dari biasanya. Dengan begitu biasanya, di beberapa daerah banyak terjadi kebiasaan-kebiasaan atau budaya-budaya yang memang sengaja diciptakan atau dicetuskan yang karena berhubungan dengan perbahan iklim dan cuaca. Contohnya seperti di daerah asalku yaitu Jombang, Jawa Timur, dimana disana ada sebuah perlakuan unik yang biasa dilakukan oleh warga sekitaran Jombang, yang juga menarik untuk dibahas di forum ini, yaitu adanya pertunjukan Seni Ujung.
Seni Ujung, sebuah kebiasaan semenjak zaman kerajaan Majapahit yang diturunkan turun-temurun oleh para leluhur nenek moyang warga Jombang, Seni ujung merupakan sebuah kaya seni pertunjukkan yang biasanya dipertontonkan kepada khalayak ramai saat musim kemarau panjang menimpa mereka. Mereka mencoba untuk meminta berkah dari tuhan dengan cara membuat seni pertunjukkan dengan harapan setelah mereka melakukan tradisi pertunjukkan Seni Ujung tersebut, mereka dapat diberkahi hujan agar tidak dilanda kekeringan saat kemarau panjang. Cukup awam, dimana dari beberapa daerah pun sudah ada hal-hal yang hamper sama seperti pertunjukkan Seni Ujung ini. Namun, yang membedakan yatu dimana dalam pertunjukkan yang sering diadakan ini, dapat diblang cukup ekstrim, dimana hal yang dipertunjukkan ke khalayak ramai merupakan adu kekuatan para masing-masing orang pelaku pertunjukkan. Hal ini dikarenakan saat pertunjukkan berlangsung, pelaku Seni Ujung melakukan aksi mencambuk satu sama lain menggunakan kayu rotan, dan mereka saling mempertunjukkan kehebatan, kelincahan, begtu pula kekuatan tubuh mereka ke khalayak ramai. Memang kebanyakan pasti akan bertanya-tanya, apa maksud dari perlakuan mereka, apa gunanya melukai sesame lain, pasti ada terlintas dalam benak diri kita masing-masing. Tetapi, kita sebagai warga yang majemuk, harus tetap saling menghormati dan menghargai sesama umat suku berbudaya
Nah begitulah kira-kira salah satu hubungan antara sebuah budaya atau kebiasaan yang tercipta karena adanya perubahan iklim, atau sebuah budaya yang dipercaya dapat mengubah keadaan iklim atau cuacu didaerah sekitarnya. Ada juga kebiasaan baru-baru ini, dimana dikarenakan kondisi cuaca yang sangat panas di kota Semarang, pemerintah menyediakan kipas blower di tiap persimpangan lampu merah.
Unik bukan? Yah, beginilah Indonesia dengan segala keunikan dan kearifan lokalnya yang patut kita acungi jempol. Bukan hanya itu, kita sebagai warga negara Indonesia juga harus berusaha dan berupaya untuk selalu menjaga kelestarian budaya kita, jangan sampai budaya kita hilang ditelan waktu, atau bahkan lebih parah lagi jika sampai ada yang mengambil dan mengaku-akui budaya yang telah nenek moyang kita turunkan sampai saat ini.
Terima kasih telah membaca ulasan ini, demikian yang dapat saya berikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H