Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Dari sisi materiil, untuk mendapatkan pekerjaan, aspek pendidikan pasti selalu mendapat porsi yang besar dalam setiap seleksi masuk kerja. Inilah yang mendorong lulusan SMA/SMK dan sederajat di Indonesia memiliki animo yang begitu besar untuk sampai pada pendidikan tinggi dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sedangkan bagi yang sudah bekerja, melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi juga masih diminati sebagai peningkatan jenjang karir. Tidak hanya itu, bagi sebagian kalangan pendidikan juga menunjukkan prestise sehingga banyak yang rela membagi waktu antara bekerja dengan waktu kuliah. Pentingnya sebuah pendidikan menjadikan ia selalu dibutuhkan oleh setiap orang dengan banyak mengorbankan waktu, tenaga dan biaya.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat bhinneka tidak luput dari berbagai permasalahan pendidikan. Sarana pendidikan yang ada kebanyakan masih dominan berada di Pulau Jawa. Banyak kita jumpai calon peserta didik berbondong-bondong melintasi laut dan pulau menuju kota-kota besar di Jawa demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan di daerahnya. Sedangkan di daerah luar Jawa, terutama daerah yang agak jauh dari kota besar, fasilitas pendidikan yang minim banyak membuat calon peserta didik tidak mendapatkan kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi yang sesuai. Apakah masalah cukup sampai di sini ? Tentu saja belum. Ini belum bicara soal rakyat Indonesia yang memiliki keterbatasan finansial. Terbatasnya dana yang dimiliki juga menjadi pemicu rendahnya partisipasi peserta didik di level pendidikan tinggi.
Melihat berbagai permasalahan yang begitu kompleks ini, perlu dicari solusi yang tepat agar kesempatan meraih pendidikan bisa menjangkau siapa saja dan di mana saja. Dengan pesatnya kemajuan teknologi internet saat ini, pendidikan jarak jauh atau e-learning merupakan sarana yang tepat dalam menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat. Istilah jarak jauh digunakan karena proses pembelajaran memang dapat dilakukan dari jarak jauh tanpa disertai tatap muka secara langsung dengan bermodalkan akses internet dan teknologi komputer.
Di Indonesia, pembelajaran dengan e-learning telah dilakukan oleh beberapa kampus, lembaga pendidikan dan start up pendidikan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi. Salah satu kampus yang telah lama melakukan proses pembelajaran semacam ini adalah Universitas Terbuka (UT). Selain itu, Bina Nusantara (Binus) university juga turut berperan aktif menjalankan e-learning melalui Binus Learning Online untuk program S1 dan S2. Tidak mau ketinggalan, e-learning kini juga bisa dirasakan oleh perguruan tinggi negeri seperti UI, ITB, UGM, dan ITS. Sedangkan untuk e-learning yang diselenggarakan oleh start up pendidikan, beberapa Perguruan Tinggi Negeri seperti UI, ITB, ITS, dan Unair telah berpartisipasi aktif memasukkan program kursus singkatnya melalui Learning Management System (LMS) IndonesiaX milik PT Education Technology Indonesia (ETI). Selain IndonesiaX, HarukaEdu juga tercatat sebagai start up pendidikan di Indonesia terbesar yang secara aktif menyediakan program pembelajaran yang lengkap dan variatif, baik program kuliah bergelar S1 dan S2 serta program kursus singkat bersertifikat atas kerjasamanya dengan beberapa perguruan tinggi di tanah air seperti London School of Public Relations, Universitas Wiraswasta Indonesia dan STIE Indonesia.
Hadirnya e-learning telah memberikan rona positif bagi dunia pendidikan di Indonesia. E-learning diciptakan untuk membuka semua batasan ruang dan waktu agar setiap orang bisa memperoleh pendidikan yang layak. Tidak hanya itu, e-learning juga memiliki berbagai keunggulan dibandingkan pendidikan secara konvensional. Dengan berbagai keunggulan inilah, e-learning bukan sekedar pilihan no 2 dalam menempuh pendidikan, namun juga dapat disejajarkan dengan pendidikan konvensional yang bagi sebagian kalangan belum dapat disentuh karena keterbatasan ruang dan waktu. Â Â
Keunggulan e-learning
Mudah disampaikan guru, mudah diserap peserta didik
Dengan bermodalkan akses internet, pembelajaran pada e-learning menjadi lebih banyak menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, animasi dan video yang lebih mudah diserap dibandingkan sekedar proses belajar mengajar konvensional. Fasilitas multimedia merupakan media atau sarana yang ampuh dalam menyampaikan isi bahan ajar sehingga mudah diserap peserta didik. Ada beberapa faktor mengapa Fasilitas multimedia yang disajikan pada e-learning mampu meningkatkan daya serap peserta didik, diantaranya :
- Fasilitas multimedia yang menarik dapat memberikan rasa senang peserta didik sehingga mendorong rasa keingintahuan yang besar
- Fasilitas multimedia mampu memberikan penyampaian pesan dan isi pelajaran secara aplikatif sehingga peserta didik tidak kesulitan dalam memahami aspek teori yang diajarkan
- Fasilitas multimedia merupakan wujud dari variasi metode pembelajaran. Sehingga adanya fasilitas ini mampu mengurangi rasa jenuh dalam belajar
Selain bagi peserta didik, e-learning juga memudahkan guru atau dosen atau instruktur dalam memberikan pemaparan yang lebih fokus, mengena dan menarik minat peserta didik. Sebuah video yang ditayangkan akan lebih menempel di otak peserta didik daripada memberikan contoh yang hanya dipaparkan secara lisan. Â Dengan adanya fasilitas multimedia ini, instruktur juga tidak perlu membuat slide atau handout panjang lebar sehingga materi yang disampaikan bisa lebih terarah.
Inilah yang saya alami saat melakukan proses belajar di HarukaEdu untuk program Technopreneurship. Pemaparan Buku Steven Johnson mengenai lahirnya sebuah ide menjadi lebuh mudah dicerna dengan memanfaatkan fasilitas multimedia berupa animasi gambar.
Belajar dengan E-learning semakin mudah karena peserta didik tidak perlu disibukkan dengan rutinitas harian dalam kelas. Peserta cukup membuka akses e-learning via internet lalu menyimak materi yang disajikan dari mana saja. Tidak hanya itu, proses pembelajaran juga dapat dilakukan kapan saja, disesuaikan dengan keluangan waktu yang ada. Hal ini bisa dilakukan karena materi yang diunggah oleh instruktur tidak harus langsung disimak hari itu juga. Peserta didik dapat menyimaknya satu, dua, atau tiga hari kemudian sesuai dengan keluangan waktu yang ada. Inilah yang saya alami saat mengikuti kuliah online dari eDX, HarukaEdu dan IndonesiaX.
 Mencapai Mood belajar yang tinggi
Mood belajar yang tinggi merupakan syarat utama agar materi dapat diserap. Setiap manusia tentu memiliki rasa jenuh dan bosan jika dihadapkan pada rutinitas yang sama, tak terkecuali saat proses belajar. Rasa ini akan mendorong mood belajar menjadi berkurang sehingga apa yang disampaikan guru hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Selain itu, waktu yang tidak tepat pada saat proses belajar, kondisi lingkungan yang tidak nyaman atau berisik, ditambah adanya beban pikiran ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan segera saat itu makin membuat buyar isi kepala dalam menampung bahan ajar.
Adanya keleluasaan waktu dalam proses belajar di e-learning sangat memungkinkan kita dalam mengendalikan mood belajar. Dengan mencari kondisi dan waktu yang tepat, mood belajar dapat kita kendalikan hingga mencapai level tertinggi. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang telah diikat oleh ruang dan waktu sehingga mau tidak mau, peserta didik harus tunduk dan ikut dalam proses belajar mengajar pada waktu yang ditentukan lembaga pendidikan konvensional. Inilah yang menjadi pemicu beberapa peserta didik tidak mampu mengendalikan mood belajar hingga berpotensi pada kehilangan semangat belajar.
Hal ini pun saya rasakan saat mengikuti proses belajar secara online via e-learning. Di saat pagi hingga sore hari disibukkan dengan pekerjaan, saya masih bisa menyempatkan untuk mengikuti pendidikan di malam harinya. Itu pun tidak dilakukan setiap malam. Saya cukup menyediakan setidaknya 2 malam dalam seminggu untuk menyimak materi yang diunggah instruktur. Dengan belajar di malam hari yang dilingkupi suasana tenang sambil minum kopi atau teh hangat disertai camilan, saya bisa mengendalikan mood belajar tanpa perlu disibukkan dengan pekerjaan utama di kantor. Mengasyikkan bukan ?
Jangkauan peserta didik yang lebih luas
Dengan adanya kemudahan berupa fleksibilitas waktu dan tempat, jumlah dan klasifikasi peserta didik yang dapat dijangkau melalui e-learning menjadi semakin banyak atau luas, tak terbatas usia, profesi dan latar belakang. Ruang serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, proses belajar dapat dilakukan. Selain itu, e-learning juga tidak memiliki persyaratan khusus seketat pendidikan konvensional, seperti usia dan latar belakang peserta didik. Sebagai contoh, bagi lulusan SMA untuk masuk perguruan tinggi negeri program regular melalui berbagai seleksi masuk PTN hingga saat ini masih dibatasi dengan tahun kelulusan SMA yang tidak lebih dari 3 tahun sejak tahun kelulusan. Sedangkan pada e-learning, tidak ada batasan sedemikian ketat sehingga jangkauan peserta didik yang benar-benar membutuhkan semakin luasÂ
Nah, ini adalah keunggulan lain dari e-learning yang tentunya juga sangat dicari. Pilihan program pada e-learning tidak hanya meliputi pendidikan S1 dan S2 layaknya pendidikan konvensional. E-learning juga banyak menyajikan program non-gelar seperti kursus singkat dan keterampilan tertentu yang sangat dibutuhkan masyarakat. Selain itu, e-learning juga banyak menyajikan materi-materi yang tidak terdapat dalam kuliah konvensional dan umumnya telah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Misalkan saja e-learning HarukaEdu menyajikan program kursus singkat Tips mencari kerja dan Technopreneurship yang belum diajarkan pada kuliah konvensional.
Materi Tips mencari kerja yang disajikan HarukaEdu tentu merupakan materi yang sangat dibutuhkan dan dinanti para pencari kerja, terutama mahasiswa maupun peserta didik tingkat SMA yang baru lulus. Pada perkuliahan konvensional, materi ini tidak diajarkan oleh guru/dosen karena bersifat sangat aplikatif dan membutuhkan pengalaman tersendiri. Hadirnya e-learning HarukaEdu dengan disertai para praktisi yang terlibat langsung pada proses seleksi karyawan sebagai instruktur tentu menjadi nilai lebih agar bahan ajar yang disampaikan lebih akurat. Â Â
Sedangkan materi Technopreneurship adalah tergolong materi baru dalam dunia pendidikan yang belum diajarkan secara konvensional. Di era perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, materi ini jelas sangat diperlukan bagi para enterpreneur dalam memanfaatkan teknologi untuk menunjang bisnis yang ditekuninya. Bukan hanya itu, untuk bisa bertahan dalam persaingan bisnis dan berinovasi kini memerlukan pemanfaatan teknologi yang tepat. Kita bisa lihat telah bermunculan berbagai bisnis yang mengandalkan aplikasi berbasis teknologi yang membuat segalanya menjadi mudah. Kemudahan inilah yang pada akhirnya dicari oleh masyarakat untuk dapat bermitra dan menggunakan jasa atau produk yang dihasilkan. Inilah yang menjadikan materi technopreneurship sangat diperlukan. Â Â
Siapa bilang e-learning tidak memiliki ruang untuk interaksi antara peserta didik dengan instruktur? Selama yang saya rasakan, e-learning justru membuka ruang yang lebih luas adanya interaksi dan diskusi. Dengan bermodalkan akses internet dan jaringan, interaksi antara peserta didik dengan instruktur semakin mudah dan bahkan menyediakan ruang yang lebih luas daripada pembelajaran konvensional. Hal ini dapat terjadi karena pada pembelajaran konvensional, kesempatan yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk tanya jawab sangat dibatasi waktu. Umumnya, kesempatan yang sangat sempit ini juga lebih dominan dikuasai beberapa peserta didik yang memiliki keberanian mengutarakan pendapat. Keadaan ini tidak akan terjadi pada e-learning. Peserta didik yang malu dan ragu-ragu atau kurang berani memiliki kesempatan yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan opini.
Inilah salah satu keunggulan e-learning yang mampu membuat peserta didik bisa belajar tepat sasaran tanpa membuang-buang waktu. Ya, pada e-learning, terdapat kepastian lingkup bahan ajar yang diajarkan. Materi yang perlu dipelajari setidaknya tidak perlu lagi mengambil dari sumber lain karena pada e-learning, semua materi yang ada sudah merupakan hasil filter dari berbagai sumber. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang dituntut masih mengharuskan mencari sumber lain yang relevan. Selain batasan lingkup materi yang sudah pasti, pada e-learning kita juga mudah mendapatkan akses materi yang perlu dipelajari cukup dengan membuka akses internet dan mendownloadnya.
Tidak menambah kesibukan yang berarti
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini ialah banyaknya kelas karyawan yang diadakan di sore hingga malam hari. Sesuai dengan namanya, kelas ini memang difokuskan untuk kalangan pekerja yang masih ingin melanjutkan studinya. Kebanyakan dari peserta didik ialah mereka yang baru mengenyam pendidikan Diploma dan SMA yang belum merasa puas sebelum memperoleh gelar sarjana. Tingginya minat para karyawan terhadap peningkatan studi ini tentu merupakan stigma positif rakyat Indonesia yang menunjukkan kesadaran akan pentingnya memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
Bagi sebagian karyawan, dengan jam pulang kerja yang berkisar pukul 16.00 hingga 17.00 mungkin masih sempat untuk memperoleh pendidikan di malam harinya. Namun jika jam pulang kerja melebihi pukul 18.00, tentu kesempatan memperoleh pendidikan menjadi sulit karena waktu yang sangat mepet dan faktor kelelahan dalam bekerja. Dengan kondisi seperti ini, e-learning sebagai proses pembelajaran jarak jauh yang tidak terbatas ruang dan waktu sangat dibutuhkan dalam meningkatkan jenjang pendidikan.
Mudah mengevaluasi diri
Sebagaimana dengan tujuan didirikannya, e-learning memiliki visi besar menjangkau semua kalangan agar bisa memperoleh pendidikan yang layak. Agar visi besar ini bisa terealisasi, pemerintah memegang peran yang sangat besar dalam menyukseskan pelaksanaan e-learning di Indonesia. Terkait hal ini, Ada beberapa hal yang menjadi tantangan pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti agar penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana yang termaktub dalam Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) nomor 109 tahun 2013 bisa berjalan optimal.
Pertama, Perluas jangkauan akses internet di daerah. Pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo dapat bekerjasama dengan pihak swasta agar akses internet bisa dirasakan masyarakat yang jauh dari perkotaan. Selain itu, program listrik masuk desa yang sebenarnya sudah ada perlu dioptimalkan dalam menjamin meningkatnya cakupan desa-desa yang melek internet. Hal ini penting agar kesempatan meraih pendidikan tinggi yang diakomodir melalui e-learning tidak hanya dirasakan masyarakat kota, namun juga di desa hingga pelosok negeri.
Kedua, Gencarkan sosialisasi e-learning ke masyarakat. Inilah yang sama sekali belum terlihat hingga saat ini. Pemerintah yang dalam hal ini bertindak sebagai regulator memiliki peran strategis dalam mendorong masyarakat melalui iklan dan sosialisasi untuk mengenyam pendidikan tinggi melalui e-learning. Adanya dukungan real dari pemerintah berupa sosialisasi semacam ini tentu akan membuat calon peserta didik lebih membuka mata dengan kehadiran e-learning di tanah air.
Penutup
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang melintasi zaman telah memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Hadirnya pendidikan jarak jauh atau e-learning merupakan wujud dari upaya pemerintah, perguruan tinggi dan pihak terkait dalam menyukseskan pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Harapan besar dari semua ini adalah mencapai tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan berbagai keunggulan dan kemudahan yang ditawarkan, e-learning diharapkan mampu menarik calon para peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya. Semoga e-learning bisa memberi jawaban atas solusi permasalahan pendidikan di Indonesia yang belum merata dan terjangkau secara luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H