Mendengarkan salah seorang cerita teman, saya sempat terkejut bahwa ia sempat melakukan konsultasi untuk mendapatkan momongan melalui dukun beranak. Hal yang membuat saya terkejut adalah ia memiliki pendidikan yang cukup tinggi, sarjana Strata 1. Tanpa tanggung-tanggung, sudah lima kali ia mendatangi dukun beranak agar bisa segera mendapatkan seorang buah hati. Langkah-langkah yang diberikan sang dukun pun sangat aneh, mulai dari menyediakan daun jahe, sebonggol pisang yang masih sangat muda hingga adanya pantangan tidak boleh berada di dalam perjalanan pada waktu-waktu tertentu
Dukun beranak bukan satu-satunya yang ia datangi. Sebelumnya ia juga telah mendatangi dokter spesialis kandungan untuk memeriksakan kondisi rahimnya dan suaminya, apakah pasangan ini bisa memiliki anak atau tidak. Namun karena hasil konsultasi dengan dokter yang juga belum membuahkan hasil, ditambah lagi dengan adanya tradisi setempat yang sangat kental, teman saya juga mendatangi dukun beranak agar upayanya bisa berhasil.
Kini ia telah memiliki seorang anak berusia 1 tahun lebih 8 bulan. Entah karena dokter atau dukun, tapi yang pasti ia meyakini bahwa upayanya ke dukun beranak memiliki andil yang besar dalam mendapatkan anak, walaupun proses kelahiran sebenarnya dilangsungkan di sebuah Rumah sakit di Kota Bengkulu dengan tenaga medis. Â
Dari banyak cerita yang saya dapatkan dengan penduduk asli bengkulu tersebut, saya mendapatkan banyak informasi bahwa ternyata masih banyak masyarakat bengkulu yang memilih dukun beranak sebagai tempat konsultasi, pemeriksaan hingga persalinan. Fenomena ini cukup mengejutkan karena baru saya ketahui setelah menetap 3 tahun di kota Bengkulu, tepatnya 2 minggu yang lalu.
Dukun Beranak, Tradisi kental Masyarakat Bengkulu
Sebagian besar masyarakat di provinsi Bengkulu, telah sejak lama memiliki kebiasaan melakukan pemeriksaan kehamilan di dukun beranak. Fenomena yang paling dominan ialah pemeriksaan sebelum kehamilan untuk segera dikaruniai momongan. Saat buah hati tak kunjung hadir hingga beberapa bulan dan tahun pernikahan, banyak dari pasangan suami istri yang berkonsultasi ke dukun beranak untuk mendapatkan resep manjur guna memperoleh momongan, salah satunya sebagaimana yang kawan saya alami. Tidak hanya masyarakat desa, pemeriksaan dengan iming-iming untuk memperoleh anak juga banyak dijumpai di daerah perkotaan (kota Bengkulu yang merupakan ibukota provinsi) yang padahal telah berdiri rumah sakit serta fasilitas kesehatan lainnya. Sedangkan untuk masyarakat yang tinggal di dusun-dusun (desa) di Bengkulu, tradisi yang kental membuat masyarakat lebih banyak mengandalkan dukun beranak mulai dari pemeriksaan sampai persalinan dengan bantuan tenaga non kesehatan tersebut.
Selain percaya dengan tradisi, biaya yang lebih murah mulai dari pemeriksaan hingga persalinan dengan dukun beranak menjadi faktor yang menyebabkan banyak ibu hamil mendatangi si dukun. Selain itu, masyarakat juga percaya bahwa dukun beranak mampu melakukan pemijatan yang membuat posisi bayi kembali normal jika dihadapkan pada masalah sungsang dan posisi bayi lainnya yang bisa mengakibatkan kelahiran caesar. Tidak sedikitnya jumlah ibu hamil yang berhasil melakukan persalinan melalui dukun beranak juga menjadi bukti tersendiri dalam meningkatkan keyakinan akan bersalin tanpa dibantu tenaga medis. Padahal jika mau ditelaah, terdapat beberapa kasus angka kematian Ibu yang tidak terungkap akibat melahirkan di dukun beranak.
Pemanfaatan Fasilitas kesehatan yang minim
Selain dukun beranak, kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai tempat melahirkan juga masih sangat rendah. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan persentase ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan di Provinsi Bengkulu hanya sebesar 34,7 persen. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013) menyebutkan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk melahirkan sebesar 42,6 persen. Jumlah ini menunjukkan bahwa pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk melahirkan di Provinsi Bengkulu masih begitu rendah.
Fenomena ini diduga disebabkan masih relatif sulitnya akses mencapai fasilitas kesehatan khususnya di daerah pedesaan. Adapun Faktor penyebab lainnya adalah adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa biaya melahirkan/bersalin di fasilitas kesehatan sangat mahal. Masyarakat di Bengkulu lebih memilih tempat tinggalnya atau rumah sebagai tempat melahirkan dengan cara mendatangkan bidan, bidan desa dan dukun beranak. Kondisi tersebut juga erat kaitan dengan masih relatif rendahnya pendapatan perkapita penduduk Provinsi Bengkulu. Namun dalam kasus kelahiran tertentu yang membutuhkan perlengkapan medis yang memenuhi standar kesehatan serta memerlukan penanganan tenaga kesehatan yang lebih profesional yang ketersediaannya hanya terdapat di fasilitas kesehatan, maka melahirkan di rumah sangat berisiko dan dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
Dampak Hadirnya BPJS Kesehatan bagi Ibu Bersalin di Bengkulu