Siapa lagi kalau bukan Al-Mukarrom Mauln Syikh Tuan Guru KH. Muhammd Zainuddn Abdul Madjd sebagai seorang ulama besar dan kharismatik asal Lombok dan juga selaku Pendiri Nahdlatul Wathan yang merupakan ormas Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat. Â
Mauln Syikh Tuan Guru KH. Muhammd Zainuddn Abdul Madjd lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 20 April 1908 -- wafat di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997 pada umur 89 tahun adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islm terbesar di provinsi tersebut.
Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islm dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai.
Seperti Hamka, beliapun memiliki nama singkatan, yaitu Hamzanwadi (Hajji Muhammd Zainuddn Abdul Madjd Nahdlatul Wathan Dniyah Islmiyah).
'Al-Mukarram Mauln Syikh Tuan Guru KH. Muhammd Zainuddn Abdul Madjd dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 20 April 1908 Masehi dari pernikahan Tuan Guru Hajj Abdul Madjd (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu'minah atau Guru Minah) dengan seorang wanita shlihah bernama Hajjah Halmah al-Sa'dyyah.
Nama kecil beliau adalah 'Muhammd Saggf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul Madjd, didatangi dua walyullh, masing-masing dari Hadhramat dan Maghrab. Kedua walyullh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqf". Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul Madjd supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqf", yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya". Kata "Saqqf" di Indonesiakan menjadi "Saggf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliau, Hajjah Halmah al-Sa'dyyah.
Setelah menunaikan ibadah hajj, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Hajj Muhammd Zainuddn'. Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang 'ulam' besar yang mengajar di Masjd al-Harm. Akhlq dan kepribadian ulam' besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulam' besar itu adalah Syakh Muhammd Zainuddn Serawak, dari Serawak, Malaysia.
Silsilah Tuan Guru Kyai Hajj Muhammd Zainuddn Abdul Madjd tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumah beliau mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan raja - raja Selaparang, sebuah kerajaan Islm yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Hajj Muhammd Zainuddn Abdul Madjd merupakan keturunan raja Selaparang yang ke-17.
Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisis yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai Hajj Muhammd Zainuddn Abdul Madjd ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum (Pemilu). Praktik ziarh semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Hajj Muhammd Zainuddn Abdul Madjd tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah keturunannya, yakni kaitan genetiknya dengan raja - raja Kerajaan Selaparang.
Beliau mendapatkan keturunan dari dua isterinya yaitu Hj. Jauhariyah seorang perempuan keturunan Jawa dan Hj. Rahmatullah Hasan seorang perempuan keturunan Guru Hasan dari Jenggik Lombok Timur. Dari Hj. Jauhariyah terlahir putri pertamanya bernama Rauhun Zainuddin Abdul Madjid dan dari Hj. Rahmatullah Hasan terlahir putri kedua bernama Raihanun Zainuddin Abdul Madjid. Karena hanya memiliki dua orang putri bernama Rauhun dan Raihanun maka beliau juga dipanggil Abu Rauhun wa Raihanun.
Dari masing-masing putri itu beliau mendapatkan 13 orang cucu. Dari Hj. Sitti Rauhun ZAM terlahir enam cucu yaitu: Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd., H. M. Syamsul Luthfi, MM., TGB Dr. KH. Muhammad Zainul Majdi, MA., H. M. Djamaluddin, M.Kom., Sitti Tsurayya dari pernikahannya dengan H. M. Djalaluddin, SH. serta Siti Hidayati, dari pernikahannya dengan H. M. Syubli. Sedangkan dari Hj. Sitti Raihanun ZAM terlahir tujuh cucu yaitu: TGH. L. Gede Muhammad Ali Wiresakti Amir Murni, QH., Lc., M.A., Lale Yaqutunnafis, QH., S.Sos., MM., Lale Laksmining Pujijagad, M.Pd.I., Lalu. Gede. Syamsul Mujahidin, SE., Hj. Lale Syifa'unnufus, M.Farm., TGB KH. Lalu. Gede. Muhammad Zainuddin Atsani, Lc, M.Pd.I dan TGH. L. Gede Muhammad Khairul Fatihin, QH., S.Kom. dari pernikahannya dengan H. L. Gede Wiresentane.