Toilet, dalam sehari kita bisa ke tempat ini 3-5 kali dan menyentuh benda atau permukaan berikut: gagang pintu, keran air dan tombol flush.
Dari dan menuju kabin pesawat, seperti di ruang tunggu, kepadatan di garis antrian pada saat melalui security check point dan/atau imigrasi dan pabean.
Amankah Udara yang Kita Hirup Selama Perjalanan di Kabin Pesawat?
Seperti yang kita telah ketahui, untuk bisa terinfeksi, tidak saja dipengaruhi oleh waktu terpapar, namun juga oleh konsentrasi atau banyaknya jumlah virus di dalam kabin. Seseorang yang sedang tidak sehat atau menunjukkan gejala seperti batuk dan bersin, akan mengkontaminasi udara di dalam kabin pesawat. Studi menemukan virus tetap bisa menyebar walau sudah menerapkan jarak aman pada saat:
- Batuk: 3.000 percikan besar (droplet).
- Bersin: 40.000Â droplet, atau 10 kalinya pada saat batuk.
- Berbicara: 1.000Â droplet.
Dari informasi di atas, mungkin muncul pertanyaan; bagaimana jika kita berada dalam satu kabin dengan seseorang yang sedang tidak sehat? Apakah aman? Tentunya sangat mengerikan karena kita bisa saja tertular. Itulah mengapa orang yang tidak sehat tidak dianjurkan untuk bepergian dengan menggunakan pesawat.
Walau rentan, namun Center for Disease Control (CDC) lewat situsnya mengungkapkan bahwa perjalanan dengan pesawat tidaklah berisiko tinggi karena cairan yang keluar saat bersin dan batuk akan jatuh ke bawah atau permukaan. Menjaga kebersihan dan menggunakan masker bisa mencegah virus menular lewat udara dan kontak langsung. Selain itu, udara di kabin disaring dengan menggunakan penyaring udara berbasis HEPA atau media yang memiliki efisiensi tinggi dalam panyaringan partikel mikroskopik. Filter HEPA mampu menyaring 99.97% partikel miskroskopik, hingga berukuran 0,1 mikron termasuk virus dan bakteri. Tidak hanya dibersihkan, udara dijaga tetap bersih karena disaring sebanyak 10-12 kali dalam setiap jam atau 5-6 kali setiap menitnya, sehingga virus yang masih bertahan di udara bisa dikendalikan dan dilumpuhkan kemampuan menginfeksinya.
Bepergian dengan menggunakan pesawat sebaiknya mempertimbangkan seluruh rangkaian perjalanan termasuk perjalanan dari dan menuju kabin pesawat. Gunakan alternatif lain jika jarak atau waktu tempuh bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau keperluan yang tidak terlalu mendesak.
Pembaruan HEPA untuk Kebersihan Udara di dalam Rumah dan Kantor
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa polusi udara hanya terjadi di luar ruangan (outdoor). Apalagi setelah New Normal, polusi udara dilaporkan kembali meningkat (salah satu indikator, yaitu PM2,5) dari 24 g/m3 di awal Juni menjadi 57 g/m3 per 26 Juni (https://airview.blueair.com/). Hal ini disebabkan lalu lintas kembali ramai semenjak perkantoran dan perindustrian kembali dibuka.
Dengan semakin berpolusi udara di luar, udara di dalam ruangan akan semakin lebih kotor, bahkan bisa 5x lebih kotor. Polutan mikroskopik seperti debu dan asap, terbawa dari luar dan terakumulasi di dalam ruangan. Ditambah polutan dari pemakaian cairan kimia beraroma yang kebanyakan tidak dihiraukan bahayanya, seperti pengharum ruangan, produk beraroma (cat kuku dan lilin aromaterapi), produk pembersih kimia (alkohol atau cairan pemutih, hipoklorit), cat, pernis, plitur, printer dan spidol untuk whiteboard.