Memoar dan Kebersamaan dengan Ki Tarka Sutarahardja (Pendiri Sanggar Aksara Indramayu)
Oleh : Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)
Senin, 5 Juli 2021 siang ketika saya  membuka whatsapp, ada pesan masuk yang membuat diri saya seolah tak percaya, dada terasa sesak, bumi rasa menyempit, langit yang cerah seketika mendung bahkan runtuh, kabar duka bagi dunia Filolog Indonesia, salah seorang putra terbaik bangsa yang telah menyelamatkan naskah-naskah kuno peradaban negeri ini telah kembali ke rahmatullah pada hari Ahad, 4 Juli 2021 sore di rumahnya.
Seketika saat itu saya menanyakan kepastian informasi yang beredar dan mengecek langsung ke media sosial Ki Tarka Sutarahardja, ternyata benar sudah banyak dari sanak keluarga dan kerabat beliau yang menyatakan duka citanya.Â
Saat itu juga seketika teringat kenangan yang sangat berharga saat saya sedang melakukan kunjungan napak tilas ke Sumedang - Majalengka - Indramayu - Cirebon - Kuningan pada akhir Agustus dan awal September 2020, saat masuk daerah Indramayu, saya ditemani seorang teman dari Indramayu akan silaturahim dengan Ki Tarka Sutarahardja, dengan ramah dan bersahabat beliau pun meluangkan waktu di tengah kesibukannya padahal saya memberitahukan silaturahimnya sangat mendadak.
Tampil sederhana, ramah, rendah hati, bersahabat, dan tidak pilih-pilih orang bagi siapa saja yang mau belajar kepadanya. Beliau mempersilakan kami untuk masuk ke rumahnya, ditemani dengan berbagai makanan dan air minum yang dikeluarkan oleh istri beliau, kami berdiskusi sejak matahari terbit hingga waktu Dzuhur. Begitulah ketika kita silaturahim dengan orang-orang berilmu, kita tidak akan kekurangan ilmu, makanan dan minuman.
Beliau seorang pakar penerjemah naskah-naskah kuno Jawa yang sudah langka kita temui di negeri ini, seorang sosok yang peduli sejarah dan budaya masa lalu, namun beliau juga sosok yang tawadhu padahal kontribusinya luar biasa bagi negeri ini, terutama dalam menyelamatkan naskah-naskah kuno peradaban bangsa.
Melalui kerja kerasnya, saat ini sudah terkumpul sekurang-kurangnya 200 an naskah kuno dari berbagai pelosok Indramayu, naskah yang dikumpulkan bermacam-macam seperti dalam bentuk daun lontar, kulit kayu dluwang, kertaseropa, hingga kertas bergaris ala Indonesia. Isi naskah yang diterjemahkannya pun beragam, mulai dari primbon, kisah nabi, kisah syaikh, kisah wali, babad, tawasuf dan lain-lain.
Perlu usaha, kerja keras, keuletan, kesabaran dan waktu yang panjang untuk bisa membaca naskah-naskah kuno Jawa, karena bagi orang awam seperti saya, jangankan untuk membacanya, melihat tulisannya pun sangat asing.
Beliau sosok yang ramah, sederhana, tawadhu, bersahabat, humoris, tidak sulit ditemui dan tidak pelit ilmu, sudah banyak yang belajar kepada beliau dan mendapatkan manfaat, baik untuk penulisan buku, tugas akhir mahasiswa, ataupun berbagai keperluan lainnya.
Dengan keterbatasan teknologi yang beliau kuasai, namun tidak mengurungkan niat beliau untuk terus berkarya, salah satu harapan beliau ada dari kalangan anak-anak muda yang belajar naskah-naskah jawa kuno untuk melanjutkan perjuangannya dan mengangkatnya ke media digital supaya bisa dinikmati oleh banyak orang.
Sangat kaget ketika mendapatkan informasi bahwa beliau kembali ke rahmatullah begitu cepatnya, padahal dua pekan sebelum wafatnya saya masih sempat komunikasi untuk menanyakan terjemah naskah Het Van Bonang dan Profak Ferrara yang berkaitan dengan Wali Songo, dan beliau pun meminta fotonya yang bagus supaya bisa diterjemahkan lengkapnya, begitulah sosok beliau, tidak pelit ilmu dan tidak sulit dihubungi.Â
Dua pekan sebelum wafatnya, beliau sedang menerjemahkan buku Dalang Wayang, Ternayata Serat Rancang, Madujaya dan Dewi Sujinah, dan memang  masih banyak naskah-naskah kuno yang belum diterjemahkan dan tentunya akan sangat bermanfaat bagi generasi muda Indonesia di masa depan. Namun takdir berkehendak lain, Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih sayang kepada beliau.
Ki Tarka lewat perkenalan kita meskipun belum lama dan diskusi yang kita lakukan, saya menyaksikan bagaimana perjuangan dan kisahmu, semangat dan istiqomahmu dalam belajar, menelusuri naskah-naskah kuno ke berbagai daerah dan tidak pelit ilmu kepada siapapun bahkan tanpa pamrih meskipun kadang penghargaan yang engkau terima belum sebagaimana mestinya, andai waktu bersahabat, kelak akan saya kisahkan orang-orang hebat sepertimu kepada anak cucuku, jasamu begitu besar untuk literasi negeri ini bahkan tanpa pamrih, bangsa ini berhutang budi kepadamu.
Terima kasih Ki Tarka atas ilmu, kesempatan yang mulia dan berharga serta inspirasinya, saya menjadi salah satu orang yang sangat beruntung bisa bertemu dan meneguk ilmu-ilmu langsung darimu.
Terhadiahkan Fatihah dan doa untuk ruhnya, rahimahullaahu rahmatan wasi'ah
Bandung, Jawa Barat
Sore menjelang Senja
Senin, 5 Juli 2021
Yang Berduka
Tatang Hidayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H