Dari atas Rumah Kos beratapkan genting pisawat berlalu lalang, dari jauh kedengaran anak-anak kecil melantunkan lagu bangun sahur dengan di iringi suara musik dari bekas-bekas kaleng. Di bulan ramadan ini puasa sudah sampai pada hari ke 27, tanda orang-orang mulai sibuk dengan persiapan mudiknya.Â
Bagi para perantau khususnya mahasiswa yang belajar di daerah jawa pasti sudah menunggu momentum lebaran.Â
Saat menjelang hari raya idhul fitri setiap kampus sudah pasti meliburkan aktivitas perkuliahan, kesempatan inilah di tunggu-tunggu setiap mahasiswa. Berkumpul bersama keluarga dan handaitaulan adalah saat-saat paling diharapkan setiap mahasiswa pada momentum lebaran.
Tidak terkecuali bagi mahasiswa yang sudah semester akhir seperti saya dan teman-teman lain, di hadapkan pada kuliah yang suda melebihi aturan lama kuliah, biaya SPP, dan deadline ujian dari dosen, di tambah desakan dari orang tua untuk cepat selesai adalah momok bagi setiap mahasiswa.Â
Apalagi di saat momentum idul fitri, ini adalah saat-saat mahasiswa harus mengorbankan liburannya untuk tidak berlebaran bersama keluarga dan handaitaulan.Â
Tidak seperti mahasiswa lain bila mau datang hari lebaran situs-situs penjualan tiket kereta api, pisawat, kapal laut selalu di kunjungi setiap hari. Walaupun belum mau memesan tiket setiap hari, selalu saja membuka laman website penjual tiket online untuk mendapatkan tiket murah.Â
Bagi mahasiswa pejuang skripsi tentunya halaman-halaman kertas pada buku-buku tidak pernah sepi dari tangan-tangan yang selalu menjamanya setiap hari.
Saat orang lain berbondong-bondong ke mall, tokoh, dan pasar-pasar yang menjual pakain. Para pejuang skripsi berbondong-bondong ke toko buku dan perpustakaan serta warnet. Para penghuni kos-kosan mulai hilang satu persatu, surau-surau kekurangan jamaahnya.Â
Setiap orang saling bertanya "mudik tidak" dan beragam jawaban bermunculan dari yang semangat, loyo dan sapai yang sedih, setiap orang yang mudik pasti akan mengambil jawaban dengan penuh semangat kalau akan "mudik", bagi yang loyo selalu saja mengeluarkan kata "nanti liat" tanda masih ragu-ragu sambil berpikir.Â
Untuk setiap pejuang skripsi pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu saja membuat sedih meskipun jawaban yang dikeluarkan penuh retorika dan negosiasi dengan alasan yang serba dicari-cari untuk tidak menampakkan kesedihan.
Setaiap pejuang skripsi, Tenggelam dalam lembaran demi lembaran kertas dan tulisan pada setiap buku-buku adalah cara mengobati kerinduan bersama keluarga. berjuang untuk predikat prestisus, cumlao, dan untuk tidak di DO merupakan salah satu pelecut semangat biar cepat selesai.Â