Sebagai manusia Beberapa tahun belakangan kita banyak mendapatkan berbagai cobaan, baik di Indonesia dan sejumlah negara-negara di seluruh dunia. Sejumlah cobaan itu datang dari perubahan alam dalam wujud perubahan iklim, banjir, tanah longsor, gelombang panas. Banyak pihak mulai dari ilmuan, aktivis, masyarakat, akademisi, melihat fenomena alam ini tak lain oleh berbagai aktivitas manusia yang berlindung dibalik selimut ekonomi. di awali dengan penemuan teknologi baru yang kemudian diikuti oleh langkah revolusi industri di negara barat telah memunculkan berbagai inovasi-inovasi produk kebutuhan manusia.
Abad 21 adalah masa dimana modernisme di jadikan sebagai puncak pengetahuan manusia yang menciptakan dan memanfaat berbagai macam penemuan teknologi di berbagai lini. Perkembangan ini rupanya memberikan angin segar pada sektor industri dunia tak terkecuali Indonesia. Dibalik kejayaan modernisme terlebih lagi di tambah dengan meningkatnya kebutuhan yang tidak hanya pada kehidupan primer, kenaikan status kelas menjadikan kebutuhan manusia mulai meningkat.Â
Alhasil di balik modernisasi dan kebutuhan ekonomi, inovasi  di arahkan mencapai tingkatan produksi hingga titik agregat tertentu, tetapi dibalik peningkatan itu ujung-ujungnya adalah pengejaran profit bagi industri dan pertumbuhan ekonomi. bagi negara-negara emergine market seperti Indonesia tujuan pembangunan adalah selain mengurangi tingkat kemiskinan paling penting yaitu pengejaran terhadap pertumbuhan ekonomi yang konon adalah sebagai berhalanya ekonom barat dalam Ilmu ekonomi. Pada realitanya teori mereka hanya menetes pada pemilik modal. sebaliknya kemiskinan yang diharapkan menurun justru meningkat dibalik pertumbuhan semu ekonomi.
Pergeseran makna ekonomi mulai berubah seiring dunia mengalami berbagai gejolak alam, di awali oleh PBB dengan konsep Sustanible Development Goal, konsep ekonomi diharapkan dapat lebih memperhatikan keberlanjutan dari aktivitas ekonomi. Tujuan  ini juga dilanjutkan dalam traktat Paris 2016 sebagai upaya semua negara lebih peduli terhadap lingkungan akibat dari aktivitas ekonomi yang ugal-ugalan tanpa mempedulikan dampak jangka panjang terhadap masa depan umat manusia. Di tahap ini industri di arahkan lebih memperhatikan pengelolaan bisnisnya berbasis green economic, indikatornya juga ditetapkan demi  memenuhi syarat.
Prasyarat sistem ekonomi yang mengedepankan aspek berkelanjutan mengundang sejumlah tanggapan,ada yang melihat dari kacamata asas manfaatnya. Bahkan sampai kepada arah kecurigaan seperti  bentuk kampanye terselubung.  Dibalik dua sisi kacamata itu sebaiknya kita melihat sebagai alat membangun cara baru berekonomi dan sebagai alat kontrol jalannya ekonomi yang dianggap terobosan baru untuk menundukkan syahwat ekonomi kapitalis.
Sebenarnya Indonesia sudah menerapkan rancangan ekonomi berkelanjutan dengan mengeluarkan berbagai regulasi agar pelaku ekonomi mau menjalankan prinsip berkelanjutan sehingga keseimbangan ekonomi dan lingkungan bisa hidup harmonis. Tetapi apakah para pelaku ekonomi ini mau melaksanakannya? Tentu saja transisi dari kebiasaan lama aktivitas ekonomi konvensional pasti membuat gagap sebagian pelaku ekonomi, banyak alasan dari tantangan menuju aktivitas ekononomi ramah lingkungan.mulai dari urusan cost (biaya), profit, operasionalnya adalah sejumlah alasan mengapa transisi ini berjalan seperti kura-kura. Walau apapun itu marilah kita anggap pemaknaan kura-kura sebagai usaha bersama ya walaupun lambat diharapkan bisa memicu optimisme ekonomi yang lebih peduli kepada lingkungan.
Konteks kebijakan,  mata elangnya pada  sektor keuangan karena dianggap  memiliki daya pompa memicu iklim green economic dan mampu menyasar langsung ke sejumlah sektor ekonomi. alasannya lebih kepada modal karena sejumlah sektor  (pelaku) ekonomi beralasan seperti disebut di atas. Memang cukup beralasan bila dihubungkan dengan proses transisi ekonomi, tetapi ujung --ujungnya output dari kebijakan juga tetap mata elangnya mengarah kembali pada pertumbuhan ekonomi. lantas apakah antara menciptakan aktivitas ekonomi yang pro lingkungan akan menghalangi atau memperlambat pertumbuhan ekonomi? tentu saja sembari mengarapkan keseimbangan lingkungan, harapan terhadap pertumbuhan ekonomi hijau adalah tujuan utamanya.
Sejatinya secara teori ekonomi modal akan meningkatkan tingkat investasi hingga berefek domino kepada pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. lantas bagaimana dengan suntikan modal apakah dapat meningkatkan investasi pada sektor industri? Secara tujuan mereka adalah meraih profit yang sebesar-besarnya. Disinilah tantangannya mendorong dunia bisnis beradaptasi dengan kebijakan. Demi mendorong  itu semua perlakuan kebijakan dibuat hanya bagi industri yang memenuhi syarat.
Misalnya dalam pembiayaan hijau (green finance) dari lembaga keuangan, industri yang bisa adalah aktivitas industri yang bergerak menyasar di sektor pertanian,kelautan, daur ulang, energi, Â pengolahan, pendidikan dan kesehatan. atau bahasa kerennya industri yang menciptakan aktivitas ekonomi yang rendah karbon dan berkelanjutan bagi lingkungan.
 Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menelaah hubungan antara pembiayaan hijau (green finance) pada lingkungan dan ekonomi, dimana dengan adanya pembiayaan hijau dapat membawa arus kapital pada sektor green industri serta mendorong pertumbuhan ekonomi hijau. Sebagai alat kebijakan, penelitian dapat menjadi dasar pengembangan green economic di sebuah negara seperti indonesia.  Memang pengembangan green economic tidaklah semudah membalik telapak tangan. Asumsi-asumsi  bahwa dalam beberapa hal pengembangan green economic hanya bisa dikembangkan oleh negara-negara besar menjadikan isu ini bagi sebagian kalangan dimaknai tunggal.
Indonesia mecoba menepis isu di atas dengan kebijakan pengembangan green economic melalui green finance perbankan dan sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia  menjadi katalisator pengembangan green finance. Eksistensi dua lembaga tinggi keuangan sebagai wujud keseriuasan pemerintah dalam mendorong terciptanya ekonomi berkelanjutan.