Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengukir Sebuah Mimpi dari Negeri Jiran

23 April 2018   22:26 Diperbarui: 24 April 2018   02:14 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana sikapmu jika ada perempuan yang bukan mahram meminta untuk dituliskan namanya secara khusus di kertas dan kertas tersebut akan dijadikan objek fhoto ketika kamu berada di suatu tempat yang indah ? Mungkin bagi sebagian kalangan permintaan tersebut merupakan hal yang biasa dan akan menyanggupinya. Namun tidak demikian dengan yang saya lakukan, saya langsung memohon maaf kepadanya, bukan karena tidak mau melakukannya, tetapi khawatir timbul fitnah terkait apa yang saya lakukan.

Mungkin beberapa kalangan akan terheran-heran dengan sikap yang saya lakukan, bisa saja ada yang membuat pernyataan itu masalah sepele dan apa susahnya, dan pernyataan yang semisal lainnya. Apapun pernyataannya itu terserah, yang jelas apa yang saya lakukan akan saya pertanggung jawabkan. Ini bukan masalah sepele atau pun tidak, tetapi ini masalah menyangkut kehati-hatian untuk menghindari fitnah apalagi berkaitan dengan perempuan yang bukan mahram, karena bagi saya lebih baik hina di mata manusia daripada hina di hadapan Sang Pencipta.

Hal seperti ini pun pernah saya lakukan juga saat selesai sidang skripsi, ada dari teman perempuan untuk meminta fhoto berdua sebagai bentuk ikut senang terhadap kelulusan saya, namun dengan halus saya menyampaikan permintaan maaf dan tidak menyanggupinya. Begitupun ada dari teman perempuan yang lain mengucapkan selamat atas kelulusan saya dengan memberikan tangannya sekedar untuk berjabat tangan, dan sikap saya tetap untuk tidak berjabat tangan dengannya namun cukup dengan isyarat saja.

Mungkin ada sebagian kalangan yang menganggap sekedar berjabat tangan merupakan hal yang sepele dan sikap yang saya lakukan terlalu berlebihan,  namun bagi saya berjabat tangan dengan yang bukan mahram apalagi dikahwatirkan menimbulkan syahwat merupakan sesuatu yang sangat besar dan akan dipertanggung jawabkan. Tentunya ini bukanlah suatu keanehan namun melainkan suatu kewajaran yang dimana rata-rata anak muda sekarang sangat bebas dalam pergaulan, sampai-sampai aqidah dan syariat yang ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya terbengkalai begitu saja, tanpa ada yang mengingatkan.

Semoga ini menjadi bahan pelajaran bagi kita semua, meskipun saya diliputi dosa, namun setidkanya saya sudah berusaha untuk menjaga diri saya dengan sebaik-baik penjagaan yang telah saya lakukan. Sikap seperti ini tetap saya lakukan meskipun melintasi batas-batas negara, karena aturan Islam tidak mengenal satu negara, tetapi melintasi batas-batas negara. Karena Islam ini adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dimanapun berada.

Catatan ini diawali setelah seharian menelusuri negeri Singapura, yang tentunya saya telah meninggalkan sebuah jejak yang terukir di negeri tersebut, perjalanan ini saya lanjutkan ke negeri Jiran, sebuah negeri yang tidak kalah hebatnya dengan Singapura. Setelah melaksanakan sarapan bersama beberapa kawan, akhirnya saya harus segera berangkat untuk menghadiri International Class di salah satu tempat seminar yang ada di Kuala Lumpur, kegiatan tersebut akan di isi oleh kawan-kawan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Se- Dunia Malaysia.

Saat itu yang bertindak sebagai pembicara utama adalah Kanda Doni Ropawandi selaku Ketua

PPI Malaysia, beliau ditemani oleh Kanda Hafiz Surya Nasution selaku Ketua II PPI Malaysia yang menjadi pembicara kedua. Saat berada di forum, saya sangat memperhatikan dengan betul apa yang disampaikan kedua pembicara tersebut, mulai dari Kanda Doni yang menjelaskan tentang bagaimana perbedaan kampus yang ada di Malaysia dan Indonesia, begitupun dengan suka duka orang Indonesia yang mencari ilmu di negeri Jiran.

Kanda Doni menjelaskan bahwa beberapa kampus yang ada di Indonesia dalam beberapa bidang ternyata lebih hebat dari kampus yang ada di Malaysia, namun orang Indonesia yang belajar di negeri Jiran pasti akan sangat betah, karena untuk urusan dana beasiswa ternyata di Malaysia sangat besar, begitupun dengan dana penelitian yang ada di beberapa kampus di Malaysia. Kita tinggal mau saja untuk meneliti, sedangkan untuk dananya sudah ada. Ternyata beberapa kampus Malaysia yang naik tingkatnya di dunia dikarenakan publikasi ilmiahnya sangat banyak, namun perlu diketahui ternyata banyak juga dari Mahasiswa Indonesia yang ikut berkontribusi terhadap meningkatnya posisi kampus Malaysia di kancah dunia. Karena tidak sedikit beberapa penelitian karya mahasiswa Indonesia yang terbit dalam publikasi ilmiah.

Dari sana saya merenung, ternyata putra-putri dari negeri kita mampu bersaing di tingkat dunia, bahkan beberapa ada yang mampu menorehkan prestasi yang sangat luar biasa. Namun pertanyaannya dari sekian banyak mahasiswa Indonesia yang belajar ke luar negeri, mengapa negeri kita masih seperti sekarang ini ? Entahlah, biarkan para pemangku kebijakan di negeri ini untuk berfikir, bahwa sumber daya manusia yang dimiliki negeri ini sebenarnya mampu untuk mengelola negeri ini, namun yang ada ternyata ada isu tenaga kerja asing akan di permudah untuk berdatangan ke bumi pertiwi, dengan alasan sumber daya manusia belum siap. Benarkah pernyataan seperti itu ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kiranya kita lanjutkan kepada pembicara yang kedua oleh Kanda Hafiz, beliau menjelaskan bagaimana caranya supaya dapat kuliah di luar negeri dengan cara beasiswa, beliau pun menjelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi termasuk penguasaan bahasa inggris tentunya yang tidak boleh ketinggalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun