Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relevansi Pemikiran KH. Choer Affandi (Tasikmalaya) dalam Bidang Pendidikan

7 Oktober 2017   21:15 Diperbarui: 7 Oktober 2017   21:19 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok KH. Choer Affandi yang dahulu sering saya dengar namanya ternyata beliau sangat disegani dan diakui keilmuannya di dunia akademisi, itu terlihat ketika obrolan saya dengan beberapa dosen, sehingga tidak heran sebelum wafatnya beliau sering mengisi kajian di beberapa kampus di Kota Bandung, salah satunya di kampus  Universitas Pendidikan Indonesia.

KH. Choer Affandi merupakan tokoh kharismatik yang terkenal di lingkungan sunda apalagi priangan timur. Sejak kecil saya hanya mendengar nama beliau yang sering diucapkan oleh guru-guru saya ketika ta'lim, beliau biasa di sebut Uwa Ajengan, Uwa Choer, dan Mama Choer. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya pada 7 Agustus 1967 dan pada 7 Agustus 2017 maha karya peninggalan beliau ini sudah berumur setengah abad.

Peran KH. Choer Affandi begitu besar dalam membangun mercusuar pendidikan tauhid khususnya di Jawa Barat. Beliau mengawali realitas permasalahan setelah turun gunung adalah masalah 'Aqidah, sehingga beliau memilih tauhid sebagai pokok ajarannya, yang menjadikan Alquran sebagai landasan berfikirnya. Tujuan dari pendidikan beliau adalah menginginkan masyarakat Muslim mengamalkan Islam secara kaffah. Prinsip pendidikannya adalah Tauhid. Karena tauhid harus benar-benar beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan 'aqidah sam'iyyat. 

Beliau banyak mengarang kitab tentang tauhid, seperti kitab induk natsar, majmu'atul aqidah, talwih tijan, aqidah islamiyyah dan masih banyak yang lainnya. Dalam prinsipnya beliau ingin menjaga melestarikan fatwa ulama terdahulu yang baik, tetapi jangan cukup sampai disana, kalau ada hal baru yang lebih maslahat di masa kini maka itu ambil.Konsep belajar mengajar yang beliau ajarkan kepada muridnya adalah dengan tegas seperti militer, beliau seorang penulis yang handal, dan setiap apa yang beliau sampaikan harus selalu ada yang menulis, sehingga muridnya harus selalu menulis ketika belajar kepada beliau.  

Dalam konsep belajar mengajar yang diajarkan KH. Choer Affandi dikenal dengan ta'dhim, Tafwid dan Tawasul. Ilmu yang pasti akan didapatkan dalam ta'lim sehari-hari sedangkan ilmu yang abstrak akan didapatkan di luar ta'lim. Ta'dhim kepada ilmu dan guru itu bisa diwujudkan diluar kegiatan ta'lim, seperti khidmat kepada guru, dan khidmat kepada pesantren. Khidmat kepada guru misalnya seorang santri membantu pekerjaan gurunya, baik tinggal di rumah gurunya, atau membantu pekerjaan gurunya sehari-hari seperti usaha, bertani, dan lain sebagainya. 

Begitupun dengan khidmatkepada pesantren, seperti pengabdian kepada pesantren dengan mengajar kepada santri pemula, ikut membangun pesantren dan lain sebagainya. Konsep belajar tersebut diamalkan di Pesantren Miftahul Huda Manonjaya. Adapun tafwid yaitu ijab qabul penyerahan orang tua kepada guru, supaya anaknya di didik dengan sholeh dan ridha dengan aturan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga ketika seorang santri mau menjadi murid KH. Choer Affandi, seorang santri tersebut harus ridha terhadap aturan yang dibuat KH. Choer Affandi di Pesantren Miftahul Huda, sedangkan tawasul yaitu berdo'a dengan mencari wasilah supaya dalam mencari ilmu bisa di mudahkan oleh Allah Swt.

Materi yang beliau sampaikan ada 12 disiplin ilmu (fan) dan diajarkan kembali dalam materi yang disampaikannya, diantaranya ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu alat, ilmu tafsir, Asmaul Husna, ilmu suluk/falak, ruhul jihad, ilmu faroidh (ilmu waris) dan ilmu Qur'an/tajwid. Metode pendidikan yang beliau ajarkan menggunakan metode salafiyyah, yaitu ceramah, dialog, sorogan, bandongan, perkelas (klasikal), mudzakarah, mengulang (muthola'ah), menghafal (muhafadzah). Beliau menggunakan media kitab kuning dalam pembelajarannya, dibantu dengan media papan tulis. Karena waktu itu belum ada alat-alat elektronik yang ada seperti sekarang ini.

Beliau banyak menyusun kitab berbahasa arab, baik mengarang sendiri atau  penjelasan (syarah) dari kitab yang lain. Relevansi pemikiran KH. Choer Affandi untuk pendidikan Islam saat ini yang jauh dari nilai-nilai akhlak mulia adalah ilmu harus beriringan dengan adab, jadi ada 2 yang harus di perhatikan pendidikan Islam saat ini yaitu ilmu dan adab.  Ilmu harus mengarahkan orang dari orang yang tidak paham menjadi paham, sedangkan adab harus mengarahkan orang dari dari yang tidak sholeh menjadi sholeh, tidak cukup ilmu saja tanpa adab, tidak cukup adab saja tanpa ilmu.

Semua pelajar sebetulnya memperoleh dua hak, yaitu pendidikan ilmu dan adab. Ilmu itu terjadi ketika proses penerjamahan kitab oleh gurunya dan bisa disampaikan di kelas, tetapi kalau adab dilihat dari kesholehan dan dicontohkan oleh gurunya. Kemudian kalaupun ada yang gagal sehingga pelajar tersebut tidak pintar, maka pandangan KH. Choer Affandi "Pinter Teu Jadi Jaminan, Bodo Oge Lain Jadi Panghalang" artinya pintar tidak menjadi jaminan, bodoh juga bukan menjadi penghalang. Maksudnya jika seorang santri tersebut pintar, tetapi dengan kepintaran tersebut tidak bisa menjadi jaminan seorang santri tersebut akan sukses, begitupun jika seorang santri tersebut bodoh, itu tidak akan menjadi penghalang santri tersebut menjadi orang yang sukses.

Realitas pendidikan saat ini hanya sekedar formalitas belaka, sehingga pendidikan jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan peserta didik yang beriman, bertakwa dan memiliki kepribadian Islam yang menjadikan pola pikir dan pola sikap yang Islami. Sehingga pemikiran KH. Choer Affandi telah memberikan sumbangsih dalam membangun mercusuar pendidikan Islam saat ini yang diwujudkan dengan mengamalkan ilmu Tauhid dengan baik dan benar. Karena, realitas keadaan pendidikan saat ini jauh dari nilai-nilai tauhid yang melandasinya, maka pentingnya model pendidikan tauhid untuk dipelajari dalam dunia pendidikan saat ini.

Di sisi lain, ilmu tauhid yang harus melandasi pendidikan saat ini, perlu juga ada penanaman nilai adab bagi para pencari ilmu, karena melihat pendidikan saat ini jauh dari nilai-nilai adab, baik itu adab terhadap guru atau adab terhadap ilmu. Pentingnya bagi para pencari ilmu untuk adab terhadap guru dan ilmu. karena ilmu dan adab akan selalu beriringan, kalau ilmu bisa didapatkan ketika pembelajaran di kelas, tetapi kalau adab di samping dipelajari, adab juga harus dicontohkan oleh gurunya, sehingga ada keteladanan dari seorang guru yang diikuti oleh muridnya. Wallahu 'alam bi ash-shawab

 *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun