Sekilas kita melihat dari judul di atas, pastinya akan memunculkan pertanyaan 'Dapatkah konsep kontestasi politik dijadikan sebagai media sosialisasi dalam berpolitik?'. Untuk itu sebelum membahas lebih lanjut dan mendalam, mari kita memperbarui pikiran kita dengan mengingat lagi apa itu kontestasi politik dengan melihat sejarah pergolakan pada masa reformasi 1998.
Peristiwa-peristiwa seperti mahasiswa demostrasi yang bertahan untuk presiden soeharto untuk mundur, IMF dan Bank Dunia ingin meliberalisasi platform ekonomi di indonesia, kerusuhan dan kerusakan besar terjadi di banyak tempat membuat tekanan untuk Soeharto yang menunjukkan konteks pertentangan antara aktor yang berperan sebagai pembangkang sipil dan keadilan sosial, GOLKAR sebagai organisasi sayap Soeharto yang menunjuknya sebagai presiden, dan militer frustasi dalam menghadapi perubahan demonstrasi dan politik. Dari kelima peristiwa tersebut memberi makna yang tersirat terkait dengan politik dan sejarah.
Kata kontestasi sedemikian seringnya muncul dalam perpolitikan dan masyarakat pun sudah tidak asing lagi dengan kata kontekstasi, dapat dilihat dari bagaimana berbagai media memberitakannya. Sebagai contoh, sejumlah petahana calon DPRD Barru kalah di kontestasi politik 5 tahun, kontestasi pemilu 2019 sengit karena ada PT 4% atau caleg milenial ikut kontestasi.
Dari contoh berita media diatas kita dipaksa untuk memahami kontestasi sebagai persaingan ataupun kompetisi. Namun, makna kontestasi sangat jauh berbeda. Kata kontestasi berasal dari bahasa Inggris 'contestation', yang diserap ke bahasa Indonesia. Dalam Kamus Merriam-Websters, contestation bermakna controversy dan debate dan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V pun sejalan dengan hal itu, yaitu kata kontestasi bermakna kontroversi atau perdebatan.
Setelah mendalami perihal kontestasi politik, mungkin sedikit bisa menjadi gambaran tentang jawaban pertanyaan di awal. Adapun mengenai sosialisasi, sosialisasi merupakan proses pembelajaran dan pelatihan untuk memahami seperangkat nilai-nilai dan norma sosial kepada seseorang atau sekelompok orang. Yang tidak boleh kita lupakan bahwa Proses sosialisasi berlangsung selamanya atau seumur hidup. Dalam memahami perpolitikan seseorang yang bermaksud untuk terlibat dalam politik, terlebih dahulu memperhatikan atau mendapatkan pengalaman dari apa yang dia hadapi atau lihat.
Perilaku politik seseorang sangat berkaitan dengan lingkungan sosial maupun ekonominya. Perilaku politik merupakan suatu kegiatan atapun aktivitas yang berkenaan ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam pembuatan keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara periode. Untuk melihat atau memahami perilaku politik sesesotang dapat dilakukan dengan pendekatan sosiologis.
Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku politik seseorang. Karakteristik sosial seperti pekerjaan, pendidikan sampai karakteristik sosiologis seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur dan sebagainya merupakan bagian-bagian dan faktor-faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
Pemahaman tentang politik berdampak pada konsistensi seseorang dalam berpolitik. Dapat kita lihat dari seseorang yang tidak memahami kontestasi politik dengan baik, akan lebih cenderung mengedepankan tujuan-tujuan pribadinya. Seseorang atau sekelompok orang mendefenisiskan politik secara negatif yang dapat dilihat dari perilaku persaingan kepentingan, perebutan kekuasaan, korupsi, penyelundupan, kolusi, suap dan skandal politik lainnya.
Jadi seseorang atau sekelompok orang yang tidak memahami konsep kontestasi politik akan lebih memaknainya dengan sebuah persaingan ataupun kompetisi. Namun, lain hal jika seseorang atau sekelompok orang memahami konsep tentang konsistensi politik, mereka lebih konsisten dalam berpolitik. Dengan menjungjung tinggi tujuan sebenarnya dalam berpolitik, seperti melaksanakan politik dengan adil dan bermoral.
Jadi, dalam proses sosialisasi politik seseorang terlebih dahulu perlu diluruskan mengenai makna kontestasi politik sehingga proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik dan tidak menyimpang dari makna yang sebenarnya. Jawaban dari pertanyaan di awal adalah 'iya' jika makna tentang konsep kontestasi politik diketahui dengan benar dan 'tidak' jika kita tidak mengatahui makna sebenarnya dari kontestasi politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H