Falsafah Pancasila mengarahkan bangsa Indonesia memandang kehidupan dan menentukan arah pemecahan perihal ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan menuju masyarakat yang adil, mandiri, maju, dan makmur. Sejarah menunjukkan bahwasannya negara Indonesia telah berhasil melewati berbagai gangguan, ancaman, hambatan serta tantangan.
Fenomena globalisasi berpengaruh terhadap perubahan atau pergeseran sikap, tata nilai dan perilaku pada semua aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Mengembangkan kehidupan nasional yang berkualitas serta mengukuhkan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup merupakan dampak dari perubahan yang bersifat positif fenomena globalisasi. Sedangkan perubahan yang negatif harus diwaspadai dan dideteksi dengan melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI.
Pengertian Falsafah Pancasila
Falsafah atau kata filsafat berasal dari bahasa arab yang menurut Poedjawijatna memiliki keterkaitan bahwa filsafat berhubungan dengan kata Yunani, yang memang asal katanya dari Yunani. Philo bahwasannya memiliki arti cinta dalam arti luas, yaitu ingin, lalu ia berusaha mencapai apa yang diinginkan. Sophia memiliki arti kebijakan, yang maksud dari kebijakan tersebut adalah pandai, dalam pengertian mendalam. Setelah mengetahui asal kata tersebut dapat diartikan bahwasannya filsafat itu adalah inginnya mencapai kepandaian, cinta kepada kebijakan.
Filsafat dalam kehidupan modern ini diartikan sebuah ilmu yang memiliki upaya untuk melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia, mencari hakikat sesuatu dan merupakan sesuatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan filsafat ini sangat berperan penting yaitu untuk memberikan sebuah kerangka acuan bidang filsafat pendidikan  berfungsi mewujudkan cita-cita pendidikan yang dinantikan oleh suatu bangsa atau masyarakat. Di suatu negara filsafat dijadikan sebuah panutan.
Pancasila menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu, panca yang memiliki arti lima, dan kemudian "syila" yang memiliki arti alas atau dasar. Istilah Pancasila tersebut berasal dari Bahasa Sansekerta. Jika digabungkan memilki arti lima dasar yang harus patuhi atau dilaksanankan. Kesepakatan tersebut diresmikan tanggal 18 Agustus 1945. Perjalanan panjang negara Indonesia dibuktikan dengan Pancasila, karena di dalam perumusannya terdapat berbagai tantangan di dalam perumusannya. Agar tidak terjadi penyimpangan maka kita harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam bertingkah laku di dalam kegiatan bermasyarakat. Pancasila adalah landasan bangsa, maka dari itu Pancasila dijadikan untuk pedoman hidup, baik dalam bernegara, berbangsa maupun dalam bermasyarakat.
Falsafah Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai hal yang paling benar, adil, bijaksana, baik, dan sesuai untuk bangsa ini. Falsafah Pancasila adalah dasar filosofi dan ideologi negara Indonesia yang terdiri dari lima sila. Pancasila mencerminkan nilai-nilai luhur yang diharapkan menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah Terbentuknya Pancasila
Triple Entete (Amerika Serikat, Prancis, Rusia, Belanda, Cina, dan Inggris) berperang melawan negara-negara Fasis (Italia, Jepang, dan Jerman) selama Perang Dunia ke-2. Pada 5 Mei 1940, Belanda diserang oleh Nazi Jerman dan ditaklukkan pada 10 Mei 1940. Ratu Wilhemina dan pemerintah Belanda pindah ke Inggris, yang memungkinkan Belanda berkomunikasi dengan pemerintah jajahan Indonesia. Pemerintah Belanda menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia, namun janji tersebut ternyata tidak pernah terwujud.Â
Setelah serangan Jepang di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, perang Pasifik dimulai, dan Jepang berhasil menguasai Filipina, Indonesia, dan Cina dengan cepat. Jepang mengusir Belanda dari Indonesia mulai 9 Maret 1942 dan menyadari pengaruh budaya Barat yang kuat di wilayah itu, sehingga mereka melakukan propaganda untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Jepang memutar lagu "Indonesia Raya" di radio dan menyerukan agar rakyat Indonesia menyambut Jepang sebagai saudara tua yang akan membantu mencapai kemerdekaan.
Jepang juga membolehkan rakyat Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan dan mengibarkan bendera merah putih, yang membuat rakyat Indonesia membantu Jepang melawan Belanda. Mereka mendirikan organisasi seperti Pasukan Jibaku-Tai dan tentara PETA untuk menghadapi sekutu. Namun, pemerintahan Jepang jauh lebih kejam daripada Belanda. Pemberontakan PETA di Blitar terjadi karena kekejaman ini, yang menyebabkan kekecewaan rakyat.