Project ARA adalah sebuah project experimental google terhadap technology smartphone yang lebih sederhana dan fleksibel. Sebuah project eksperiment smartphone terbesar saat ini. Lebih tepatnya, google sedang mendesign sebuah smartphone masa depan.
Saya sendiri sebenarnya bukan seorang maniak gadget, jarang sekali saya melakukan review terhadap gadget, paling jika dibayar saja. Hingga saat ini saja saya masih menggunakan iPhone 3GS. Saya tidak juga peduli-peduli amat soal gadget terbaru. Tapi setelah mengikuti perkembangan Google Project ARA, ada yang hal unik dan menarik yang sayang untuk saya lewatkan.
Pengembangan dari Project ARA sebenarnya sudah dilakukan sejak 2013, prototipenya diperkenalkan ke pada tahun 2014 dan ditargetkan untuk dilepas kepublic pada tahun 2015. Sebuah pekerjaan besar dalam waktu yang sangat singkat. Kegagalan demi kegagalan sempat mewarnai pengembangan dari perangkat ini. Sempat tertunda satu tahun, Project ARA diperkenalkan secara resmi di Google I/O 2016. Mereka bahkan sudah membuat video promosi dari Project ARA.
Meskipun masih dalam proses finishing developing, tapi project ARA sudah menyita perhatian. Kenapa Gadget ini begitu menarik? Tentu adalah fleksibilitas Project ARA berupa modul-modul smartphone yang bisa dipasang dan dilepas kembali. Disatukan pada sebuah board utama yang menggunakan system yang mereka sebut elektro permanent magnet untuk menempelkan setiap modul seperti magnet. Semua modul bersifat passive components, sehingga tidak memerlukan banyak konsumsi energi.
Layaknya merakit sebuah PC desktop. Project Ara memberikan pengguna kebebasan untuk merakit sendiri beberapa komponen sekunder seperti speaker, camera, dan battery sesuai dengan selera masing-masing. Sedangkan komponen dasar seperti processor, RAM, Graphis, dan Network semua tertanam pada body utama. Tak bisa diganti kecuali mengganti seluruh body utama.
Ambisi besar google untuk project ARA sepertinya adalah untuk menumbuhkan hardware ecosystem pada smartphone yang lebih fleksibel, bisa ditukar dan diganti sesuai kebutuhan dan keinginan. Dalam bayangan saya, hardware component tersebut nantinya akan dijual terpisah seperti apps pada digital store, yang bisa dipilih sesuai selera dan kebutuhan.
Grand design dari Project ARA adalah membangun smartphone full modular, dalam artian semua komponen termasuk Screen, Processor, RAM, VGA, Battery, dll bisa diganti dengan sangat mudah. Dan dengan body utama hanya sebagai penghubung dari masing-masing komponen yang ditempelkan. Alih-alih mengganti smartphone baru jika ingin melakukan upgrade pada satu komponen, Project ARA menawarkan solusi yang lebih ringkas dan hemat. Cukup mengganti komponen yang ingin ditingkatkan kemampuannya, tanpa harus membeli smartphone baru.
Ketika project ARA masih dikepalai oleh Paul Eremenko prinsip dari grand design masih mereka pegang teguh, bahkan prototipe Project ARA awal sempat dipamerkan pada google I/O 2014. Meskipun hanya sebatas booting, tidak lebih jauh kepada pengoprasiannya. Kemunculan Project ARA seperti memberi mimpi dan ekspektasi berlebih kepada khalayak luas akan smartphone modular dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Sayangnya Project ARA tidak bisa mencapai target. Eremenko menargetkan ARA bisa dilepas kepasaran pada tahun 2015. Kegagalan ini membuat Eremenko mengundurkan diri dari Head of Development Project ARA.
Entah kenapa, setelah Head development Project ARA dipegang oleh Rafa Camargo dan diperkenalkan secara resmi sebagai sebuah produk di tahun 2016  ini. Project ARA mengalami pergeseran dari konsep awal, meski masih dalam koridor yang sama. Disinilah saya mulai skeptis terhadapa project ARA. Project ARA model baru tidak memungkinkannya upgrade pada system performa. Hal ini tentu sebuah kemunduran dari grand design mereka dan akan menjadi hambatan besar bagi ARA dalam mengimbangi laju technology performa gadget yang terus berkembang. Rasa-rasanya pabrikan sekelas google tidak mungkin miss akan hal ini, tuntutan public untuk segera melihat Project  dilepas kepasaran seperti memberi tekanan besar bagi Google.