Aku berharap kita bisa bertemu kembali suatu hari nanti. Entah kapan dan di mana. Entah kita sudah menjadi apa atau belum menjadi siapa-siapa. Aku hanya berharap, kita berhasil dalam mencapai mimpi kita masing-masing.
Terima kasih sudah menjadi temanku, Zi. Terima kasih atas segala hal baik yang pernah kamu bagi denganku, baik itu ilmu, kegembiraan, pujian, atau sekadar pertanyaan sederhana: apa aku menulis buku lagi.
Maaf atas segala kesalahan yang pernah kuperbuat kepadamu ya, Zi, baik sengaja atau tidak. Maaf aku tidak cukup peka untuk merelakan gantungan kunci baruku yang sepertinya cukup kamu inginkan waktu itu. Maaf pernah iri padamu, tapi percayalah, rasa iriku tidak lantas membuatku benci kepadamu. Kamu memang teman yang memiliki banyak kelebihan dan yang mungkin tidak pernah aku tahu, di balik semua kelebihanmu pasti ada harga yang harus kamu bayar mahal: perjuangan, keuletan, kerja keras, dan hal-hal yang tidak pernah aku tahu prosesnya.
Pada titik mana pun kamu berada saat ini, semoga kamu dalam keadaan selalu baik. Meski saat duduk di bangku sekolah dulu kita tampak seperti  memperebutkan satu posisi, saling kejar-mengejar dalam memperoleh nilai tertinggi, menurutku sebenarnya kamu lebih layak dan berhak. Dan kurasa, aku tidak keberatan kalau selamanya menganggap kamu sebagai temanku Si Ranking 1.
Selamat menjalani kehidupan dengan lebih baik, Zi. Selamat berjuang. Biar surat ini menjadi pengantar dan menjadi perpanjangan tanganku dalam mendukungmu.
Salam kangen dariku, ya.
Kota M, 27 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H