Tepat 3 Okober 2013, dalam acara yang bertajuk Indonesia-China Bussiness Luncheon ini, Pemerintah Republik Indonesia sepakat untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah China yang di hadiri masing-masing 600 delegasi dari Indonesia dan 200 delegasi dari China. Kedua negara sepakat untuk menandatangani 21 perjanjian dengan total nilai kerjasama sebesar USD 28,2 Milliar. Sebelumnya perlu kita meninjau kembali bahwa China dengan Industri tekstilnya mampu merajai pasar indonesia yang membuat negara Indonesia mengimpor tekstil dari negera Tirai Bambu tersebut senilai USD 5,3 Milliar pada tahun 2012 yang proporsi penetrasi dari produk tersebut di pegang oleh tekstil China sebesar 50% , negara-negara lain selain China sebesar 10% dan hanya 40% dari dalam negeri. Diperparah , terjadi pada impor sayur-sayuran dan buah-buahan Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kurun Januari sampai April 2013, kontribusi nilai impor sayur China mencapai 57% dengan nilai US$ 88,85 juta dari total nilai US$ 156,15 juta. Demikian pula kontribusi impor buah-buahan dari China mencapai 64% senilai US$ 109,22 juta dari total impor US$ 170,01 juta. Kendala yang di hadapi Indonesia tidak hanya berhenti hingga disitu, Indonesia sebagai negara pengekspor terbesar batu bara China sebesar 97 persen dari total kebutuhan batu bara China terkena imbas dari pengenaan tambahan pajak impor untuk batubara muda (lignite) atau berkalori rendah oleh pemerintah China, akibatnya para pembeli di China menahan pembeliannya. Padahal seperti kita ketahui sebelumnya bahwa batu bara muda tidak dikenai tarif impor dan pada perjanjian sebelumnya China dalam forum FTA (Free Trade Agreement) telah sepakat untuk menerapkan zero import tarif terhadap anggota-anggota ASEAN. Dengan adanya pajak tersebut maka pembeli di China akan terkena biaya tambahan sekitar 8 yuan (US$ 1,31) per ton dari harga batubara muda yang saat ini sekitar US$ 47 per ton.
Kembali pada perjanjian dalam Indonesia-China Business Luncheon, perjanjian itu meliputi berbagai sektor diantaranya kerjasama perdagangan dan investasi, kedua negara juga meningkatkan kerjasama di hampir semua sektor, mulai dari perindustran, pariwisata dan di bidang antariksa. Lebih khusus lagi, di sektor perbankan , Dengan adanya BCSA diharapkan akan meningkatkan perdagangan dan investasi langsung antara Indonesia dan China, membantu penyediaan likuiditas jangka pendek bagi stabilisasi pasar keuangan, dan tujuan lainnya sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Akan tetapi, penandatanganan perjanjian ini ternyata hanya berupa perpanjangan, tanpa meningkatkan nilai nominal BCSA (Billateral Currency Swap Arrangement) antara Indonesia dengan China. Namun, dengan ditandatanganinya perjanjian ini, berarti nilai BCSA China-Indonesia masih setara US$ 15 miliar dan perjanjian akan berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang sesuai persetujuan kedua belah pihak.
Di bidang penerbangan, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Emirsyah Satar dan Senior Executive Vice President Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) Limited Zhang Hongli menyepakati kerjasama pendanaan pesawat dengan pola “sale and lease back” terdiri dari lima pesawat Boeing 777-300ER Garuda Indonesia dan enam pesawat Airbus A320 Citilink, dengan total nilai kerjasama sebanyak USD 1,7 miliar. Lima pesawat Boeing 777-300ER tersebut akan mulai diterima Garuda Indonesia pada bulan Mei 2014 hingga September 2015. Sementara enam Airbus A320 tersebut akan mulai diterima Citilink pada bulan Juni – Desember 2014. Pesawat Boeing 777-300ER ini, nantinya akan dioperasikan untuk beberapa rute penerbangan antara lain rute Denpasar - Jepang, Denpasar - Korea, Denpasar - China, dan Denpasar - Sydney. Selain itu, jenis pesawat ini nantinya juga akan dioperasikan untuk melayani rute penerbangan langsung Jakarta - London pada tahun 2014, dan penerbangan Jakarta - Amsterdam pada tahun 2015.
Tidak ketinggalan di sektor perkeretapian, proyek pembangunan monorel di kawasan Bandung Raya dipastikan akan dimulai pada Juli 2014. Untuk memastikan pelaksanaan proyek senilai Rp 10 triliun itu, pemerintah Indonesia dan pemerintah China akan menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan monorel tersebut di Jakarta. Tidak hanya itu, gerbong kereta monorel yang akan beroperasi di Jakarta dari 200 gerbong , 30 buah gerbong akan di impor dari China serta seluruh komponen monorel tersebut didatangkan langsung dari China , hanya perakitan monorelnya saja yang di lakukan di Indonesia.
Pada akhirnya, kita dapat berkesimpulan bahwa dalam penandatanganan perjanjian kedua negara ini,lagi-lagi kita akan menemui meski dalam proporsinya beberapa pihak mengklaim bahwa akan terjadi simbiosis mutualisme . Akan tetapi , seringkali dalam praktiknya Indonesia seakan berada dalam kendali perjanjian itu yang menjadikan Indonesia sebagai negara minor dalam keterlibatan berbagai perjanjian sebagian besar.
SUMBER :
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/10/02/china-indonesia-hanya-perpanjang-bilateral-swap
http://www.merdeka.com/uang/beli-pesawat-baru-garuda-dapat-dana-usd-17-miliar-dari-china.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H